Chapter 1

961 61 8
                                    

Musim ini ribuan orang turun ke jalan hanya untuk menyaksikan karnival perdana yang dibuat oleh pemimpin baru kami, Paylor. Kali ini untuk pertama kalinya juga terlihat antusiasme dari masyarakat Capitol—yang berasal dari berbagai distrik, lebih tepatnya, untuk merasakan udara yang terbebas dari kekangan dan jajahan para penjaga perdamaian yang tak lelahnya berada disetiap sudut kota. Orang-orang berduyun-duyun menikmati Capitol hari ini. Kue khas sentuhan tangan Peeta terpampang menawan nan tinggi di sebelah podium pidato kenegaraan.

Terlihat Effie keluar dari gedung pengadilan mengenakan dress yang ramai seperti biasanya. Hanya saja rambutnya berubah menjadi warna hijau terang yang malah terlihat seperti warna lumut sekarang. Bibir tebalnya dipoles dengan warna biru gelap yang dicampur dengan minyak pelembab yang sangat banyak hingga ia terlihat seperti telah memakan babi goreng 3 tumpuk. Heels nya yang tinggi terlihat tajam menusuk jalanan saat ini. Ia menyapa para petinggi Capitol dan deretan para pemenang dengan senyum dan gestur tubuhnya yang khas. Ketika Effie melihatku, ia langsung memelukku dan menanyakan apakah gaun yang diberikannya nyaman dipakai.

"Ya, terimakasih, Effie. Bulu-bulu angsa memang sangat membantu saat memasuki musim dingin seperti sekarang ini," kataku yang sebenarnya terlihat sedikit kesulitan berjalan dengan gaun ini.

"Oh, itu sudah menjadi tugasku, sayang. Omong-omong, dimana kekasihmu?"

Ya. Dimana Peeta? Semenjak kami berpisah di depan Istana Kepresidenan tadi, aku tidak melihatnya lagi. Ia hanya menyuruhku untuk berjalan dahulu sementara ia menyalami teman lamanya. 

"Oh, ia sedang menemui teman-temannya, Effie. Jangan Khawatir."

"Ya, aku harap kalian menikmati hasil jerih payah kalian hari ini, sayang." katanya dengan penuh keyakinan.

"Pasti, Effie." timpalku seadanya seraya tersenyum.

"Baiklah, bersenang-senanglah! Aku akan pergi menemui Haymitch untuk memeriksa dan memastikan ia tidak akan mabuk di hari yang istimewa ini." Kata Effie Trinket yang kemudian berlalu.

Aku memandang sekitar. Salju mulai turun menghiasi Capitol kali ini. Suhu dingin mulai terasa dibalutan gaun yang kukenakan. Ya, paling tidak gaun ini memiliki bulu yang cukup untuk menjaga panas tubuhku. Kostum yang kukenakan tidak jauh berbeda dengan Peeta. Casual namun elegan karena memiliki glitter keemasan yang tertabur di pakaian yang kami kenakan. Effie pasti telah merencanakannya untuk karnival ini.

"Hai, Katniss," sapa seseorang dari arah gedung pengadilan.

"Hei, ternyata kau. Wah, kenapa mengenakan tuxedo di acara seperti ini, Finnick? Ingin mengenang distrik 13?" kataku diiringi tawa yang terdengar seperti mengenang sesuatu sekarang.

"Jangan bercanda, Nona. Tuxedo selalu membawa keberuntungan bagiku," timpal pemenang berparas tampan itu sambil terkekeh pelan.

"Dimana Annie dan Alger Odair? Apakah anak kalian sudah bisa menggoda perempuan seperti ayahnya?"

"Mereka masih dirubung warga sekarang. Mungkin Alger akan mengalahkan kemampuan ayahnya dalam menghadapi wanita besok. Dia sudah merintisnya saat ini, bukan?" katanya yang berhasil memancing tawaku hari ini.

Finnick Odair. Pria itu lolos dari mutt ganas rancangan Capitol. Peeta yang notabenenya masih sakit psikologisnya saat itu reflek menarik tangan Finnick untuk menaiki tangga saat para mutt mencabik-cabik daging kakinya. Aku hanya terdiam kala itu dan berharap pria yang terperangkap bersamaku saat burung-burung mockingjay menyiksa kami dapat selamat.

"Kupikir kau sedang bersama Haymitch sekarang. Aku mencarimu." Mendengar suara itu, aku langsung menoleh cepat. Yang ditoleh langsung mengajak Finnick bersalaman.

"Oh, Hai, Peeta! Kue yang indah!" puji Finnick sambil melihat kue buatan tangan Peeta.

"Terimakasih, Finnick. Katniss, kupikir kau ingin berjalan-jalan bersamaku? Capitol sangat indah hari ini." Peeta memberikan lengannya untuk kugenggam.

"Ya, Capitol memang sebenarnya selalu indah, Tuan," Kukalungkan tanganku ditempat yang telah Peeta tawarkan.

"Bersenang-senanglah, Mellark!" kata Finnick Odair sedikit berteriak.

Suasana memang sangat indah. Peeta tidak berbohong soal ini. Aneh rasanya melihat Capitol setenang ini. Hanya sekedar teringat bagaimana pesawat-pesawat penyusup kami kala itu berhasil menembus perbatasan Capitol dengan mudah. Hal itu tentu sangat tidak lazim dengan bagaimana seharusnya Capitol bertindak. Dan sebagai balasannya yaitu Peeta. Lelaki yang kugenggam tangannya saat ini dahulu begitu jauh kurasakan. Bahkan untuk mengingat bagaimana hembusan nafasnya mengenai permukaan tengkukku ketika ia menemaniku disetiap mimpi buruk datang, aku lupa. Bagaimana suara menyejukkan itu mengalun lembut menenangkan di telingaku. Aku begitu merindukannya.

"Peeta?" kataku dengan sedikit melonggarkan genggaman tangannya.

"Ya, Katniss?" balas Peeta menoleh. Mata biru itu. Mata yang sangat kurindukan tatapannya. Yang kala itu sempat setajam tatapan harimau beringas saat melihatku. Yang kala itu menganggapku seperti seekor mutt yang telah terprogram untuk menghancurkan dunia hingga harus dimusnahkan. Sepasang manik mata yang sangat teduh dan kupandang saat ini pernah sangat membenciku.

"Katniss? Kau kedinginan? Apa kita perlu kembali ke keramaian?" Peeta memegang pundakku, ada sedikit raut kekhawatiran di wajahnya karena aku hanya menatapnya, mematung.

"Tidak. Aku hanya—hanya—entah kenapa hanya merindukanmu—tidak, maksudku—" Bodoh.

"Ingin bicara apa, sweetheart?" Raut wajah Peeta yang semula khawatir kini berubah—menggoda.

"Ya. Aku tahu, Katniss. Aku tahu apa yang kau pikirkan. Capitol sangat berubah, huh?" katanya. Gestur tubuhnya berubah kaku saat melangkah. Matanya terlihat berusaha keras menatapku yang kemudian pandangannya berubah haluan menyapu seluruh gedung pencakar langit Capitol.

"Apa aku terlihat sangat bodoh saat pertama kali Gale membawaku kembali padamu? Apakah aku terlihat seperti mutt buatan Capitol? Apa aku sehina itu, Katniss? Apa kau sangat jijik melihat sisa kejahatan Capitol ditubuhku? Apa—"

Belum sempat Peeta menyelesaikan kalimatnya, aku langsung mencium bibirnya. Peeta membalas ciumanku untuk pertama kalinya setelah ia kembali padaku. Kehangatan menjulur keseluruh tubuhku seiring waktu. Hangat. Masih terasa seperti Peeta yang dulu. Sejujurnya Capitol hari ini memang mendukung untuk berlangsungnya adegan ini.

Setelah itu, aku memeluknya, membisikan suatu kalimat kepadanya.

"Tidak. Aku hanya merindukanmu."

"Ya, aku juga begitu."

Capitol Is OursWhere stories live. Discover now