Bab 2

63.3K 2.3K 18
                                    

Suara rintihan pelan membangunkan Gaby dari tidur singkatnya, ia mendongakan kepalanya yang ia letakan diatas ranjang dimana ibunya tengah berbaring dan betapa kagetnya dia saat ia melihat bibir ibunya bergerak pelan, hanya bibir namun matanya masih terpejam erat. Dengan cepat Gaby menekan tombol yang ada disamping ranjang, dan tak lama kemudian seorang dokter dan suster masuk kedalam kamar rawat ibunya, dokter itu segera memeriksa keadaan ibu Gaby yang masih seperti bergumam.

Gaby hanya berdiri diujung ruangan sembari menunggu dokter tersebut memeriksa keadaan ibunya. Saat melihat dokter itu melepaskan stetoskopnya, Gaby berjalan mendekat kearah dokter itu.

"Ibu anda sudah menunjukan kemajuan yang baik nona Gaby, semoga besok beliau sudah sadarkan diri" dokter setengah baya itu menepuk pelan bahu Gaby lalu mengajak suster tadi untuk keluar.

Gaby kembali duduk dikursi yang selalu ia duduki saat menunggui ibunya. Ibunya dioperasi 2 hari yang lalu untuk yang kedua kalinya, namun hingga dini hari ini belum juga sadar. Gaby menggenggam tangan ibunya erat, sungguh ia tak ingin kehilang satu-satu orang yang menjadi alasan dia bertahan. Setelah ayahnya pergi entah kemana saat ia masuk high school, Gaby hanya tinggal bersama dengan ibunya. Ibunya bekerja disalah satu restoran dekat rumah mereka, dan karena tak ingin membebani ibunya lebih lagi, Gaby memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah setelah lulus dari high school. Dia bekerja disebuah minimarket jika malam hari, dan pagi ia bekerja mengantar makanan-makanan yang dipesan secara delivery di restoran tempat ibunya bekerja dulu. 3 tahun yang lalu ibunya sering merasakan sakit didada sebelah kiri, namun karena ibunya sering meyakinkan Gaby bahwa ia tidak apa-apa akhirnya Gaby juga tidak terlalu memikirkannya, namun semakin lama ibunya merasakan sakit yang lebih parah dan betapa kagetnya Gaby saat membawa ibunya kerumah sakit, dokter mendiagnosa bahwa ibunya menderita Jantung. Pada akhirnya beberapa bulan yang lalu dokter menyarankan agar segera dilakukan operasi agar kesehatan ibu Gaby tidak menurun. Gaji yang Gaby terima tak akan pernah cukup untuk membayar operasi yang begitu mahal, Gaby sempat mencoba mencari pinjaman tapi itu bahkan hanya menutup pembayaran ruang rawat inap saja. Gaby putus asa awalnya. Hingga dia bertemu dengan temannya satu bulan yang lalu, temannya bekerja sebagai pelacur, dan temannya itu menawari Gaby untuk bekerja sama seperti dia, temannya meyakinkan bahwa uang yang didapat bisa untuk melakukan operasi ibunya. Gaby tak menyetujui usul temannya diawal, namun melihat kondisi ibunya yang semakin menurun, Gaby tak punya pilihan. Ia datang kesebuah club yang terkenal dengan pelayanan pelacurnya namun Gaby ditolak... bukan jadi pelacur, namun ia mendapatkan uang yang begitu banyak dari perjanjian yang ia buat dengan pria bernama Xavier. Pria itu hanya ingin memiliki anak , dan Gaby bersedia untuk hamil anak laki-laki itu.

Jika Gaby teringat malam dimana Xavier menyetubuhinya, rasanya ia hanya bisa menangis, namun tak bisa, ia bertahan demi ibunya. Ini sudah lebih dari 2 minggu sejak kejadian itu, Gaby tak pernah lagi bertemu dengan pria itu, pria itu juga tak mencoba menghubunginya, dan itu membuat Gaby lega.

Mata Gaby semakin berat. Ini masih jam 3 pagi, tadi malam ia bekerja sampai pukul 12, ia lelah sekali, hingga beberapa menit kemudian Gaby sudah terlelap diatas kursi.
.
.
.
Gaby masuk kedalam ruangan ibunya setelah selesai mengantar makanan-makanan pesanan yang memang sudah menjadi tugasnya. Pagi tadi ia bangun dari tidur dengan posisi duduk diatas kursi belum mendapati ibunya tersadar, kemudian Gaby meninggalkan ibunya untuk bekerja. Sore nanti dia harus kembali bekerja di minimarket tak jauh dari rumah sakit tempat ibunya dirawat maka dari itu ia menyempatkan datang melihat kondisi ibunya, dan betapa kagetnya Gaby saat melihat ada dokter yang baru akan keluar dari ruangan ibunya.

"Ibu anda sudah sadar, kondisinya sangat baik, kami akan melakukan pemeriksaan lagi sore nanti" ucap dokter itu laku ditanggapi senyuman oleh Gaby dan dokter itu berlalu.

Gaby berjalan menghampiri ibunya yang kini sudah membuka matanya dan tersenyum kearahnya.

"Ibuuu" tangis Gaby tak bisa dibendung lagi, air matanya keluar begitu saja, ia segera menciumi punggung tangan ibunya.

Crazy DealWhere stories live. Discover now