II × Teman?

39.6K 4K 32
                                    

"Pindah!"

"Heh! Pindah, sono! Lo denger nggak, sih?!"

Pagi itu, hal pertama yang Prilly lihat saat melangkahkan kaki kedalam kelas adalah Ali yang duduk sambil menundukkan kepala. Sedangkan beberapa cowok meneleng kepalanya berkali-kali. "Pindah, woy! Lo budeg, ya?!"

Ada beberapa siswa lain disana, tapi mereka diam saja. Seolah aksi bully yang ada dihadapan mereka adalah tontonan yang layak. Verrel yang sudah kehabisan kesabaran karena Ali tak kunjung beringsut langsung menarik tas-nya.

Prilly tak bisa menahan diri, ketika Verrel mengeluarkan semua isi tas Ali dengan cara menjatuhkan barang-barang cowok itu kelantai.

"Isi tas lo nggak berubah, Girl."

Saat Prilly mulai melangkah, tangannya di tahan oleh seorang perempuan. Wajahnya masih terasa asing. Tapi yang pasti, dia adalah teman sekelasnya. "Jangan ikut campur,"

Tapi, Prilly tak peduli. Ia melepaskan tangan temannya itu pelan, dan menghampiri Ali disana.

Prilly menatap Verrel tajam, dan cowok itu hanya tersenyum puas. "Bagus, lo disini."

"Ini masih pagi, Rel. Bukannya jam ngebully orang itu pas istirahat, ya?"

Verrel menyeringai. "Gue cuma mau nunjukkin, siapa Ali disini. Sekelas udah pada tau dia siapa, dan karena lo itu marid baru, lo juga harus tau siapa dia."

Ali langsung berjongkok, dan segera membereskan barang-barangnya yang berantakan saat Verrel menginjak cermin kecil miliknya hingga retak.

"Gue udah tau siapa Ali, tapi gue nggak peduli."

Setelah itu, Prilly berjongkok. Membantu Ali memasukkan seluruh barang-barangnya ke dalam tas. Tidak perlu di tebak lagi isi tas-nya, yang pasti tidak jauh berbeda dengan barang-barang yang biasa di temukan di dalam tas seorang cewek. Hanya sebagian kecil, sih.

Ali menutup reseleting tas-nya dan kembali duduk, sebelum akhirnya kerah seragamnya di tarik paksa. "EH! Ngapain duduk disini, Lo nggak denger?! Gue tadi nyuruh lo pindah, kan?!"

Ali di seret, dan dipaksa duduk di kursi paling pojok. Tempat duduknya jauh dari Prilly dan Ali tahu, bahwa kursi ini sebelumnya di duduki oleh Verrel. Ali hanya bisa menghela nafas, dan duduk disana sambil menenggelamkan kepalanya diantara lipatan lengan.

Ali kadang benci dirinya sendiri, karena tidak bisa melawan.

.

Prilly menatap nanar sosok Ali di pojok sana. Ia memutar bola mata ketika harus menerima fakta bahwa Verrel yang kini duduk di sebelahnya. Cowok itu tersenyum, karena puas dengan apa yang ia dapatkan sekarang. "Hai?"

Prilly berdecih. "Lo malah lebih buruk dari yang gue bayangin."

First Impression Verrel di mata Prilly memang buruk sejak awal mereka bertemu.

***

Selama jam pelajaran, Prilly tak bisa menahan diri untuk tidak menolehkan kepala ke belakang. Memastikan Ali baik-baik saja. Karena cowok itu terus saja menyembunyikan wajahnya.

Sampai sebuah penghapus mengenai kepalanya, membuat Prilly menolehkan kepala ke sekitar untuk melihat siapa pelakunya. Dan, Verrel tersenyum.

"Diem, Please, gue nggak lagi mau bercanda,"

"Gue bakal bilang ke Ibu Farah kalau lo main-main di kelas,"

Demi apapun, Prilly nggak suka dengan senyum Verrel. Senyumnya lebar, tapi terkesan sinis. "Gimana kalau Gue juga bakal bilang, lo tukang bully di kelas ini, deal?"

My Beautifull BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang