Part-1

3.9K 832 295
                                    

Nessa mendecak pelan, melihat keadaan disekitarnya. Asap-asap kendaraan umum yang begitu menyengat di hidungnya, jalanan yang macet, belum lagi rasa gerah yang tak tertahankan karena harus berdesak-desakkan didalam angkutan umum dan Nessa hanya pasrah dengan keadaan sekitarnya saat ini.

Macet, adalah hal yang paling Nessa hindari, tapi siapa sangka, Nessa malahan terjebak dengan hal yang ia tidak sukai. Diliriknya, jam yang melingkar manis di tangan kanannya.

Menyebalkan!

Astaga.

Nessa tercengang ketika melihat jam tangannya menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit. Yang artinya Nessa sudah sangat terlambat. Tanpa pikir panjang, Nessa menyetop kendaraan tersebut, kemudian turun dari angkutan umum tersebut dan tak lupa membayar ongkos tersebut. Sesudah membayar, Nessa melangkah secepat mungkin menuju ke sekolahnya walaupun jarak sekolahnya memang masih sangat jauh.

Kemudian ia menghentikan langkah kakinya dengan napas tersengal-sengal dan kedua matanya mengamati keadaan sekitar yang sudah sepi. Bolos. Apakah Nessa harus bolos. Ah, sepertinya perilaku itu kurang tepat untuk murid seperti Nessa.

"Nessa!" panggil seseorang dari arah belakang yang suaranya terasa asing di telinganya. Mendengar namanya dipanggil, Nessa hanya mengacuhkannya saja, dan ia tak ingin terlalu berurusan dengan seseorang itu.

Terdengar suara deru motor yang makin dekat ke arahnya. "Jangan jalan terus dong. Apa gak capek?"

Mendengar suara motor terus mengikutinya dari arah belakang, Nessa pun melangkahkan kakinya lebih cepat untuk menghindari orang itu.

"Mau bareng gak?" tanya orang itu sekali lagi. Nessa pun menghentikan langkah dan mendongakkan wajahnya menatap orang itu.

Nessa menatap orang itu, wajah yang tidak ia kenal, tetapi entah kenapa terasa familiar untuknya.

"Ness, Lo mau bareng gue gak?" tanya seseorang itu sekali lagi

Dahinya mengerenyit bingung serta enggan menerima karena tiba-tiba saja ada seseorang yang tidak dikenal dengan seragam urakan menawarkan tumpangan.

Nessa tersenyum ke arahnya. "Tidak, terima kasih," ucapnya dan melangkahkan kakinya lagi meninggalkan cowok tersebut di belakang.

****

Matanya masih saja terpejam, walaupun terdengar bisik-bisik samar dari murid-murid yang lain, yang kemungkinan akan menganggu istirahatnya. Istirahat memang sudah belangsung sejak 15 menit yang lalu, namun Nessa sedari tadi hanya tidur saja.

"NESSA!" teriak seorang perempuan di ambang pintu kelas XI IPA 4.

Nessa yang tengah nyaman tidur di kelasnya dengan terpaksa bangun dan mendongkak wajahnya ke arah seseorang yang memanggil namanya. Nessa mengernyitkan dahinya ketika Tika berlari terbirit-birit menuju tempat duduknya.

"Lo kenapa lari-lari begitu, apa guru udah masuk ya?" tanya Nessa heran.

Tika menggeleng kepalanya cepat. "Bukan itu Nessa, baru juga lima belas menit istirahat nya." Kini Tika sudah duduk di bangkunya sendiri, alias dia memang duduk sebangku dengan Nessa.

Nessa mendecak pelan. "Terus apaan dong?" tanyanya lagi.

"Gila! Si Evan ngerjain si cowok cupu itu lagi. Sekarang tuh cowok kasihan banget lagi di kantin."

Rasa penasaran Nessa semakin menjadi, ketika mendengar kata cowok cupu yang sudah familiar di telinganya, karena banyak murid di sekolah yang membicarakan cowok cupu tersebut. Nessa tidak tahu betul siapa cowok cupu yang dimaksud teman-temannya.

Drastic ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang