2

90 19 6
                                    

Delva's POV

Namaku Delva Setyo, biasa dipanggil delva. Aku dan nadin bersahabat sejak kami masih bayi. Karna faktor orang tua kami yang juga bersahabat dekat.

Aku satu angkatan sama nadin gak satu kelas sama nadin sih, tapi aku selalu menunggu dia didepan kelasnya, wajar saja dia sudah seperti adikku. Aku ingin sekali memiliki adik perempuan, tapi ibu ku mengidap kanker rahim yang mengharuskan rahim nya diangkat.

--------------

"Bro, bareng aku kekantin ya" ajakku pada sahabatku Rendi.

"Cepetan kalo mau kekantin, keburu masuk" jawabnya

Kemudian aku mendapatkan nadin sedang berjalan didepanku, seperti aktivitas sehari-hari. Aku selalu memperhatikan gerak-gerik tubuhnya, dan aku mulai merasa cemas melihat nadin yang terus-terusan memijat halus kepala dan perutnya itu, Dan kudapatkan nadin hampir jatuh pingsan, segera aku menangkapnya dan menggendongnya ke UKS.

Setelah beberapa jam aku menemaninya diruang UKS, nadin akhirnya bangun dan langsung mendudukkan badannya yang sedang tak mampu digerakan.

"Kamu ini apa-apa sih din, kan aku jadi cemas kalo kamu tiap pagi gak sarapan" ocehku kesal pada nadin

"Kok gitu sih delva, ngapain kamu disini? Ini kan UKS buat cewek. Dasar modus!"

*nih anak emang ya ditolongin bukannya trimakasih* batinku

"Aku udah minta ijin sama bu simpo, tenang aja, nih tadi aku juga sekian minta obat buat kamu. Aku ada ulangan MTK abis istirahat kedua, aku tinggal dulu ya din, eh kalo mau minum obat ada air putih yang aku ambil dari tas kamu, jangan lupa minum obat ya" aku tidak ingin meninggalkan nadin sendiri diuks, tapi ulangan MTK kali ini banyak rumus yang harus aku hafalkan.

Teng teng teng teng

Empat kali bel berbunyi, menandakan anak-anak harus berbaris dan mendengarkan beberapa pengumuman.

Ternyata besok anak-anak diliburkan karna guru rapat buat mengisi raport anak-anak.

----

Nadin's POV

Setelah pulang kerumah, aku belum menyentuh HP ku dan langsung mencuci piring yang menumpuk Karna ibuku yang tidak sempat mencucinya, aku sebagai anak perempuan sulung harus membantu ibuku.

Setelah selesai tugasku, aku segera mengambil handuk yang digantung dikamarku, aku bergegas mengadakan ritual yang bisa menghabiskan waktu 1 setengah jam, aku pun mengeringkan rambutku dan refleks mengambil HP ku yang sedang tercash.

New message

From : Delva

Ntar sore temenin aku beli baju ya din, dimana aja yang menurut kamu bagus tempatnya

To : Delva

Oke, tapi aku siap-siap dulu.

-----

Tak perlu berlama-lama menunggu delva, suara mama ku pun memecahakn keheningan sore itu.

"Nadinn, delva udah tunggun dibawah" teriak mamaku

"Iya ma, tunggu bentar" jawabku

Aku langsung memasukan HP dan tak lupa membawa power bank, aku takut HP ku tiba-tiba drop Dan mamaku khawatir seperti kejadian kemarin.

Aku menuruni tangga sambil berlari kecil.

"Delva, ayo cepetan keburu malem" ujarku

"Yaelah kamu yang lama kali din" jawabnya

"Ma, nadin ijin temenin delva beli baju dulu" ijinku pada mama

"Iya, nadin hati-hati, jangan jauh- jauh dari delva, ntar hilang. Delva tante titip nadin ke kamu jadi kamu tanggung jawab apa yang terjadi nanti" tegas mama ku.

"Siap bos !! Ehh tante maksud nya" jawab delva dengan muka memelas.

-------

Delva's POV

Hari ini aku pengen habisi. Waktu bareng berdua dengan nya. Dia yang selalu mewarnai hariku.

"Kami berangkat tante" Ma nadin berangkat" salam kami berdua.

Mama ku hanya menganguk dan tersenyum pada kami.

"Din, kita beli bajunya dimana yang bagus ?" Tanyaku

"Ada butik bagus tuh didepan kiri, Ciba mampir liat-liat dulu" jawab nadin

Aku pun tak lama membeli apa yang aku inginkan. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang.

"Din ikut aku bentar yah "

"Mau kemana Del? Ntar mama marah loh kalo kemaleman"

"Enggak, bentar doang"

Aku membawa kesebuah pasar malam yang dipenuhi masyarakat kotaku.
Aku mengajaknya naik bianglala. Permainan yang Dari kecil kami suka sampai sekarang.

"Din pegangan ntar kepisah sama aku" teriakku diramaian

"Iya delva, kok bawel sih" jawabnya dengan muka lucu

Kamipun segera naik disatu tempat kosong giliran kami naik ke bianglala nya.

Aku dan nadin sangat menikmati pemandangan malam serta musik yang diputarkan dipasar malam tersebut.

Sampai akhirnya kami berada ditempat paling tinggi, terjadi korsleting listrik yang menghambat kami turun kebawah.

Secara refleks nadin memelukku dan menangis. Nadin adalah sosok yang sangat cengeng terhadap apapun tapi sok berani.

Aku merasakan jantungnya berdetak kencang dan tubuhnya bergetar lebat, tangisan nya membuat diriku lebih erat lagi memeluknya.

Dan tiba-tiba...

Jdarrrr !!!!! Terdengar ledakan yang membuat semua orang melihat dan berteriak histeris

-------------------

Hai ! Aku belum bisa buat cerita sih sebelumnya. Cuma karna iseng aja aku buat, semoga kalian suka ya :v

Jangan lupa vote + comment readers

Because Of Youजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें