Canopus

9.6K 857 139
                                    

Seandainya aku tahu waktuku tak lama lagi denganmu.

Jemariku sibuk menari di atas barisan tuts piano. Menghayati alunan melodi andante(baca: tempo lambat) yang kumainkan. Sesekali aku tersenyum kecil membayangkan wajah penuh antusiasmu melihatku bermain piano. Orang tuaku selalu mengajarkan tentang profesionalisme, tapi aku tak bisa mencegah hatiku yang diam-diam mengagumimu.

Beberapa muridku belajar piano hanya karena tuntutan orang tua mereka. Tapi kamu berbeda, aku bisa melihat diriku di dalam dirimu. Semangat yang sama ketika aku mulai menekuni piano terpancar dari mata almond kecoklatan milikmu.

Tak pernah hilang kesabaranku menuntunmu menyusuri hitam dan putih tuts pianomu. Pelan-pelan merangkak, berjalan, sampai kamu menari-nari di antara melodi indah lagu-lagu kesukaanmu. Keceriaan terpancar dari wajahmu setiap kali kamu berhasil menguasai lagu yang kamu cintai.

Waktu terus berlalu, kewajibanku untuk mengajarkanmu berakhir sudah. Aku disibukkan dengan kehidupan perkuliahanku yang menyita potongan besar keseharianku. Terkadang, aku masih bermain lagu-lagu kesukaanmu untuk mengingatkanku akan sosokmu.

Di satu pagi yang indah, tak kusangka aku menemukanmu di antara lautan manusia di kampusku. Aku tak ingin menyiakan kesempatanku untuk berbincang denganmu. Kamu masih sama seperti dulu, mawar merah muda di tengah kumpulan mawar merah yang selalu iri akan perbedaanmu. Kali ini mawar merah muda itu merekah sempurna.

Kita saling berbincang tentang kehidupan masing-masing di jeda waktu yang kita lewatkan. Aku tersadar, kita tak lagi terikat hubungan profesional. Aku pun memberanikan diri untuk meminta nomor ponselmu.

Hari-hariku kembali diwarnai kehadiranmu. Kamu tak sungkan untuk meminta intervensiku dalam kehidupanmu. Aku tersadar, kewajibanku kali ini berbeda. Kamu yang selalu dikecewakan oleh kehidupan, kali ini kutuntun kamu melewati separuh kehidupanmu.

Seperti dahulu aku menuntunmu untuk menari-nari diantara tuts piano, dengan sabar aku menunjukan yang baik dan yang buruk dalam kehidupanmu. Kamu, bagaikan sebuah partitur putih yang menanti untuk diisi dengan nada-nada indah sampai mengalunkan melodi yang sempurna.

Suatu ketika di depan pianoku, kamu duduk di sampingku setia menemani dan melengkapi permainanku. Kamu memintaku untuk memainkan lagu kesukaanmu, aku menyebutkan beberapa lagu yang selalu kumainkan untukmu. 'A Thousand Miles,' ucapmu perlahan.

Jemariku mulai memainkan lagu kesukaanmu. Aku pun terlarut dalam nada yang kucoba sampaikan kepadamu. Perlahan jemarimu ikut menari mengikuti permainanku. Perasaanku, perasaanmu, bertautan dalam kumpulan denting pianoku.

Seusai permainan tadi, ada perasaan asing yang merasuk ke dalam tubuhku. Perlahan jemariku menelusuri pipi halusmu. Mengangkat dagumu yang kau tundukkan karena malu. Kutatap matamu dalam-dalam dan perlahan mendekati wajahmu.

Logikaku rasanya sudah dikuasai oleh derasnya perasaanku untukmu. Tak ingin lancang, aku pun meminta izin kepadamu. Kamu hanya memejamkan matamu seakan mengiyakan. Aku pun memberanikan diri untuk mencium bibir lembutmu, membiarkan diriku terhanyut ke dalam semestamu. Saat itu aku tahu, aku hanya ingin menghabiskan sisa hidupku denganmu.

Tapi kenyataan berkata lain, tak sempat aku mengungkapkan cintaku di atas janji dan cincin yang sudah kusiapkan untukmu, Sang Pencipta sudah memanggilku. Aku tak bisa mengelak, mungkin tugasku di dunia ini sudah selesai. Mungkin ini batasku untuk menuntunmu dalam kehidupan.

Maafkan aku yang tak sempat mengucapkan kalimat perpisahanku kepadamu. Mungkin Tuhan sedang berbaik hati padaku, ia tahu aku tak akan sanggup untuk merelakanmu.

Jangan terus berkecil hati, lanjutkanlah kehidupanmu. Aku tak ingin kamu terus mengasihani dirimu dan menyayangkan kepergianku. Aku pun merindukanmu.

Menarilah cintaku, relakan kepergianku. Mungkin ini takdirku dalam kehidupanmu, untuk menuntunmu sampai tak ada lagi yang bisa kuajarkan untukmu.

Aku tahu, di luar sana akan ada pria yang mencintaimu sebesar rasaku kepadamu. Mungkin lebih, kamu hanya perlu memberikannya kesempatan dan waktu, seperti yang kamu lakukan untukku. Berbahagialah denganya.

Mungkin ini memang jalan kisahku, seperti Canopus yang tak sempat mengungkapkan perasaannya pada Theonoe. Diabadikan menjadi bintang paling terang di langit selatan.

Biarkan aku jadi Bintang Canopus untukmu. Yang menjadi petunjukmu saat kamu mulai kehilangan arahmu. Kamu hanya perlu melihat ke arah langit, dan mencari keberadaanku.

Teruslah bermain piano untukku, mainkan melodi indah itu tiap kamu merindukanku. Ingatlah aku selalu duduk di sampingmu, mengiringimu di oktaf yang berbeda.

If I could fall
Into the sky
Do you think time
Would pass me by
'Cause you know I'd walk
A thousand miles
If I could
Just see you
Tonight

F I N

A/N: Karena sebagaimana yang kutulis di deskripsi, kubiarkan hatiku yang menulis disini. Pagi tadi aku membaca 'Jejak' milik fairywoodpaperink dan tiba-tiba hatiku mengintervensi logikaku untuk menulis cerita pendek ini. Cerita ini kudedikasikan untuknya, Kinan, dan Prana.

CharonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang