Reizen XI : part 2

Mulai dari awal
                                    

Aku bahkan belum bernafas lega ketika aku mendengar suara langkah kaki dari lorong diseberangku. Langkah kaki Carnosa. Harapan lain muncul, yaitu tolong jangan kemari! Sekali lagi harapanku terwujud, karena Carnosa sudah berhenti di depan ruang musik. Dia berhenti sejenak sebelum akhirnya dia masuk ke ruang musik. Untuk kali ini, aku benar – benar bisa bernapas lega. Yah, sebenarnya tidak ada yang melarangku untuk berkeliaran di lorong kastil, hanya saja memalukan bukan kalau kau sedang ketahuan menguping? Terutama menguping seorang pangeran mahkota? Eh! Tapi aku tidak bermaksud menguping. Hanya mendengarkan lagu. Ya lagu.

Jadi, aku membiarkan diriku terhanyut dalam alunan piano Kítrino dan mengesampingkan apapun yang sedang dia dan Carnosa bicarakan. Aku mendengarkan sekitar 3 lagu, setelah itu memutuskan untuk kembali ke kamarku. Hanya saja, aku mendengar namaku dan Duke Asker disebut oleh Carnosa, sehingga aku kembali berbalik untuk mendengarkan kenapa namaku disebut – sebut. Aku cukup lama menunggu sebelum Kítrino menyaut.

" Ya. Aku mencemaskan pertadingan besok. Tapi aku percaya pada Vanir. Dalam hal tertentu - jika dia menyadarinya - dia jauh unggul diatas wakil Duke Asker. Dia bahkan bisa menang hanya dengan satu kata. Ataupun hanya dengan satu gerakan."

Ha? Menang dengan satu kata? Dan apa maksudnya ‘Jika dia menyadarinya’? Sayangnya aku punya perasaan kalau dia tidak akan menjelaskan maksudnya.

" Tapi, entah bagaimana, kau tidak bisa membuatnya 'sadar' seperti yang kau maksud, bukan?"

" Ya. Dia harus 'sadar' dengan sendirinya. Aku ingin sekali memberitahunya dan melepaskan sedikit rasa bersalahku karena menyembunyikannya. Tapi aku tidak bisa - diperbolehkan- untuk menyadarkannya." Nada bersalah terdengar darinya.

Lihat? Dia memang tidak akan menjelaskannya. Dan bagaimana besok aku bisa mendapatkan penjelasan darinya besok? Aku tidak menemukan jawabannya. Dan kalaupun aku menemukannya, pasti sesuatu yang tidak kuinginkan. Akhirnya aku memutuskan untuk benar – benar kembali kekamarku dan tidur sebelum pikiranku berkelana ke tempat yang tidak menyenangnkan. 

***

Aku kembali terbagun karena mimpi dikejar - kejar tentara berzirah hitam dan berakhir pada ruangan penuh lukisan yang terkena cat hitam. Mimpi tentang wanita bertudung biru itu tidak pernah lagi muncul. Entah siapa dia sebenarnya. Aku tidak yakin kalau dia adalah 'tamu' yang dimaksud Kítrino. Aku berharap bisa bertemu dengan 'tamu'ku secepatnya. Sehingga aku mendapatkan kejelasan tentang siapa diriku.

Selain terbangun karena rasa sakit mengalami mimpi itu, kepalaku juga pusing bukan main. Pemandangan sekitarku sempat berputar selama sekitar 3 menit. Setelah pandangan mataku kembali seperti semula, aku melakukan rutinitas pagiku. Mencuci muka, merapikan rambut, dan berganti pakaian. Setelah semuanya selesai, aku mengambil kedua pedang hitamku lalu keluar dari kamarku.

Di depan kamarku, Téchoun menyandar pada dinding kamarku. Dia sudah memakai seragam berwarna biru tuanya. Dia menoleh ketika aku membuka pintu kamar. Aku sangat menolak ide tentang Téchoun menjadi semacam pengawalku sampai Zurgré pulih. Tapi, sayangnya aku tidak punya wewenang untuk menolak ide itu. Yah, menjadi orang yang tidak punya kekuasaan diantara orang yang punya kekuasaan besar itu sulit. Dan itu adalah keadaan yang kualami saat ini.

Aku turun melewati tangga samping. Menghindari tangga lengkung karena aku tidak mau tertangkap untuk acara makan pagi yang membosankan dengan Duke Asker atau para Duke lainnya. Aku juga tidak mau berpapasan dengan Nadlis itu yang berakibat kepalaku menjadi pusing lagi. Cukup nanti saja merasa pusingnya. Téchoun mengikuti dalam diam dibelakangku. Sekarang aku mengerti kenapa Lacie selalu kabur dari para pengawalnya. Diikuti satu orang saja sudah merasa tidak nyaman. Apalagi dia yang diikuti oleh 5 orang lebih.

Selama perjalan singkat keluar dari kastil Estell, aku berpapasan dengan beberapa pelayan dan tentara. Dan mereka semua menundukkan kepala mereka. Pada awalnya aku tidak merasa risih atas sikap hormat, tapi lama kelamaan, aku merasa risih. Apalagi saat bertemu Vermus, wakil pasukan pengawal keluarga kerajaan. Aku benar - benar merasa aneh. Tapi, dihati kecilku ada sedikit perasaan bahwa aku tidak perlu mempermasalahkan perlakuan ini, aku berhak mendapatkannya. Akhirnya aku keluar dari kastil Estell. Ada sedikit perasaan lega karena aku tidak ada lagi pelayan atau tentara yang akan menundukan kepala mereka.

Elemetal ForéaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang