Part 1

66.6K 2.2K 21
                                    

Seorang gadis tengah duduk termangu menatap sepasang pengantin baru yang tengah bersanding di atas pelaminan. Tampak kedua mempelai itu tersenyum lebar menyambut para tamu undangan yang hadir di pesta pernikahan mereka, seolah tidak peduli dengan gadis yang saat ini tidak bisa mengelak dari aksi bodohnya menatap mereka.

Sesekali gadis itu mengutuki nasib kebodohannya yang menghadiri acara pernikahan pria yang sampai saat ini ia cintai itu. Ingin rasanya dia menangis dan berteriak saat ini juga. Memberitahu semua orang yang hadir di sana kalau dia tengah terluka. Terluka melihat cintanya dimiliki oleh hati yang lain.

Flashback

Nila sudah duduk di sebuah bangku taman yang terlihat sangat sunyi. Malam ini adalah malam pertama pertemuannya setelah lima tahun ia berpisah dari Aral. Menunggu kehadiran pria itu yang katanya akan datang sekitar tiga puluh menit lagi. Sesuai perjanjian mereka.

Tadi, Nila terlalu munafik saat Aral menghubunginya dan mengatakan ingin bertemu dengannya. Bersikap seperti orang dingin, dan membuatnya begitu konyol, karena datang jauh lebih dulu daripada waktu yang sudah mereka tentukan.

"Kau sudah lama menunggu?"

Nila menoleh saat tiba-tiba dirasakannya Aral sudah duduk di sampingnya. "Hm. Aku sudah lama menunggu," jawabnya sambil menatap pria itu.

“...sangat lama” lanjutnya dalam hati.

"Maaf, karena membuatmu menunggu lama"

Nila hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan pria itu.

"Tidak apa…Lima tahun menunggumu bukanlah hal yang sulit saat aku sudah melihat wajahmu sekarang.” Balasnya perempuan itu.

Terlihat Aral membuang napas sejenak, dan merogoh saku bagian dalam jas yang saat ini ia gunakan.

"Ini," ucap Aral menyerahkan sebuah kertas tebal berwarna merah maroon bertuliskan 'undangan'.

"Apa ini?" Tanya Nila menerima undangan tersebut.

"Aku akan menikah minggu depan."

Bagaikan kilau petir di hari yang sangat cerah, ucapan Aral menyambar relung hati Nila hingga bergetar dengan sangat hebat.

"Kau akan menikah?" Tanya Nila dengan separuh nyawa yang tersisa. "Dengan siapa?"

"Raya"

"Nila!"

Tubuh Nila tersentak kaget, saat seseorang memukul pundaknya di tengah lamunan. Merasa kesal, dia mendelik pada pria yang duduk di sampingnya.

"Kau melamun?" Tanya pria itu dibalas gelengan kepala oleh Nila.

"Tidak." Jawabnya membuat pria itu menghembuskan napas panjang. Dia tahu kalau Nila sedang berbohong padanya.

"Ayo!"

Bayu, pria yang sejak tadi duduk di samping Nila mengulurkan tangannya pada gadis tersebut.

"Kau tidak ingin menjadi pengecut, bukan?" Ucap Bayu kala Nila hanya menatap uluran tangan Bayu dengan sorot mata bertanya.

“Pengecut?” Beo Nila dibalas anggukan serta senyuman oleh pria itu.

“Kau pengecut, jika hanya menatapnya dari sini.” Kata Bayu mampu membuat Nila terhenyak.

Bayu benar. Nila tidak boleh bersikap pengecut seperti ini. Duduk diam memandangi pelaminan megah itu, dengan hati yang teriris. Dan membiarkannya kalah dengan perasaannya sendiri.

Second Love (Tersedia di PlayStore!)Onde histórias criam vida. Descubra agora