Part 5

1.8K 168 38
                                        

Pergerakan Sinka terlalu jauh, terlalu terlihat bahwa memang ia sedang menjauhi Kinal saat ini. namun kebimbangan Kinal itu membuatnya harus puas hanya dengan keterbatasan kata-kata dan ucapan yang hendak ia lontarkan pada Sinka. Jika ia memaksakan untuk datang menemuinya saat ini juga, hanya keterbataan yang akan keluar dari kerongkongannya. Meskipun hingga detik ini, Kinal masih menerka-nerka apa penyebab utama Sinka benar-benar menjauhinya.

Selain karena rasa cemburunya pada Veranda?

"Kak Kinal, sini... Sinka-nya disini loh, tumben jauh-jauhan? Biasanya juga nempel," Lidya dengan suara yang berat sedikit meninggi itu menyentak tubuh dua insan yang sama-sama berada dalam rasa bersalah masing-masing. Ia mendongakan kepalanya,

'Hhhhh....' hela nafasnya ia coba buat sesamar mungkin, tersenyum beranjak dari posisi duduknya semula berjalan mendekat kearah Lidya, Yona dan Sinka sedang duduk. Kinal bahkan bisa melihat dengan jelas bagaimana kepala Sinka semakin tertunduk sambil menggenggam erat ponsel dengan kedua tangannya. Ia berani taruhan bahwa kedua mata Sinka juga sedang terpejam erat saat ini.


*****


*Kinal POV*


Entah aku benar-benar dibuat terbelenggu olehnya, Sinka benar-benar bisa membuatku kehilangan setengah akal-ku untuk bisa berfikir bahkan menjalani hari-hariku seperti biasanya.

Perilakunya yang dingin, benar-benar mengacuhkanku seolah aku memang tidak pernah ada dalam kehidupannya. Setidaknya itulah yang aku rasakan setelah kejadian ia menemukanku dan Veranda di kost waktu itu.

Sinka acuh, sudah berkali-kali aku mencoba memperbaiki suasana, namun Sinka seperti menolak dan menggunakan beribu alasan agar bisa menjauh dariku. Entah ia yang tiba-tiba saja berjalan mendekati Ikha atau menunduk melongos melewatiku begitu saja saat aku hendak menyapa dirinya.

Ia adalah orang yang sukar untuk dimengerti. Semuanya! Termasuk perasaan dan gerak-geriknya, bahkan sifat dan apa yang ia sedang fikirkan, aku gagal mengerti sejauh itu, bahkan untuk meraihnya kembali saja hasilnya nol besar.

Seperti saat usai latihan tadi, saat kami berfoto bersama dengan semua anggota KIII aku sudah mencoba untuk berada dekat dengannya namun sudah kuduga ia mengacuhkanku dan merapatkan diri pada Lidya seolah meminta perlindungan. Untuk yang kesekian kalinya aku hanya bisa mengertakkan rahang dan tersenyum pasrah dengan sifatnya itu.

Sepertinya untuk kali ini kamu benar-benar kalah, Kinal. Kamu kalah akan perasaanmu pada Sinka, orang itu telah berhasil membuatmu begitu bodoh, dan sekarang mulai benar-benar merasa bergantung padanya.

Kamu telah benar-benar jatuh telak padanya.


*Author POV*


Latihan berjalan lancar, tidak ada hambatan sedikitpun. Namun entah mengapa disetiap kali Kinal mendekat pada Sinka, saat itu pula Sinka seolah menjauhinya dengan mencoba membaurkan diri pada yang lain. Kinal kembali harus menelan ludah ketika usahanya yang kesekian kali untuk mengajak Sinka bicara itu lagi-lagi gagal, bahkan ia mendesis sambil menggumam kata 'Sial' saat tubuh Sinka baru saja melewatinya untuk menuju kamar.

Tidak seperti biasanya, mereka tidak latihan di Theater, sudah mendapat fasilitas tempat latihan khusus dari pihak management yang bahkan lengkap dengan ruangan untuk beristirahat, dapur serta ruang latihan yang cukup luas.

If something Feels Good it Can't Be Bad, Right? 2Место, где живут истории. Откройте их для себя