Chapter 2

17.8K 961 4
                                    

Hari sudah merangkak siang, ketika Reynand masih berdiam diri di balik meja kerjanya tanpa melakukan apapun yang berguna. Sejak pagi, yang dilakukan pria itu hanya diam dan memasang tampang datar, hingga membuat Marco, asisten sekaligus sepupunya menjadi kesal terhadapnya. 

"Kalau kau tidak berniat untuk bekerja hari ini, katakan saja! Aku bisa menggantikanmu, jika itu yang kau butuhkan."

Tangan Marco yang memukul meja di hadapan Reynand membuat pria itu terkejut dan memasang tubuh siaga. Dia melotot kesal pada Marco yang hanya membalasnya dengan gelengan kepala sejenak. 

"Kau kenapa? Masih teringat dengan Serena lagi? Bukankah kau bilang dia akan segera menikah?" 

Marco mengambil sebuah majalah bisnis dari atas meja kerja Reynand dan membacanya, tanpa memperhatikan perubahan raut wajah sang empunya yang ini mendadak kaku.

"Eum, y-ya…dia akan segera menikah." Jawab Reynand terbata. 

"Lantas, apa yang kau pikirkan lagi? Kau masih mencintainya dan masih tidak bisa merelakan dia?" tanya Marco lagi, masih tidak memperhatikan raut wajah Reynand. 

Jika ditanya, apakah Reynand masih memikirkan Serena, tentu saja jawabannya adalah iya. Sebelum mendengar kabar kalau Serena akan menikah, hubungan Reynand dengan gadis itu baik-baik saja. Mereka sepasang kekasih yang menjalin hubungan jarak jauh, dengan Serena yang saat ini tinggal di luar negeri.

"Melihat dirimu yang kembali melamun, aku rasa aku tidak perlu jawaban lagi. Kau masih memikirkan wanita jalang itu." Kata Marco enteng, seketika membuat Reynand merasa marah. 

"Jaga ucapanmu, Marco! Serena itu adalah kekasihku!" 

"Yang sebentar lagi akan menjadi istri orang lain." Tambah Marco segera, melirik malas kepada Reynand. "Ayolah, buka matamu sedikit saja! Masih banyak wanita di luar sana yang jauh lebih baik daripada Serena! Wanita itu tidak baik untukmu! Dia--" 

"Hentikan! Aku tidak ingin mendengar lagi kau menghina Serena! Bagaimanapun, dia itu adalah wanita yang aku cintai!" Tukas Reynand menegakkan duduknya dan mencoba fokus pada kertas pekerjaan yang ada di hadapannya. 

Dari sudut matanya, dia bisa melihat dan mendengar Marco membuang napas panjang dan berat. 

"Oh, iya! Kau ingat gadis yang kemarin malam aku tunjukkan padamu, tidak?" seru Marco tiba-tiba, membuat Reynand berpikir. 

"Gadis? Siapa?" tanyanya bingung. 

"Kanaya! Gadis yang kemarin kau bilang manis, saat diam-diam dia memperhatikanmu?" ingatkan Marco, seketika membuat tubuh Reynand menegang. 

"K-Kanaya?" beonya gugup.

"Iya! Kanaya! Aku dengar, sudah tiga hari ini dia tidak masuk kerja. Entah sakit atau apa, dia seperti tidak ada kabar." Keluh Marco, tanpa sadar membuat Reynand semakin salah tingkah. 

"Maksudmu, dia menghilang?" 

Marco menjawab dengan anggukan kepala lemah, kemudian mendecak. "Padahal, dia itu adalah gadis yang rajin dan juga manis. Mendengar dia tidak ada kabar seperti ini, entah kenapa membuat aku sedikit merasa cemas."

"Kau menyukainya?" terka Reynand langsung, menatap Marco waspada. 

"Apa?" tanya Marco bingung. 

"Kanaya...maksudku, apa kau menyukai gadis itu? Kenapa sepertinya kau begitu menaruh perhatian padanya? Apa istimewanya dia?" desis Reynand, mengalihkan perhatiannya dari Marco yang kini malah menatapnya dengan sorot mata curiga. 

"Memangnya kenapa kalau aku peduli dengan Kanaya? Ada yang salah?" tanya Marco balik, membuat Reynand seperti ditohok perasaannya bimbang. 

Kalau memang Marco menaruh hati pada Kanaya, bisa dipastikan hubungan Reynand dengan Marco pasti akan mendapatkan masalah, jika sepupunya itu tahu apa yang sudah Reynand lakukan pada gadis itu. 

Bukan Pernikahan Sepihak (Tersedia di PlayStore!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang