a.. Prolog

1.2K 68 3
                                        


Namaku Hana. Yah, sebenarnya aku tidak punya nama. Namun aku ingin sekali, jadi ku buat saja.

Untuk apa nama bagi seorang malaikat? Tapi menurutku perlu.

Aku malaikat?
Kalian tidak percaya?

Aku, malaikat kematian. Aku mengambil nyawa manusia yang memang seharusnya mati.
Tapi tidak usah takut, aku tidak seperti yang manusia bayangkan.
Mereka mengatakan jika malaikat kematian itu menyeramkan, berjubah hitam besar, dan membawa kapak atau apalah itu namanya.

Sekali lagi aku *lebih tepatnya kami malaikat kematian tidak seperti itu.
Kami diciptakan seperti manusia, agar mereka tidak takut.

Aku, berambut coklat gelap dan bermata hitam. Dan jangan lupa dengan pakaian ku yang juga serba hitam.

Sudahlah. Sudah cukup aku menceritakan diriku sendiri.

Di sini sedang turun salju. Sedari tadi aku memperhatikan manusia-manusia yang berlalu lalang dengan pakaian mereka yang sangat tebal.
Bagaimana ya rasanya jadi manusia?
Mereka punya perasaan. Mereka bisa merasakan apa yang kami tidak rasakan.

Itulah salah satu keunggulan manusia dibanding kami.

"Duduk di atap rumah keluarga Wang?"

Itu. Itu temanku.

"Hai Sarang. Dingin ya.."

Aku memanggilnya Sarang, karena dia malaikat Cinta. *sarang dalam bahasa korea artinya cinta. Dia bertugas mempertemukan jodoh manusia.
Padahal dia sangat tidak suka dengan panggilan itu.

Tubuhnya lebih tinggi dari padaku. Dia berambut hitam dan bermata biru. Sarang itu mirip dengan Kyuhyun. Iya, yang anggota apa itu?

Super...

Super...

Super Senior?

"Super Junior" ah, iya. Super Junior.

"Sarang, mau mempertemukan jodoh manusia lagi? Ayo, itu sangat menyenangkan !"
Jika ada waktu, aku selalu melihat Sarang yang mempertemukan jodoh. Itu menyenangkan,
Ada yang saling tabrak di kampus, ada yang berkenalan di sekolah, bahkan saat bayi ada yang sudah bertemu. Mereka itu akan menjadi sahabat sejati lalu saling jatuh cinta.
Itu sangat manis...

"Baru saja ada seorang perempuan lumpuh yang diperiksa oleh dokter yang akan menjadi pasangannya. Dari Inggris, George dan Hana.."

"Apa? Hana? Sama sepertiku dong.."

Sarang diam saja. Memang begitu, kenyataannya terbalik. Kami malaikat kematian biasanya bersifat ceria, dan malaikat cinta bersifat diam.

"Yah, aku ketinggalan, ya"
Dan Sarang diam lagi.

Sarang daritadi tidak menjawab. Jadi lebih baik aku mengambil buku kematianku dan membaca siapa saja yang selanjutnya akan mati.

Dihalaman pertama, terpampang wajah nenek berambut sedikit putih dengan mengenakan kacamata.
Dan tertulis,

Zhi Li Huang.
68 tahun, 8 bulan, 29 hari.

Sepertinya aku tau nenek ini.
Mmm..

YA AMPUN!

"Sarang. Aku akan mengambil nyawa nenek Zhi 10 menit lagi.."

Nenek Zhi.

Itu adalah ibunya sahabatku. Na Huang. *dia manusia yang dapat melihat malaikat.

"Itu sudah waktunya. Dia ada di dapur tadi.. Cepatlah"

Mereka semua ada di bawahku. Dirumah besar ini. Kakek Zhi, sahabatku Na Huang *manusia yang dapat melihat malaikat, berserta suami dan anaknya yang baru 5 tahun.

"Haruskah aku lakukan ini?"

Apa yang harus aku lakukan? Ini ibu dari sahabat tercintaku.

"Demi sahabatmu atau demi hidupmu sendiri?"

Ng.. Baiklah.
Aku akan mengambilnya. Dengan senyuman ceria.

***

Itu nenek Zhi. Dia sedang menyeduh kopi.

Dan, mm.. Sepertinya sendirian. Dimana Na Huang?

Nenek Zhi terjatuh.
Ia memegangi dadanya penuh sesak dan beliau diam saja. Tidak meminta pertolongan, bagus sekali.

Untuk mengambil nyawa manusia, katakan "Bangunlah.." dan nyawanya akan keluar dari tubuhnya. Serta mengikutiku.

Baru aku ingin membuka mulut, ada teriakan kecil di sekitar pintu.

"Nenek... Nenek lihat apa yang ku gambar..!! Nenekk!!"

Pasti ia,
Yuan. Putra Na Huang. Dia imut sekalii....

"Nenek?" Yuan yang memegang kertas bergambar itu membuka mulutnya lebar-lebar.

Tentu saja, neneknya pingsan, kan?

"Kakak siapa?"

Oh tidak.

Dia dapat melihatku juga.

Ini buruk.
Kenapa makin banyak manusia yang dapat melihat kami?
Bersikap ceria.
"Hai, Yuan! Namaku Hana.."

Dia diam saja.
Lalu menghampiri neneknya.

"Nenek.. Bangun. Jangan tidur di lantai nanti kalau kedinginan bagaimana?" dia mengguncang-guncang pelan neneknya.
Sudah cukup, aku harus mengangkatnya.

"Bangunlah.." dan nyawa nenek Zhi pun terangkat.

Yuan hanya diam saja,
Lalu pergi. Mungkin dia mau memberi tau ibu atau ayahnya?

" nenek Zhi. Ikuti aku ya.."

"Iya.."

•••

"Ibu, lihat nenek ibu! Ayo!"

"YA AMPUN IBU!!"

Menangislah Na Huang. Karena itu akan terjadi pada semua orang. Aku memperhatikannya dari balik jendela kecil.

"Ibu.. Tadi nenek dibawa kakak perempuan.."

Aduh! Kenapa Yuan bilang sih?
Aku tidak mau mempertambah sedih Na Huang. Sahabatnya sendiri yang mengambil nyawa ibunya.

"Kakak perempuan?"
Gumamnya. Aku tau, pasti dia sudah tau.

"Namanya Hana" bagus sekali. Terus beritau semuanya Yuan. Dengan begitu Na Huang akan marah padaku.

"Ha.. Na?"

"Maafkan aku, Na Huang..."

×××

Like A Snow (Wang Yuan)Where stories live. Discover now