Chapter 12

14.6K 933 7
                                    

PRILLY

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, seolah menarikku pada sebuah kenyataan takdirku. Takdir yang ku inginkan dan kutunggu datangnya.

Hari ini, aku akan resmi menjadi milik ali sepenuhnya. Gadis yang berdiri persis didepanku sangat mirip sepertiku.

Dia terlihat anggun, dengan balutan kebaya modern berwarna putih yang pas membalut tubuh mungilnya.

Make up yang natural namun terkesan elegan itu terlukis rapi di wajahnya, bak dewi tercantik yang pernah ada dalam dongeng-dongeng.

Aku tersenyum kecil melihat pantulanku di cermin. Pas, seperti yang ku inginkan. Tolong ingatkan aku setelah ini untuk tidak menangis.

Suara engsel yang bergerak menarikku dari alam bawah sadarku. Aku tersenyum ketika tahu siapa yang berani membuka kamar ini tanpa mengetuk.

Mengapa aku menyebutnya kamar ini? Karena memang ini bukan kamarku, melainkan aku berada dirumah ali. Lebih tepatnya rumah orang tuanya. Entah apa yang membuat mereka berhasil membawaku kemari. Hey! Tapi aku juga tak bodoh, mana bisa merayakan akad nikah di penthouse ku yang benar saja.

Papa tersentum hangat menatapku, mencoba memejamkan mata membayangkan mama juga ikut tersenyum sepertiku. Kubuka perlahan, senyumku semakin mengembang saat tahu papa masih bertahan melengkungkan bibir itu.

Perlahan kuputar tubuhku mengahada beliau, ku amati wajahnya lekat lekat. Menyimpannya dalam memoriku rapat rapat.

Sebentar lagi, ya! Sebentar lagi aku akan jarang melihat raut wajah teduh milik papa. Sebentar lagi, aku akan jarang mendengar teriakan papa yang membuatnya kesal akan tingkah ku.

Aku tahu mungkin papa tak mau merusak suasana yang sudah seharusnya bahagia, dan mungkin juga tak mau merusak dandananku. Beliau hanya mengusap kedua lenganku seolah memeberiku kekuatan.

"Saat kau sah menjadi istrinya nanti, berbaktilah, turuti apa keinginannya selagi itu benar, tegur dia saat dia sudah mulai salah arah, gandenglah dia saat dia mulai mengendurkannya"

Aku tau maksud dari kalimat papa. Intinya papa ingin rumah tanggaku baik-baik saja, tak seperti yang pernah di alami papa.

Aku hanya mengangguk meng-iyakan. Dulu saat aku masih kecil, aku berharap sosok mamalah yang menyampaikan pesan ini untukku.

Tapi apa boleh dikata, semua tak sesuai keinginan. Kita hanya merencanakan tanpa tau terlaksana atau tidak. Karena sesungguhnya pemegang kendali uang maha besar adalah Allah.

"Papa kebawah, untuk menyerahkanmu pada calon suamimu. Setelah pengucapan sakral itu selesai, mertuamu akan menjemputmu kesini".

Lagi lagi aku hanya mengangguk meng-iyakan. Membeo pun tak ada gunanya, seperti orang ling lung saja.

SAH! Satu kata yang berhasil membuat beban ber ton-ton yang berada dipundakku luruh seketika.

Sekarang, saat ini aku resmi menjadi milik ali sepenuhnya.

Mommy tersenyum manis menatapku, mengulurkan tangannya yang segera kusambut dengan suka hati.

"Ali hebat, satu tarikan nafas dan selesai. Tanpa ragu sedikitpun, mommy bangga padanya" .

Aku juga mom

Tapi naasnya jawaban itu hanya mampu sampai tenggorokanku saja, setelah itu aku hanya tersenyum lagi. Entah mengapa dari tadi aku hanya mampu tersenyum menjawab pertanyaan orang orang tersayangku? Apa aku mulai gagu? Ah tidak mungkin, pemikiran bodoh dari mana itu?

Hah! Lihatlah betapa tampannya suamiku ini, dengan balutan tuxedo putih yang pas menutupi tubuh atletisnya membuat ia berkali-kali lipat lebih tampan dari biasanya.

Drowning in the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang