Single - 1

18.7K 1.3K 134
                                    

Menikmati kesendirian adalah cara untuk menghindari sepi ...

☆☆☆☆☆

Sudah hampir satu jam aku duduk tiada berguna di kafe kecil yang remang-remang ini. Nicholas sialan sejak tadi pagi merusuh disemua sosmedku. Mengajak bertemu karena ada suatu hal yang perlu dia ceritakan, namun sampai sekarang belum kelihatan batang hidungnya.

Pelayan bertubuh kurus dengan potongan rambut ala andhika ex kangen band bolak balik sambil tersenyum kasihan padaku. Mungkin dalam pikirannya, aku adalah wanita yang menunggu pacarnya datang. Namun sang pacar tak kunjung tiba karena sedang berselingkuh dengan wanita lain.

Aku mengeluarkan ponsel dari tas dan bersiap mengirim pesan pada Nicholas, jika dia tidak tiba dalam lima belas menit, aku akan pulang.

"Dira, sorry telat." Dengan tidak senonohnya, pria di depanku duduk dan menenggak habis iced lemon tea milikku yang tinggal setengah.

"Kenapa keringetan gitu? Abis marathon?" Tanyaku heran.

Biar kukenalkan pada kalian. Pria didepanku adalah Nicholas Pardede. Seorang arsitek paling galau di muka bumi ini. Darah campuran Batak-Jerman tercetak jelas di wajahnya. Hidungnya mancung dengan rahang tegas. Matanya agak sipit dengan bola mata berwarna kelabu dan dibingkai alis tebal. Dia sempurna. Tentu saja, jika dia tidak terus menerus galau.

"Gue tadi abis ngejar Tania ke apartemennya. Dia nggak mau bukain pintu buat gue, Dir. Gue bingung mesti gimana lagi?" Dia menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi. Wajahnya seperti biasa, GGG. Ganteng Ganteng Galau.

"Lo udah jelasin kan kalau lo sama sekretaris baru itu nggak punya affair? Lagipula sekretaris lo itu udah married, kenapa Tania jadi kayak kebakaran jenggot gitu sih?"

"Soalnya dia tahu, gue pernah naksir sekretaris gue pas kita sama-sama masih SD."

Aku mengangkat alis sambil menatap malas ke arahnya. "Teruuuus? Itu kan SD? Jaman lo masih ngompol di celana."

"Ck ... ya masalahnya sekarang dia seksi banget, Dir. Body-nya ...." mata yang tadi terlihat lelah kini berbinar-binar.

Dasar laki!

"Tania kurang apa sih, Nic? Cantik iya, seksi juga. Lo kebanyakan mikir, kebanyakan galau. Harusnya anak lo sama Tania udah berenteng sekarang!"

"Rumput tetangga lebih hijau, Dira." Sahutnya sambil memainkan alis tebalnya.

Aku melengos dan Nicholas terkekeh.

Pria ini adalah sahabatku sejak SMP. Kami teman sebangku. Aku menyaksikan segala kenakalannya saat bertumbuh remaja. Mulai dari rokok, baca majalah porno, kabur saat pelajaran, sampai babak belur akibat tawuran. Namun Nicholas tidak mengecewakan. Dia pintar. Selalu berhasil ranking meskipun jarang belajar.

Dia adalah korban perceraian orang tuanya, hal itu menyebabkan Nicholas tumbuh menjadi manusia yang tidak percaya diri. Dia selalu butuh pendapat orang lain. Dan orang lain itu adalah aku.

"Jadi menurut lo, gue harus gimana?"

Nah kan...

"Yaa, jauhin Tara. Dia udah punya suami juga kan? Dan lo harus minta maaf sama Tania. Inget jangan di ulang. Pindahin aja si Tara untuk sementara jadi sekretaris untuk temen lo, kek." Cetusku.

"Ya nggak segampang itulah, Dir. Lo sangka kantor punya bokap gue apa?" Sahutnya sewot.

"Kalau gitu kejar lagi gih Tania, kali aja kalau lo menghiba, dia mau maafin."

"Gitu?"

"Ck...iyalaaaah. Sudah pergi kau sana, bang batak. Cape kali aku ngadepin kegalauanmu setiap hari." Ujarku berlagak mengusirnya. Senyumnya terkembang, dia bangkit dan mengacak rambutku kemudian berlari kecil keluar kafe.

Selesai sudah urusan Nicholas. Aku menjentikkan jari untuk memanggil pelayan kafe.

"Hot chocolate satu ya." Pesanku.

Dan kemudian aku kembali menikmati kesendirianku.

***

Hidup ini singkat.

Itulah yang selalu diucapkan mama ketika menceramahiku soal pernikahan. Meskipun aku berusaha tidak menjawab, namun rasanya lidahku tidak tahan juga pada akhirnya.

Aku tahu. Lebih dari sekedar tahu kalau hidup ini singkat. Lalu apa? Aku harus asal comot pria dipinggir jalan supaya bisa menikah? Apa gunanya mama dan papa menyekolahkan aku tinggi-tinggi kalau begitu?

Setelah menyelesaikan sarjanaku di fakultas ekonomi sebuah universitas swasta di Jakarta. Aku meneruskan ke jenjang S2 sambil bekerja.

Semuanya aman. Sampai ketika sepupuku menikah dan punya anak. Seketika orang tuaku kelimpungan. Putri semata wayang keturunan Baskoro belum punya calon. Urusan menikah masih jauh apalagi mimpi menggendong cucu. Dan sejak itu hidupku di obrak-abrik oleh ceramah tentang cara mencari jodoh.

Cara yang dilakukan beberapa saudaraku terbilang cukup norak, contoh :

"Nadira, coba deh kamu buka aura. Ada tuh di deket rumah tante. Siapa tahu selama ini aura kamu ketutup jadi jodohmu nggak bisa nemuin kamu."

Aku melengos.

"Atau coba kamu ke skincare. Jangan-jangan karena jerawatan jadi susah dapet jodoh."

Aku mendengus.

"Sudah coba ke totok perut, perut kamu agak buncit jadi mungkin kalau laki-laki lihat kayak ibu hamil jadi mereka nggak deketin deh."

WTF!!

Habis sudah kesabaranku. Sejak itu aku menolak diajak ikut acara keluarga. Pertanyaan kapan menikah itu mungkin tidak menghujam jantungku, tapi omongan embel-embel setelahnya yang membuatku nyaris kehilangan kepercayaan diri.

Mengapa di jaman sekarang ini, jaman maju ketika televisi bahkan lebih kurus dari tubuhmu, orang masih suka mencampuri urusan orang lain. Sekedar support aku bisa terima, kalau mulai bicara soal fisik, rasanya aku ingin menenggak cuka saja.

Tapi kemudian hal itu membuatku berpikir, mengapa pria yang menjadi sahabatku tidak ada yang tertarik padaku? Tidak satupun. Jika kalian baru mengenal Nicholas Pardede, maka ada dua lagi yang sama tampannya, sama mapannya namun sama absurdnya dengan Nicholas.

Sebenarnya ada satu. Satu diantara mereka yang setiap mendengar curhatannya membuat jantungku tak karuan, perutku mendadak mulas, keringat dingin bercucuran dan kehilangan konsentrasi.

Penasaran?

Sabar dulu. Aku akan segera memperkenalkannya.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Heyhoo..

Di bulan Desember ini mencoba menulis cerita baru sambil menyelesaikan impLOVEssible. Nadira dengan kehidupan single-nya :) Cerita ringan yang semoga bisa membuat teman-teman terhibur ya.

Bab 2 akan segera di posting..

Love,
Vy

Single All The TimeWhere stories live. Discover now