limo : calum

4.7K 666 378
                                    

limo : calum


Begitu bel istirahat bunyi, anak-anak kelas berlarian keluar udah kayak mengejar impian. Tinggal gue, Michael dan Luke dikelas, sama cewek-cewek yang memanfaatkan waktu istirahatnya untuk foto sama squadnya yang fotonya kayak abis kondangan. Jepit rok bagian belakang pake jepitan yang setiap cewek pasti punya biar kayak rok span.

Apaan ya namanya?

Jledai? Jablay? Jijay? Cabay? Babay?

Kaga tau dah, pokoknya semua cewek punya.

Terus fotonya itu ngangkang, kakinya ditekuk dikit, sama tangannya nyembah. Karena fotonya di depan kelas, kelihatannya mereka kayak lagi nyembah foto Jokowi ama Jusuf Kalla.

"Itu mereka ngapain dah anjing," Michael mengumpat dari kursi di sebelah gue.

Cewek-cewek anak kelas gue masih berdiri di depan kelas sambil foto-foto dan sesekali ketawa buat caper sama Luke. Sayang sekali pemirsa Luke kayanya lebih tertarik bikin titik-titik pake tipe-x di meja dan nunggu sampe titiknya meletus daripada liatin cewek-cewek ganjen.

"Foto-foto, lah," Luke pun menanggapi dengan suara pelan.

"Bukan," ujar Michael, membuat gue menoleh ke arahnya. "Itu foto mbah-mbah ngapain di tembok."

Gue melengos. Goblok dah.

"Itu foto presiden Indonesia, Mike," Luke menjawab dengan sabar sementara gue menarik nafas dalam-dalam.

Gue akhirnya menarik kaus mereka berdua. "Mending ke kantin aja yok, kita buang duit."

Ya maklum namanya juga temennya Luke Hemmings, pasti suka hedon. Akhirnya gue, Luke, dan Michael pun pergi ke kantin bertiga-tiga kaya Upin Ipin kalo nambah adek satu. Kita duduk di spot seorang Calum, yaitu di paling pojok.

"Ini mojok banget si," Luke menggerutu sambil mengusap tangannya yang digigit nyamuk. Maklumlah kantin sekolah gue sebelahan sama kebon Haji Santung, jadi banyak nyamuk.

"Komentar mulu dah lu," gue mendengus sambil mengeluarkan sebungkus rokok yang gue selalu simpan di kantong celana.

Yak, teman-teman. Gue merokok. Dan sekolah adalah satu-satunya tempat dimana gue bisa ngerokok tanpa ketauan keluarga gue; meskipun guru-guru juga gak ngebolehin.

Gue inget banget pertama kali gue ketauan ngerokok sama bokap, dan lo tau apa yang dia bilang?

"Calum, masa cowok-cowok sukanya ngisep sih."

Ya lo semua kalo punya bokap butuh anak cowok ganteng dan penurut jangan sungkan-sungkan hubungi gue ya. Tenks.

"Heh, emang boleh ngerokok?!" Luke sianjing lagi-lagi berkomentar.

Gue menghisap rokok gue dalam-dalam lalu menghembuskan asapnya ke muka Luke. Kali aja abis ini mukanya jadi kaya abu rokok dan cewek-cewek jadi lebih tertarik sama gue deh. Yey.

"Woi anjing jangan ke muka orang dong," Michael yang duduk di sebrang gue dan Luke ikut-ikut berkomentar.

Ya udah akhirnya gue menghisap rokok gue lagi lalu menghembuskannya ke wajah Michael. Mukanya langsung kaya asbak anjir, mantap.

"Ngomong mulu nih, jadi makan gak?" tanya gue setelah mereka berdua terbatuk-batuk seolah siap meninggal saat itu juga.

"Disini bisa ngutang gak sih?" tanya Michael.

Gue nempeleng kepala Michael, "Nih ya Mek, lu tuh bule, baru pindah dari Australi, bahkan emak ama uwa kantin aja tuh tau lu bedua, masa mau ngutang?"

warkos | 5sosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang