P R O L O G

327K 11.3K 476
                                    

Ada beberapa peringatan yang harus kamu ikuti sebelum baca cerita saya:

1. Kamu nggk perlu baca cerita saya yang lain utk membaca kisah ini. Meski pemerannya sama, namun konflik ttp beda.

2. Kisah ini lebih didominasi ttg cerita keluarga. Jika kamu tdk menyukai kisah dgn konflik berat, silakan menyingkir. Karena cerita ini akan lebih banyak menguras emosi.

3. Bacalah dgn bijak, jgn meniru adegan kekerasan yg ada di kisah ini.

4. Akan banyak pemeran yg muncul di cerita ini, jadi harap jgn bingung.

5. Siapkan jantung kamu dan happy reading:)

*******

Butuh ketenangan yang luar biasa saat Arsen duduk di kokpit, mengendarai burung besi Boeing 737-800 NG yang berkapasitas 162 penumpang dan membawanya selamat sampai tujuan tanpa lecet satu barang pun.

Pikirannya berkecamuk ketika kerabatnya menghubungi, kalau istrinya sudah berada di dalam ruangan persalinan. Sebentar lagi, mereka akan segera memiliki seorang anak yang lahir dari rahim istrinya sendiri.

Kesabaran, ketabahan dan ketegaran mereka dalam menjalani hidup yang penuh dengan lika-liku akhirnya berbuah manis. Ayla pernah mengalami keguguran, kemudian di diagnosis mengidap penyakit kista endometriosis. Semua cobaan tersebut, membuat Ayla dan Arsen pupus dan nyaris putus asa untuk memiliki seorang keturunan.

Tergopoh-gopoh, Arsen berlari melewati koridor rumah sakit. Suara tangis bayi langsung terdengar nyaring memecahkan keheningan.

"Ibu dan bayinya sehat, bayi bapak laki-laki. Mau diberi nama siapa bayinya, Pak?" ujar dokter Intan saat meminta Arsen untuk menemui anaknya.

Arsen hanya memandang takjub wajah mungil yang ada di dalam gendongannya saat ini, matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis dan haru yang luar biasa.

"Akan aku beri dia nama Naufal Khalif Haliim, yang artinya adalah laki-laki dermawan, baik hati, tampan, sabar dan bisa menjadi pemimpin yang baik untuk keluarga."

Disaat-saat seperti inilah suasana haru terjadi, ketika Arsen mulai mengumandangkan azan di telinga anaknya untuk yang pertama kalinya. Suara tangis dan azan berpadu padan menjadi satu. Air mata Arsen menetes saat Naufal berada di dalam dekapannya. Merekat erat di dadanya, merasakan detak jantung Ayahnya yang seirama.

"Anak kita, Bun. Dia akan menjadi seorang anak yang hebat. Sekarang kebahagiaan kita sudah lengkap. Aku, kamu, Nimas dan kini Naufal akan menjadi keluarga kecil yang sempurna." Arsen membawa anaknya menuju ruang rawat inap Ayla, membaringkan anaknya tepat di sebelah istrinya.

"Aku takut, Mas." Wajah Ayla mendadak muram. Kesedihan melingkupi jiwanya saat ini.

"Apa yang harus kamu takutkan?" Arsen menggenggam jemari Ayla. Berusaha menenangkan hati istrinya.

"Aku takut dengan Nimas. Sekarang umurnya sudah menginjak dua tahun, dan setiap tahunnya dia akan tumbuh menjadi perempuan dewasa. Bagaimana kalau Nimas tahu, dia bukan anak kandung kita? Dia hanya anak adopsi yang pernah kita ambil dari panti asuhan? Bagaimana kalau Nimas pergi meninggalkan kita dan mencari orangtua kandungnya, yang udah nggak ada? Aku juga sangat menyayangi Nimas. Sebelum kita memiliki Naufal, Nimas lah yang selalu menjadi pelengkap hidupku."

Arsen hanya menampilkan senyuman menenangkan. "Cepat atau lambat, Nimas akan tahu kebenarannya. Dan sampai kapan pun, aku akan tetap menganggap Nimas seperti anak kandungku sendiri meski kami tidak sedarah. Kuberi dia nama Nimas, agar bisa menjadi bulan yang terang di dalam kehidupan kita. Kuberi dia nama panjang Aryla, karena dia milik Arsen dan Ayla. Kuberi dia nama akhir Haliim, agar kelak dia dapat tumbuh menjadi gadis yang sabar dan menandakan kalau dia adalah milik keluarga kita. Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita dari Nimas, Bun."

"Tapi, maukah kamu berjanji sama aku?"

"Janji apa itu, Bun?" Arsen menatap manik mata Ayla lekat-lekat.

"Kita jangan memberi tahu kebeneran apa pun kepada Nimas. Kita harus menyimpan rahasia ini rapat-rapat. Kita yang akan membesarkannya hingga dewasa, sampai dia menikah nanti."

Arsen hanya terdiam, tidak yakin dengan keputusan istrinya.

"Mas, please. Aku nggak mau Nimas pergi dari kehidupanku kalau dia tahu, dia hanya anak adopsi." Ayla semakin mengenggam erat jari suaminya, matanya menyiratkan permohonan.

"Okey, tapi dengan satu syarat juga. Jangan pernah membedakan Nimas dan Naufal, beri dia kasih sayang yang tulus dan selalu jaga mereka."

Ayla mengangguk, senyuman senang mengembang di bibirnya. "Aku janji. Karena Nimas adalah anak perempuan satu-satunya yang kita punya, aku akan mendidik Nimas menjadi wanita yang soleha dan berbudi pekerti."

Tapi, akankah semesta menjabarkan doa-doa dan impian mereka sebagai orangtua? Sayangnya, semesta berkata lain.
.
.
.

PERFECT LOVE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang