Part 1 - Aku Bisa Saja Membunuhmu Setelah Ini!

32.4K 2K 95
                                    

Sagara tersenyum miring melihat jalanan sepi di depannya. Tubuhnya tidak bisa bergerak tetapi ia masih hidup. Yeah, sepertinya pria itu memang sulit untuk mati. Empat peluru di kaki dan bahunya terasa menyengat, tapi tidak cukup kuat untuk menghilangkan nyawanya. Berjam-jam dalam ruang eksekusi, dipukul, dicambuk, bahkan diguyur oleh air garam, Sagara tetap tidak mati.

Meski Angkasa sendiri yang memimpin eksekusi itu.

Sagara tetap tidak mati.

Lalu sekarang, pria yang membencinya itu membuang Sagara begitu saja di pinggir jalan. Di tengah malam. Di sebuah pulau yang penghuninya tidak lebih dari lima puluh orang. Angkasa pasti berpikir bahwa dengan meninggalkan Sagara begitu saja, ia akan mati perlahan.

Oh, tentu itu adalah hukuman yang nikmat bagi Angkasa.

Tapi, Sagara tidak merasa bersalah. Angkasa pantas mendapatkannya.

"Ya tuhan!" suara pekikan tertahan dari sampingnya membuat mata hijau Sagara terbuka. Ia tidak menoleh karena lehernya serasa akan patah jika melakukannya. Ia hanya menunggu pemilik suara itu untuk mendekat kemudian Sagara akan memangsanya hidup-hidup. Karena ia predator berdarah dingin, seperti yang semua orang katakan.

Sagara tersenyum dalam hati saat memikirkannya.

"Kamu nggak apa-apa?" suara lembut itu berbisik di depannya. Kemudian sebuah tubuh mungil berjongkok dan tangan-tangannya menyentuh wajah Sagara.

Untuk sesaat, Sagara bisa melihat kekagetan di wajah gadis itu. Mungkin karena warna mata Sagara yang tidak biasa untuk penduduk sekitar. Atau mungkin juga karena luka dan darah di sekujur tubuhnya.

Lalu untuk sesaat pula, Sagara tenggelam dalam kelembutan telapak tangan yang mengusap wajahnya.

"Kamu bisa dengar aku?" suara lembut itu datang lagi.

"Bisa," ucap Sagara akhirnya.

"Apa tubuhmu bisa digerakkan? Aku tidak bisa membawamu dalam kondisi seperti ini. Apa kamu punya tempat tujuan?"

Suaranya seperti hembusan angin dingin. Merdu dan membuat sekujur tubuh Sagara terasa sejuk. Sama seperti suara Nabila ketika wanita itu sedang dalam mood yang baik. Ah, Sagara sudah merindukan Nabila saja.

"Pak? Jangan pingsan dulu!" Gadis di depannya tampak panik. Ia melepas tas selempangnya dan mengaduk-aduk isinya. Mengeluarkan beberapa kain dan membalut bahunya yang masih mengeluarkan darah segar.

"Shhh..." desis Sagara saat bahunya terasa disengat.

"Maaf..." gadis itu bergumam. Ia menggigit bibirnya dengan gugup tapi tetap membalut luka Sagara.

"Siapa namamu, anak kecil?" suara serak Sagara membuat si gadis memusatkan perhatiannya. Gadis itu tampak mengerutkan dahi. Seolah tidak suka dengan apa yang baru saja Sagara katakan.

Tapi dengan bisikan pelan, gadis itu tetap menjawab, "Emma."

Sagara menarik senyum kecil. Nama yang bagus. Juga tidak asing baginya. Tapi ia tetap diam dan membiarkan Emma membalut kakinya.

"Do you know who I am?" tanya Sagara lagi saat Emma menarik tangan Sagara dengan perlahan dan melingkarkan di pundak kecilnya.

Sagara bisa merasakan tubuh perempuan yang sedang berusaha mengangkatnya ini menegang untuk sesaat. Seolah baru sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan yang salah. Jelas saja, siapa orang yang akan menyelamatkan terpidana hukuman mati.

Tapi lagi-lagi Sagara dikejutkan ketika gadis mungil ini berkata, "Sagara Reth Elory, pria yang seharusnya mati dalam eksekusi hari ini."

Kalimatnya membuat Sagara tertegun sejenak tapi berikutnya ia terkekeh. Membiarkan Emma membantunya berdiri dan membawanya pergi.

His Forgotten LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang