o2 :: the devil beside me

203K 17.6K 674
                                    

SETELAH peristiwa tidak terduga kemarin, Tasha masih tidak habis pikir dengan apa yang dialaminya. Ia tidak bisa fokus. Pikirannya benar-benar kacau karena semuanya benar-benar di luar dugaannya.

Ketika jam istirahat tiba, Ghaksa menemui Tasha di kelasnya. Cowok itu sampai menarik pergelangan tangan Tasha, membuat cewek itu mau tidak mau mengikuti Ghaksa. Ghaksa membawa Tasha menuju taman sekolah. Mereka berdua memutuskan untuk duduk di ayunan yang memang disediakan oleh sekolah.

Ghaksa dan Tasha naik ke atas ayunan itu dan duduk saling berhadapan. Bola mata Tasha menatap Ghaksa dengan saksama. Badan Ghaksa gagah, bukan gagah seperti para atlet yang ototnya besar berlebihan, tapi gagah secara proposional. Cowok itu kira-kira memiliki tinggi 170 sentimeter dan memiliki kumis tipis yang menghiasi wajah.

Ghaksa mengeluarkan ponselnya dari kantung celana dan memainkannya, membuat keadaan di antara mereka semakin hening.

"Ngapain lo ngelihatin gue terus? Naksir entar." Suara itu terdengar begitu menyebalkan di telinga Tasha. Ditambah Ghaksa masih tetap memainkan ponselnya. Hanya sekejap mata ia melirik Tasha.

"Lo yang ngajak gue ke sini. Sekalian gue mau ngucapin makasih buat kemarin." Tasha mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya.

Ghaksa langsung mengalihkan pandangan. Ponselnya kembali ia masukkan ke dalam kantung celana dan kini tatapan matanya tertuju pada Tasha. Cowok itu tersenyum, sedangkan Tasha yang disenyumi hanya bisa diam. Merasa kikuk sekaligus berdebar. Tasha sudah lama tidak ditatap se-intens ini oleh seorang cowok asing.

"Buat apa? Perasaan gue nggak berbuat sesuatu yang bikin lo harus bilang terima kasih ke gue," ujarnya.

"Karena lo mau bilang kalau gue ... ehm ... pacar lo." Kali ini Tasha memberanikan dirinya untuk balik menatap Ghaksa. Menyampaikan niatnya bahwa ia memang bersungguh-sungguh untuk berterima kasih pada cowok itu.

"Bukannya lo memang mau jadi pacar gue?" tanyanya dengan begitu santai dan membuat Tasha menggeram. Cowok macam mana yang terlampau narsis seperti cowok di hadapan Tasha saat ini?

"Gue kalah main UNO. Terus disuruh nembak lo! Ini semua juga gara-gara temen lo si Reno!" Tasha mencurahkan keluh kesahnya mengenai hukuman yang ia dapatkan dari permainan UNO.

Ghaksa yang mendengarkan hanya mengangguk- anggukan kepalanya. "Lo curhat?"

KAMPREEET! Teriak Tasha dalam hati. Ingin rasanya ia mencakar muka songong dan menyebalkan Ghaksa. Tasha tidak pernah mengira bahwa cowok di hadapannya ini bisa begitu menyebalkan.

"Iya! Gue curhat. Gue cerita ke lo!" balas Tasha dengan nada sebal. Ia sudah tidak sabar untuk pergi. Berbicara dengan Ghaksa ternyata benar-benar menguras emosinya.

"Oh, tapi gue maunya lo jadi pacar gue beneran. Jadi, mulai sekarang lo resmi jadi cewek gue."

"Tapi, masalahnya, gue nggak mau jadi pacar lo!"

"Lo nggak punya pacar, kan?"

"Apa hubungannya gue punya pacar sama nggak?"

"Gue tanya, minta jawaban. Bukan minta dikasih pertanyaan juga sama lo."

"Gue nggak ada pacar. Puas lo?!"

"Puas. Gue single, lo jomblo. Jadi nggak masalah, kan, kalau kita jadian? Mulai sekarang lo jadi pacar gue. Dan inget, kalau kemarin gue nggak baik sama lo. Lo tahu bakal semalu apa lo."

Mau tidak mau Tasha menganggukkan kepalanya dengan lemah. Menyetujui permintaan Ghaksa yang sangat merugikannya.

"Dan ngomong-ngomong nama lo siapa? Kita kenalan secara formal. Nama gue Ghaksa Andromeda. Lo bisa panggil gue Ghaksa atau senyaman lo. Kalau lo nyaman manggigue sayang, juga boleh." Mata Tasha kembali membulat. Ia terkejut setengah mati dengan apa yang diucapkan oleh Ghaksa. Dan ia tidak bisa berhenti untuk berkata "sabar" di dalam hatinya.

"Nama gue Natasha Deandra," ujar Tasha singkat. Setelah percakapan singkat tetapi berdampak besar

dalam kehidupannya, Tasha segera bangkit untuk kembali ke kelas. Lagi pula, bel masuk akan segera berbunyi dan ia tidak mau terlambat masuk kelas.

"Gue duluan ya?" pamit Tasha pada Ghaksa yang membuat cowok itu langsung ikut berdiri.

"Lo sekelas sama Reno, kan?" tanya Ghaksa, sementara Tasha mengiyakan. Setelah itu, mereka berjalan bersisian. Arah kelas mereka memang sama. Tasha cuek saja. Ia memilih untuk fokus dengan jalanan sampai akhirnya ia berbelok untuk menuju ke lorong kelasnya. Namun, dilihatnya Ghaksa masih tetap mengikuti di belakangnya.

"Lo ngapain ngikutin gue?"

"Gue mau nganterin lo sampai depan kelas."

"Lo pikir gue anak TK pakai dianterin sampai depan kelas?"

"Lo kan memang anak TK. Lihat aja wajah lo. Nggak ada tampang anak SMA-nya."

"Ini tandanya gue awet muda kali!" Tasha memberikan pembelaan untuk dirinya sendiri.

"Awet muda sama nggak tumbuh beda tipis ya, kan?" Tasha terdiam. Lalu memberikan lirikan sebal kepada Ghaksa. Saat sampai di depan kelasnya, ia segera masuk. Membiarkan cowok itu begitu saja tanpa mengucapkan kata terima kasih. Setelah Ghaksa menghilang dari depan kelas, Tasha langsung menghampiri Reno. Ia mendekati cowok yang mengaku sebagai temannya, tetapi dengan kejam menjerumuskan hidupnya ke dalam lubang hitam kesengsaraan.

"Renooo!" teriak Tasha saat melihat batang hidung Reno. Emosi Tasha rasanya sudah sampai di ubun-ubun dan ingin menjambak Reno saat ini juga. Tasha mendekat ke arah Reno lalu langsung menjambak rambut cowok itu.

"TAS, UDAH WOI! RAMBUT GUE BOTAK ENTAR! TASSSS!" teriakan itu berhasil menghentikan perbuatan brutal Tasha.

"Ini semua gara-gara lo, Reno! Gara-gara lo gue jadi bahan tontonan sama gosip! Sialan ya lo!" bentak Tasha pada Reno dan menarik cowok itu untuk duduk di sebelahnya. Setelah duduk, Tasha kembali memukul lengan Reno secara sadis. Membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Lo nggak tahu gimana malunya gue!"

"Ampun, Tas! Lagi pula, bukannya bagus? Lo udah nggak jomblo lagi. Pacarnya ganteng pula."

Tasha menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran Reno. Namun, Tasha lupa, bahwa diam-diam banyak anak di kelasnya yang doyan nguping. Beberapa teman sekelasnya sempat menatap ke arah Tasha dan Reno, sebelum cowok itu kembali ke bangkunya sendiri.

"Tas, lo bener jadian sama Ghaksa?" tanya salah seorang teman Tasha. Tasha yang sedang tidak dalam keadaan baik langsung menatap temannya galak.

"Kepo!"

Reno sialan! Ini semua salah Reno! Dan kenapa gue juga terlalu bodoh buat mau ngelakuin hal itu? Sialan! Ini yang bodoh gue? Apa Reno yang terlalu pinter membodohi gue?

Dealing With The Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang