1.INSIDEN

124K 756 11
                                    

Catatan:
Cerita ini hanya fiktif. Bila ada kesamaan nama tokoh, tempat atau adegan, itu hanya ketidak sengajaan belaka.
Diharap meninggalkan suara kalian seusai membaca tulisan ini. Mari saling menghargai dan mensupport.
Selamat menikmati secuil karya amatiran ini..

Cuaca panas terik begitu menyengat di kulit. Lalu lalang orang yang melakukan aktivitasnya masing-masing terlihat memadati setiap jalan di ibukota. Hari memang sudah siang, sudah memasuki jam 12 siang yang juga berarti sudah waktunya jam makan siang untuk sebagian besar para karyawan ataupun karyawati di semua perusahaan di kota ini. Kota Jakarta. Kota yang padat dan penuh sesak dengan warga serta kendaraan umum maupun pribadi yang tak bisa dihitung dengan jari.

Sama seperti orang pada umumnya. Nampak seorang pemuda dengan dandanan yang masih terlihat rapi yang baru saja selesai melakukan santap siangnya di sebuah restoran kecil yang terletak di pinggiran kota. Restoran yang juga merupakan usaha milik keluarganya yang telah turun-temurun dari nenek buyutnya. Pria itu, yang dianugerahi nama Abimanyu Zulkarnaen oleh keluarganya, atau yang kerap disapa dengan sebutan Abi, baru saja keluar dari Resto 'Nusantara' diikuti oleh seorang wanita paruh baya yang mengekor di belakangnya. Abi mencium punggung tangan wanita itu sebelum sebuah perbincangan singkat terlontar dari bibir wanita yang tak lain adalah ibu kandungnya.

"Kalau kau ada waktu luang, pulanglah, Bi. Menginaplah di rumah. Ibu merasa kesepian. Meski ibu bersama Vira, ibu sering merasa sendirian. Kamu tahu, adikmu itu sedang sibuk untuk Ujian Akhirnya." Keluh nyonya Widya Anggraini, wanita yang masih terlihat cantik dan awet muda di usianya yang hampir mencapai separuh abad yang sayangnya harus hidup menjanda semenjak ditinggal mati lima tahun yang lalu oleh pasangan hidupnya, Tuan Zulkarnaen yang merupakan ayah kandung dari Abi dan Vira, kedua harta paling berharganya.

"Akan aku usahakan, ibu..." Abi hanya mengangguk sekilas atas permintaan ibunya. Salahkan ibunya itu yang selama ini membuatnya merasa tak nyaman jika berada di rumah. Hingga sejak tiga tahun yang lalu, pria itu memilih untuk hengkang dari kediaman orang tuanya dan mencicil sebuah rumah modern dan minimalis untuk ia tinggali. Ia tak ingin ribut dengan sang ibu yang tak henti menuntutnya untuk segera menikah dan memberikan cucu pada satu-satunya orang tua yang ia miliki.
Usia Abi memang sudah sangat cukup untuk melakukan apa yang dinamakan pernikahan. 27 tahun, belum terlalu tua namun juga sudah tak bisa dibilang muda. Ia bosan dan pusing jika ibunya mengungkit masalah yang satu ini. Ia juga ingin menikah, tapi dengan pasangan yang ia cintai dan mencintainya. Bukan dengan pilihan ibunya yang bahkan telah beberapa kali mengenalkannya dengan anak gadis teman ibunya. Perjodohan. Huh, terlalu klasik dan kuno untuk ukuran pemuda tampan, up to date dan mapan seperti Abi.

Abi sendiri sudah bekerja sebagai seorang manager marketing sejak empat tahun yang lalu di Blackpearl, sebuah perusahaan otomotif yang lumayan besar di Jakarta. Ia lulus kuliah ketika usianya masih 23 dan beruntungnya surat lamarannya langsung diterima oleh perusahaan itu. Karirnya semakin tahun semakin cemerlang. Berkat keuletan dan kegigihannya dalam pekerjaannya, ia langsung dipromosikan menjadi manager marketing meski baru dua tahun bekerja di sana. Dan penghasilan yang didapatnya lumayan besar, bisa untuk mencicil rumah masa depannya bersama keluarga impiannya kelak serta sisanya ia tabung sebagian. Ia juga termasuk pria yang tak suka hidup berfoya-foya. Ia selalu ingat pada petuah ayahnya ketika beliau masih hidup.

"Hidup itu harus berguna, bukan hanya untuk diri sendiri dan keluarga, tapi juga untuk orang lain. Jangan sombong dan hidup sok-sok an jika sudah menjadi 'orang'. Dan jangan menyerah dengan keadaan meski terasa berat dan menghimpit. Dan yang paling penting, ingatlah selalu pada Tuhan."

"Abi berangkat dulu, Bu. Assalamu'alaikum..." Abi segera masuk ke dalam mobilnya. Meninggalkan ibunya yang hanya bisa menatap kepergiannya dari depan pintu utama restoran.

OH MY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang