Part 1

48 2 0
                                    

We were as one babe
For a moment in time
And it seemed everlasting
That you would always be mine

(Always Be My Baby-David Cook)
(Originally by Mariah Carey)

Ini kali pertama, gue-seorang –lelaki-yang-sangat-tangguh, katanya. Nulis surat di pinggir pantai kayak sekarang yang lagi gua alami ini, dan suratnya dimasukin ke dalem botol. Bisa dibayangkan kan? Betapa terlihat rapuhnya lelaki ini? Lelaki setampan dan setangguh gue entah kenapa bisa-bisanya terbuai melakukan hal bodoh ini hanya karena kejadian satu bulan belakangan ini yang abis gue alami. Bahkan sampai detik ini gue duduk di pinggir pantai, gue masih gatau kenapa gue mau ngelakuin hal ini. Semua terjadi karena dorongan dari dalem diri gue. Entahlah gue juga bingung.

*Flashback on*

Mungkin terlihat bodoh bagi seorang pria merelakan wanitanya pergi begitu saja tanpa ada alasan yang jelas dari dirinya. Tapi buat gue, gue yakin keputusan Gaby untuk pergi adalah pilihan yang terbaik yang udah dia buat. Dan gua menghargai itu, gue belum pernah sesayang ini sebelumnya, bahkan sampai sekarang pun Gaby tetep satu-satunya penguasa hati ini.

"Gaf, kamu boleh marah sama aku. Kamu boleh benci sama aku, tapi maaf aku tetep harus ngelakuin ini. Aku harus pergi ke Belanda." Ucap Gaby setelah Gaffrel menepikan mobilnya ke bahu jalan tol.

"Kita udah sering ngomongin hal ini kan ya? Aku udah rada capek dengerinnya." Jawab Gaffrel sambil tersenyum memandang wajah wanita di sampingnya.

Gaby terlihat mulai meneteskan air mata, tangannya dengan cepat mengusap setiap tetesan air mata yang terjatuh. Tak lama Gaffrel pun langsung meraih tangan wanita kesayangannya itu sambil mengusapnya perlahan, "Aku sayang kamu, dan kamu tahu itu ga akan pernah berubah. Kamu sangat tahu siapa aku dan aku menghargai keputusan kamu. Kamu jangan pernah mikir aku akan benci sama kamu atau hal aneh apapun yang terbesit di benak kamu,"

Sambil melepaskan tangan Gaffrel yang tengah berada di genggamannya, "tapi kita harus putus Gaf, kamu harus cari pengganti aku karena secepatnya aku akan belajar ngelupain kamu." Gaby memotong ucapan Gaffrel dengan cepat.

"iya aku ngerti. Aku bakal berusaha demi kamu, tapi...." Gaffrel menyilangkan kedua lengannya, terlihat sedang memikirkan sebuah rencana. "...ada syaratnya, besok gaboleh ada satupun yang nganterin kamu ke bandara. Karena besok cuman aku yang boleh anterin kamu ke bandara, dan satu lagi. Selain nganterin kamu ke bandara, aku akan ikut kamu transit ke Dubai sebelum lanjut ke Amsterdam. Okay?" terlihat Gaby cukup tercengang dengan ide gila Gaffrel, taka da satu patah kata pun keluar dari bibirnya, dia masih terheran dengan kelakukan lelaki di sampingnya yang sangat dikasihinya itu. "So, karena nona tidak mengelak ucapan saya maka saya anggap anda menyetujui ucapan saya. Karena itu besok dari pagi saya akan menjemput anda di apartment anda. Isn't it clear, Miss?" Gaffrel memajukan wajahnya kepada wanita disebelahnya dengan wajah penuh menggoda dan senyum lebar khasnya.

Gaby hanya menganggukan wajahnya tanda bahwa ia hanya bisa pasrah dan menyetujui semua rencana Gaffrel. "toh sekalipun ditolak dia pasti akan tetep kekeuh cari cara untuk anterin aku besok, jadi ga ada salahnya lah kalo diiyain, lagipula besok terakhir kali aku bisa liat dia, mungkin." Ucap Gaby dalam hati. Gaffrel pun melanjutkan laju mobilnya mengantar Gaby menuju apartmentnya.

Keesokan harinya ....

[Pukul 04.17]

*dering handphone Gaby tak berhenti berbunyi*

"ya Tuhannnnnnnnn, siapa sih telvon sepagi ini. Aku masih ngantuk banget." Gaby terlihat sangat kesal mengambil handphonenya yang berada di atas nakas sambil mendorong bed cover yang sedari tadi menjaga tubuhnya tetap hangat.

Always Be My BabyWhere stories live. Discover now