PROLOG

80.1K 2.2K 36
                                    

Warning!!!

Typo bertebaran.

*****

Suasana riuh di ruang rapat yang berada di kastil itu kini sudah melewati batas, bahkan ketua rapat pun tidak dihiraukan lagi. Hanya ada satu vampir yang diam seraya menatap angkuh kepada vampir-vampir lain.

BRUUK!!!

"DIAM SEMUA!!! Sekarang ini kita hanya perlu pemecahan masalah, bukan keributan!" Ucap sang ketua rapat dengan wajah merah padam

Karena emosinya, sebuah meja panjang dihadapannya hancur berkeping-keping, darah yang disajikan pun tumpah mengenai baju para vampir.

"AAAKH....PAKAIANKU!!!"

"Sudah-sudah," Lerai wakil ketua rapat.

Ditengah keributan itu, terdengar suara yang menawan. Tidak lain iyalah milik Chris, vampir licik berusia 500 tahun yang penuh ambisi.

"Begini, tuan Roye, saya punya usul. Bagaimana kalau tuan Rain saja yang pergi ke dunia manusia?"

Ucapan Chris membuat keributan tadi hilang seketika. Puluhan pasang mata merah itu kini melihat ke arahnya.

"Bukan bermaksud apa-apa, tuan, tapi seperti yang kita ketahui, tuan Rain adalah vampir terkuat, bahkan kekuatannya mampu mengalahkan tuan Roye. Saya yakin Tuan Rain dapat menyelesaikan tugas dengan baik."

Semua vampir yang ada di ruangan itu dibuat bingung oleh perkataan Chris. Seluruh orang di dunia vampir tahu bahwa Rain adalah musuh abadi Chris. Tapi, kenapa dari perkataan Chris terdengar bahwa ia sangat memuja Rain?

TOK...TOK...TOK...

Bunyi itu adalah bunyi palu yang menandakan rapat berakhir dan sudah mendapat satu keputusan.

"Baiklah, Tuan Rain anda di utus untuk melaksanakan tugas ini. Selesaikan dengan cepat dan hati-hati, jangan berkhianat dan jangan sampai membocorkan rahasia dunia vampir atau anda akan menerima resikonya," Ancam Roye.

Rain, vampir terkuat yang tidak ingin memikirkan masalah ini kini mau tidak mau harus ikut campur dalam masalah ini.

"Huuft... Baiklah tuan Roye yang terhormat. Tapi kuperingatkan, ini terakhir kalinya saya mengikuti keinginan vampir rendahan seperti Anda."

"Tolong jangan menghina saya, Tuan Rain."

Meskipun Rain adalah vampir termuda di ruang rapat tersebut tapi dia berani untuk mengejek vampir-vampir lain mengingat kekuatannya yang paling besar disini.

"Terserah."

Segera iya beranjak dari duduknya untuk mempersiapkan diri

*****
                    

Kini terdapat dua orang gadis remaja yang tengah berada di dalam sebuah mobil. Yang satu sibuk dengan handphonenya, yang satu lagi sibuk berkutat dengan kemacetan dan menggerutu.

"Kapan sih Jakarta bakal lancar? Tunggu kiamat kali ya?" Gerutu Reica sebal. Bagaimana tidak, ia sudah menghabiskan hampir 30 menit di jalan yang bahkan hanya berjarak 5 kilometer dari rumahnya. Ia masih harus berkendara sejauh 8 km lagi. Bisa-bisa ia tua di jalan.

"Sayangnya, temen lo ini bukan peramal, jadi gak bisa jawab," Ucap Raisa dengan wajah memelas smabil menatap sahabat sejak kecilnya itu.

"Maaf, gue gak nanya sama lo."

"Terus nanya sama siapa?"

"Sama hantu."

"Re, pagi-pagi gak ada hantu. Jangan gila deh! Elo kelamaan jomblo sih... Gue cariin cowok deh," goda Raisa sambil menaik turunkan alisnya. Reica dengan memasang wajah gelinya menjawab, "Mending lo cari cowok buat lo sendiri. Biar waras!"

"Iish... Gue waras tau. Cantik gini dibilang gak waras." Dan Reica yang malas menanggapi hanya memutar bola matanya saja. Lelah juga menghadapi sahabatnya ini. Bagaimana bisa dulu ia berteman dengan gadis di sampingnya ini ya?

Pembicaraan mereka terhenti oleh bunyi ponsel Raisa. Mendengar itu sang pemilik ponsel langsung memeriksa ponselnya. "OMG!!! Tau gak sih, Re. Har-" Ucapan Raisa pun terpotong begitu saja oleh Reica

"Yaa gak tau lah! Orang lo belum ngasih tau," ucap Reica dengan nada sedikit kesal. Sepertinya ia masih kesal karena kemacetan yang memang sudah menjadi ikon ibukota negara indonesia ini, Jakarta.

"Iih... Serius dikit, dong! Eeeh... Tapi masa yaa, hari ini sekolah free class coba," ucap Raisa dengan sangat bahagia. Sangking bahagianya, Reica jadi ingin menggantung sahabatnya itu.

"Elo sih gak percaya sama gue! 'Kan kemarin gue udah bilang!" Kemudian ia langsung mengarahkan stirnya untuk memutar balik.

"Eeeh... Jangan gitu. Ke sekolah aja yuk, temenin gue."

Raisa langsung dihadiahi tatapan tajam dari sahabatnya itu, yang membuat nyalinya ciut namun karena sudah tidak waras ia malah membalasnya dengan tawa tak bersalah. "Uugh... Untung teman gue!" Batin Reica menjerit.

"Jadi kita tetep ke sekolah? Ngapain?" Tanya Reica setengah hati.

"Kangen Brian."

Lagi dan lagi, Reica hanya bisa memutar bola matanya jengah menghadapi kelakuan ajaib tak terduga sahabatnya itu. Kalau bisa, sepertinya ia ingin menukar tambah otak Raisa dengan otak orang lain yang lebih waras. Seandainya bisa.



TBC...

Tales of The Strongest and Human [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang