Bagian ke 3

9.2K 930 25
                                    

Tidak banya hal menarik yang terjadi setelah kesalah pahamanku dalam menentukan gender Naruto, yang pasti sejak hari itu aku menghabiskan sebagian besar waktuku bersamanya di loteng.

Awalnya susah memang naik turun loteng dengan kaki pincangku. Namu terkadang, tanpa kusadari aku sudah berada di sana lengkap dengan Naruto dan senyum mataharinya.

Naruto bercerita banyak hal tentang dunia luar yang tidak kuketahi. Seperti bumi yang selama ini kami kira persegi empat, dia mengatakan bentuk sesungguhnya adalah bulat.

Tentang sekelompok orang yang berpetualang menggunakan perahu, dia memanggil mereka bajak laut.

Tentang daratan luas yang hanya terdiri dari pasir, ia memanggilnya gurun. Tentang bintang di atas sana yang ternyata sebesar matahari.

"kau tau Sasuke? Jika kau terus berjalan luruuuuuuss kau akan berada pada ujung pulau ini, di sana ada laut, berwarna biru dan berbau asin."

Dan tentang laut.

Laut yang biru, laut yang menyimpan banyak ikan besar, laut yang berbau amis, laut yang sangat ia cintai.

Aku tau bahwa hidupku selama ini tidak lebih dari burung dalam sangkar yang tertutup rapat.

Atas perintah raja, kerajaan menyembunyikan keberadaanku serapat mungkin. Aku adalah aib sekaligus ancaman bagi kerajaan dan tahta raja. Mereka mengawasiku meskipun aku tidak begitu peduli. Dan kondisi kakiku membuatku tak berharap banyak untuk kehidupan yang lebih baik dari sekarang ini.

Tapi Naruto, si Dobe itu. Ia membuatku menjadi tamak dan tidak bersyukur atas apa yang ku dapatkan selama ini. Aku ingin melihat semua yang ia ceritakan, bajak laut, gurun pasir dan laut yang katanya memiliki warna biru lebih indah dari matanya. Aku tidak akan percaya sebelum melihatnya langsung, karena sungguh, mata Naruto adalah biru terindah yang pernahkulihat.
.
.
Magic Mirror (SN version)
.
.

Perang masih berkecamuk di belahan lain kerajaan ini. Dan Naruto berhasil mengubah rencanaku terhadap taman belakang, aku masih menanam tomat seperti rencana awalku tapi ia berhasil membuatku menanam jeruk juga.

"kau tau Sasuke, jeruk itu buah berwarna orange dengan rasa yang saaaaaaaanngaaaaaaat manis ttebayou!" ujarnya di suatu siang. Aku duduk dengan satu kaki di tekuk bersila dan satunya di luruskan.

Aku memandangnya dengan mata menyipit. "aku memang tidak pernah berpergian sepertimu, tapi bukan berarti aku tidak tau apa itu jeruk idiot." Kata - kataku masih saja kasar. Tapi dia tidak pernah menganggap umpatanku dengan serius. Aku bersyukur untuk itu. Banyak orang yang menganggapku pemuda sombong karena sifat judesku.
Terserahlah.

"hehehehe.." Naruto tersenyum ia mengubah posisi duduknya menjadi bersimpuh, kedua tanggannya mendorong sebuah bunggkusan menembus dinding cermin.

Baru - baru ini Naruto menyadari jika ia berkonsentrasi ia dapat memindahkan benda dari dalam cermin keluar. Dasar dobe.

Apa aku lupa bilang Naruto adalah seorang penyihir muda? Dia berpetualang dengan gurunya keberbagai tempat untuk berlatih sihir dan membatu orang - orang dengan sihir mereka.

Tapi suatu hari Naruto membuat sebuah kesalahan dan terperangkap dalam cermin ini, cermin ini adalah nyawanya, jika cermin ini pecah maka berakhir sudah hidupnnya. Malang sekali dia. Aku mendengus.

Bungkusan itu terbang menuju sebelahku karena sihir Naruto, aku mengambilnya dan menimbang - nimbang isinya.

"itu bibit jeruk Sasuke~~ Tanam yaa?? Pleaseee~~" ia merengek.

Aku bangun dengan susah payah lalu memasukkan kantung bibit itu kedalam sakuku. "akan kupertimbangkan." Ujarku ketus, lalu berbalik pergi.

Di belakangku Naruto tersenyum dan melambaikan tangannya "Sampai jumpa besok Sasukeeee!" ujarnya riang. Sial, aku bahkan tidak dapat menyembunyikan senyumku. Untung dia tak melihatnya karena aku memunggunginya.
.
.
.
.
Dan aku benar - benar menanam bibit jeruk itu, seorang pelayan yang rutin kemari bembawakanku buku merawat pohon jeruk seminggu setelah aku memintanya. Masih dapat ku ingat dengan jelas wajah kagetnya ketika kuajak dia berbicara untuk pertama kalinya setelah berbulan - bulan lamanya aku tinggal di sini. Apa dia kira aku bisu?!

Sekarang pohon itu sudah tumbuh besar dan subur dengan buah jeruk berwana orange menggantung pada dahannya, meskipun aku (sangat) tidak menyukai jeruk aku tetap merawat pohot itu dengan baik, saking baiknya aku sampai melupakan tomat - tomatku dan beberapa diantaranya harus mati karena kurang perawatan. Sial.
.
.
.
"Uwaaaaa... Sasuke buahnya bagus sekali!" Naruto tersenyum bodoh sambil memutar-mutar jeruk dalam genggaman kedua tangannya, pipinya memerah dia terlihat begitu manis di mataku.

"Ne.. ne.. Sasuke, bagai mana pohon jeruknya? Apa dia besar? Apa buahnya banyak? Cerita padakuuuu~~" ia merengek lagi tapi aku tidak menjawab satupun pertanyaannya.

Dengan susah payah aku berdiri kali ini bukan untuk pergi melainkan melangkah menuju arahnya. Kuusap cermin yang membatasi kami. Naruto masih tersenyum menatapku ketika tanganku terus bergulir di permukaan cermin, ia mengarahkan tangannya menuju tanganku mempertemukan tangan kami yang terhalang oleh cermin.

"aku ingin kau melihatnya sendiri." Ujarku pelan. Senyum di wajah itu menghilang dan untuk sesaat pandangan itu terasa kosong. Iris biru Naruto bertemu dengan Onixsku.

Kami tau itu tidak mungkin, Naruto tidak dapat keluar dari cermin dan membawa cermin keluar dari sini terlalu beresiko dengan keadaan kakiku yang pincang, aku tidak masalah jika harus terluka ketika jatuh dari tangga tapi akan jadi masalah jika aku terjatuh bersama cermin Naruto dan memecahkannya.

Pilihan terakhir yang tersisa adalah meminta bantuan orang lain untuk menurunkan cermin itu, namun aku tidak mau menerima resiko orang lain mengetahui keberadaan Naruto lalu menyebar rumor buruk tentang kami.

Anak haram raja bersama seorang penyihir tinggal di sebuah rumah tua milik raja. Rasanya itu menjadi alasan yang cukup untuk membakar Naruto hidup-hidup. Dan aku menolak keras hal itu.

"Sasuke.." suara Naruto memecah lamunanku ia masih menatap onixsku. "bulan purnama malam ini, datanglah ke mari." Ujarnya pelan setengah berbisik.

Aku mengangguk setuju lalu bayangan Naruto pada cermin memudar untuk kemudian menghilang. Aku menghela nafas dan berbalik pergi dari loteng tua itu.
.
.
Tbc

Magic Mirror (sasunaru ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang