“Gak dalem bagi yang jago berenang!”, sahut Denok, “Andrea jago berenang, gak?”

“Sebatas traven aja, menurut info yang kita dapetin sebelumnya”, sambung Geri, “gak jago.”

Semua pun kembali hening.

Brita sudah bergidik. Ia merengkuh tengkuknya sambil menggumam kecil, “Kalo dia mati… gimana?” Ia melirik Donna.

“Jangan ngomong sembarangan!”, hardik Donna, “berpikir positif aja!”

“Tapi pake logika juga, kaleeee”, sahut Brita lagi dengan suara yang kencang. “Dia terjun ke laut dari semalem, gak jago berenang, sampe sekarang belum ketemu. Apa penjelasannya?”

“Ada jenazahnya?”, sahut Geri. Brita menggelengkan kepalanya. “Berpikirlah dia masih hidup”, sambung Geri lagi.

“Tapi dia hidup di mana???”, celetuk Denok. “hidup di dalam air kayak ikan?” Denok menirukan mulut ikan yang megap-megap lalu ia tertawa cekikikan. Brita pun ikut tertawa. Gino melemparkan potongan timun ke arah Denok, berharap timun itu masuk ke dalam mulutnya. Tetapi meleset. Denok pun balas melemparkan potongan buncis segar ke wajah Gino. Sementara Brita sudah tertawa sampai tergelak-gelak.

BRAK!!! Donna menggebrak meja dengan keras. Semuanya pun terkejut. “Ini…”, kata Donna dengan suara berat yang terdengar gemetar, “bukan situasi yang lucu…”

“Sori”, kata Denok sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. “Gak akan terjadi lagi.”

Sementara Gino dan Brita pun menunduk cepat.

Geri melirik Donna. Ia menghela nafasnya. “Tenang, Donna… dia pasti masih hidup”, katanya. “Kamu gak usah takut, ya…”

Kamu?!”, pekik Brita sambil melirik Donna dan Geri secara bergantian, dengan sorotan matanya yang menyelidik. “Kalian… pacaran, yaaaa?” Ia sudah menggebrak-gebrak meja.

“ng…” Donna gelagapan sementara Geri hanya senyam-senyum. “Iya, kami pacaran”, sahut Geri akhirnya.

PRAK! Sebuah vas tanah liat, tersenggol jatuh dari salah satu meja kecil yang mengapit kedua sisi ambang pintu ruang makan. Remy berdiri di situ dengan mulut ternganga. “Remy…”, desis Donna sambil melirik Geri dengan cemas. Remy pun membalikkan tubuhnya dan berlari pergi. “Remy!!!”, panggil Donna sambil mengejar Remy.

Geri pun melengos setelah Donna menghilang. “Bukan adek beneran ajaaaaa”, katanya, “udah bikin repot. Jadi sohib jugaaaa… bikin repot. Kapan ya, dia gak bikin repot…”

Gino pun tertawa tergelak-gelak. “Itu udah jadi suratan takdir lo, Ger!!!”, katanya. Dan saat mulutnya membuka lebar dalam gelak tawanya yang masih berlangsung, sebuah timun meluncur lancar ke dalam mulutnya. Membuat tawanya itu pun surut…

“Umphhhh!!!” Gino menarik keluar timun itu dan menyambitkannya kembali ke wajah Denok. “Dasar, ganjen!”, umpatnya, “bilang! Kalo lo naksir gue!!!”

“Pede banget lo!”, sahut Denok sambil melempar potongan timun lagi ke wajah Gino. “Makan tuh, timun!”

Brita terlihat manyun, melihat Gino berkelakar akrab dengan Denok. “Hei”, katanya, “kalo kalian sampe pacaran juga… alamatnya, gue jomblo sendiri, nih!”

“Itu masalah elo!”, sahut Geri sambil tertawa tergelak-gelak. Tak ada kegundahan ataupun kecemasan di meja itu. Andrea terlupakan begitu saja…

***

“Remy!”, panggil Donna sambil berlari tergopoh-gopoh di atas pasir, mengejar Remy yang tidak memperlambat laju larinya sampai ia tiba ke tepian dan duduk si situ.

Gigitan PertamaWhere stories live. Discover now