Untitled Part 1

29 3 0
                                    

Aku akan sedikit bercerita tentang masa lalu, sedikit cerita manis yang telah membawaku pada indahnya rangkaian kalimat yang selalu kucoba untuk torehkan. Sedikit kisah nostalgia tentang ceritaku untukmu.

Masih kuingat jelas saat itu, saat kita masih dalam masa putih abu-abu. Diruang kelas yang hening, masih ditemani gemilau sang surya yang menembus kaca jendela kelas kita. Kilauannya bak kristal yang senada dengan alunan suara guratan penamu yang terdengar seperti sedang bernyanyi. Kulihat kau yang sedang asik menulis sesuatu diatas kertas putih bercorak garis-garis kebiruan tipis diatas meja belajarmu. Dengan ditemani sepotong roti yang baru dimakan beberapa gigitan dan segelas air mineral kemasan yang mungkin juga baru diminum beberapa tegukan.

Sudah semenjak pertama kali kita mulai menjadi teman sekelas ku perhatikan, disaat teman-teman laki-laki lainnya keluar kelas untuk istirahat kau asik sendiri di dalam kelas. Setiap hari semakin membuatku penasaran apa yang membuatmu tidak bersenang-senang di luar kelas bersama dengan teman-temanmu.

Akhirnya kuberanikan diri untuk mananyaimu, untuk memuaskan segala rasa penasaranku ini. Dengan perlahan kulangkahkan kaki menuju dirimu, sebisa mungkin tanpa menimbulkan suara berisik dalam setiap langkahku agar kau tak terganggu. Akhirnya dapat kulihat apa yang ada disana, diatas kertas yang sedari tadi menemanimu lengkap dengan pena yang gagangnya sudah mulai usang pertanda begitu ia digunakan dengan baik.

Ternyata itu adalah rangkaian kalimat, dan beberapa coretan pertanda kau tidak puas atas tulisanmu sebelumnya. Kucondongkan kepalaku kedekat kertas tersebut agar kau menyadari kehadiranku, takut kalau-kalau kau akan terkejut jika aku menyapamu tiba-tiba. "Derry, apa yang sedang kau lakukan?" tanyaku singkat.

"Oh Serin? Aku sedang memulai langkah menuju impianku." Jawabmu singkat sambil sedikit melirik kearahku. Jelas jawabanmu belum memuaskan rasa penasaranku sama sekali.

Sekarang kutanyakan lagi lebih terperinci, "Kau sedang menulis apa?"

"Ini cerita, aku ingin membuat sebuah novel." Sautmu lagi dengan singkat.

"Oh..." Jawabku tanpa memperpanjang tanya jawab ini, takut kalau-kalau aku akan mengganggu waktumu yang berharga untuk menulis setiap kata dalam ceritamu.

Setelahnya aku diam sambil memperhatikannya, kemudian duduk dibangku yang berada di depan meja tulisnya. Beberapa kali tulisan tersebut dicoret, tidak hanya satu atau dua kali Derry melakukannya untuk mengubah beberapa kalimat yang telah ia tulis.

"Kenapa tidak diketik saja? Jika ditulis pada kertas seperti ini, kalau salah tulisannya akan kotor karena coretannya bukan?" Kataku padanya.

"Harus kuketik dengan apa? Setidaknya hanya buku dan pena ini yang kupunya."

"Aku punya netbook, dan aku membawanya sekarang. Jika kau mau sepulang sekolah nanti kau boleh menggunakannya untuk mengetik." Begitulah aku menawarkan bantuan padanya, alih-alih aku penasaran untuk membacanya nanti.

"Kau ingin membaca tulisanku ya?" Tebaknya seperti ia bisa membaca pikiranku.

"Ah, sebenarnya itu juga benar. Bolehkan? Ihihi..." Tanyaku tanpa bisa mengelak lagi.

"Tentu saja, baiklah kalau begitu. Aku pinjam netbook mu, dan sebagai gantinya kau boleh menjadi pembaca pertamaku." Katamu sambil tersenyum lebar padaku.

Saat kelas kembali dimulai, saat itupulalah aku selalu memperhatikan jam dinding berharap jam pulang sekolah segera datang. Semakin kuperhatikan setiap pergerakan jarum panjangnya, semakin terasa waktu berjalan begitu pelan, hati ini begitu tidak sabar untuk menanti sang jarum pendek menunjuk kearah angka dua.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 20, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ini Tentang Indahnya SastraWhere stories live. Discover now