1. Malam Pertama

33.8K 1.5K 27
                                    

Mengandung muatan dewasa, diharapkan kesadarannya ya khususnya buat pembaca di bawah umur :). Plisss, jangan baper yaaaa :D

--

Aku menarik rambut kusutku dengan tidak sabaran. Bayangkan, aku sudah berada di dalam kamar mandi ini sejak setengah jam yang lalu, tapi rambut korban hair spray-ku ini masih tidak bisa diatur. Yang ada malah, rambutku mengembang seperti singa.

Mas Graha pasti mengira aku sedang mandi besar-besaran untuk merayakan malam pertama kami. Uppss...menyebutkannya saja membuatku merinding.

Aku menyisir helai demi helai rambutku yang mengeras dengan perlahan. Kubasahi sedikit demi sedikit, tapi tetap saja masih kusut. Sepertinya tenagaku sudah habis, aku benar-benar kelelahan dari pagi hingga malam ini.

Setelah detik-detik yang menegangkan kulalui, sepertinya otak dan seluruh tubuhku protes minta istirahat. Setelah mandi ini, mungkin aku bisa langsung tidur. Tapi...bagaimana dengan Mas Graha?

Wajahku mendadak memanas menahan malu. Apa-apaan yang aku pikirkan. Ayo May, fokus mandi dan selesaikan rambut kusutmu.

Padahal pertama kali memasuki kamar hotel ini, niat pertamaku adalah berendam air hangat di bath tub, tapi mengingat acara bersih-bersihku memakan waktu berjam-jam, aku menundanya sampai besok. Lagipula, aku akan berada di hotel ini untuk tiga hari kedepan.

Aku masih belum puas dengan rambutku yang masih kusut jika disisir. Sudahlah, mungkin setelah dikeramas nanti efek hair spray-nya akan hilang.

Padahal tadi Regi sudah berpesan padaku kalau rambutku harus dibersihkan dengan taburan bedak, biar tidak kusut. Tapi, mana bisa aku mengingat hal kecil seperti itu sedangkan dari pagi hingga malam ini aku saja tidak ingat makan.

Aku tahu, seharusnya aku keluar dari kamar mandi ini dan mengambil bedak tabur yang ada di dalam tasku. Tapi...membayangkan kalau aku harus keluar dari kamar mandi ini hanya dengan berlilitkan handuk membuat aku malu sendiri.

Ada Mas Graha di luar sana. Aku tidak tahu apa yang sedang dikerjakannya. Mudah-mudahan saja dia sedang tidur. Ketika sampai di kamar ini, aku langsung terburu-buru masuk kamar mandi tanpa menghiraukan Mas Graha. Aku terlalu malu menatap wajahnya setelah seharian ini aku sudah resmi menjadi istrinya.

Aku masih bingung memulai pembicaraan. Rasanya aku malah jadi grogi setelah pemberkatan di gereja tadi pagi. Mas Graha selalu menatap wajahku dan itu membuatku grogi. Apalagi tadi waktu perjalanan ke hotel, dia terang-terangan merangkulku di hadapan umum. Dan entahlah sepertinya sikap Mas Graha mendadak sangat romantis.

Oke, cukup! Aku harus berkonsentrasi untuk mandi sebelum pintu kamar mandi ini digedor Mas Graha karena aku sudah terlalu lama di dalam sini.

Aku mengeringkan rambutku dengan perlahan. Seharusnya tadi aku membawa hair dryer, tapi semuanya tertinggal di luar sana. Iya di luar sana, dimana ada Mas Graha. Salahku sendiri yang tergesa-gesa masuk kamar mandi.

Aku mengibas-ngibaskan rambutku dan menghasilkan cipratan kecil, tanganku terulur ke gantungan baju di balik pintu. Aku meraba-raba dengan bingung, sepertinya tadi aku sudah mengantung baju gantiku, tapi kenapa tidak ada?

Dan ternyata benar, tidak ada sehelai bajupun disana. Apa aku lupa? Gawat! Mataku memandang seluruh dinding kamar mandi ini, tidak ada piyama mandi juga yang disediakan pihak hotel.

Apa aku harus keluar dengan hanya berlilitkan handuk? Atau kupanggil saja Mas Graha untuk mengambil baju gantiku?

Aku menarik nafas panjang sebelum membuka pintu kamar mandi. Kubuka perlahan agar tidak menimbulkan suara. Dan dari celah kecil yang kubuka aku mengedarkan pandanganku. Sempurna! Mas Graha sedang tertidur dengan pulasnya.

Aku mengeratkan lilitan handukku sebelum membuka pintu lebih lebar. Aku mengendap perlahan. Kalau bukan gara-gara hanya menggunakan handuk, aku tidak akan berbuat sebodoh ini.

Karena lemari tempat tas pakaianku disimpan berada di dekat pintu, aku harus melewati tempat tidur dulu. Dan rasa penasaran itu muncul saat melewatinya. Nafas mas Graha terlihat teratur yang tandanya dia sudah tertidur dengan nyenyak. Dia bahkan masih tertidur dengan kemeja dan celana yang digunakan tadi, jasnya sudah terlempar di kursi. Seharusnya tadi kubiarkan Mas Graha mandi dulu.

Aku memilih baju yang akan aku gunakan dengan perlahan. Perasaanku agak sedikit tenang karena tahu Mas Graha sedang tidur. Tanganku sedikit bergetar saat menyentuh lingerie sexy pemberian teman-teman kantorku. Ya ampun, kenapa aku jadi malu membayangkannya.

Awas saja, pasti Veni yang diam-diam memasukkannya ke dalam tasku. Padahal kemarin aku sudah mengeluarkannya dan sama sekali tidak berniat menunjukkannya di hadapan Mas Graha.

"Kenapa nggak jadi pakai yang itu?" Tiba-tiba saja suara berat itu terdengar bersamaan dengan hembusan nafas yang mengenai pundakku.

Karena kaget, aku mundur dan malah menabrak Mas Graha yang berada di belakangku. Dan mengakibatkan saat ini aku berada tepat di pelukannya.

"Kok bangun, Mas?" tanyaku gugup sambil tanganku mengacak dengan asal pakaian di dalam tasku. Oh my God! Aku hanya berlilitkan handuk!

"May ganti baju dulu ya,"aku menarik asal salah satu pakaian dan bergeser ke samping untuk menghindari Mas Graha.

"Nggak perlu ganti," katanya sambil tersenyum misterius. Aku bengong beberapa detik, pada saat itulah kepalanya ditumpukan di pundakku dan tangannya tiba-tiba saja sudah membelit perutku.

"Mas mandi dulu sana," aku menjauhkan tubuhku perlahan, bukan karena tidak suka dengan perlakuannya, tapi sepertinya sebentar lagi aku akan mati kehabisan nafas!

Awalnya aku mengira Mas Graha tidak akan melepaskanku, tapi ternyata dia melonggarkan pelukannya. Aku bergegas menuju tempat tidur saat mas Graha masuk ke kamar mandi. Entah kenapa jantungku tidak mau diajak kompromi. Dari tadi sepertinya hampir putus gara-gara berdetak terlalu cepat. Aku menghela nafas panjang dan kemudian meletakkan baju gantiku di tempat tidur.

Secepat cahaya, sosok Mas Graha yang aku kira masih berada di kamar mandi tiba-tiba saja sudah berada di hadapanku. Padahal, aku belum sempat mengganti pakaianku. Rasanya seperti mimpi saat tiba-tiba tubuhku sudah terlentang di atas tempat tidur dengan mas Graha berada di atasku.

--

Barusan aku unpublish 37 season 2. Ssstttt jgn sedih dulu hihihi.... mulai hari ini juga aku bakal publish ulang per dua atau tiga hari sekali sampai sampai proses penerbitan 37 season 2 selesai. Kabar baiknya, part-part baru juga bakal aku publish sampai dirasa cukup hohoho...
Yuuuuk nostalgia bareng Mas Graha-May :)

37 After Married (Pindah Ke Dreame/Innovel)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن