Prolog

60.1K 730 47
                                    

Sinar dari lampu ditengah ballroom ini membuat beberapa butir berlian dibajuku berkilau. Mungkin kalian langsung berpikir aku seorang wanita kaya. Tapi kalian salah. Dress hitam panjang yang memiliki belahan yang juga panjang dari tengah paha kananku sampai kebawah dengan belahan dada rendah dan taburan berlian dibagian dadaku ini adalah rancangan sahabatku. Bahuku polos tak terhalang apapun. Dia memberikan aku gaun ini secara cuma-cuma. Dia bilang kalau aku pantas memakainya. Tapi bagaimanapun juga, ini acara amal dan aku tidak mau orang-orang berpikir aku  itu 'orang berada' dan kalau mereka tau aku tidak menyumbang atau membeli apapun pasti mereka akan berfikir aku orang yang pelit atau semacamnya.

Belahan dress didaerah paha ini membuatku sedikit tidak nyaman saat berjalan. Ditambah semua orang yang terus memandangku dari atas sampai bawah.

"Bella." Seseorang menyentuh bahuku. Sontak aku menoleh kaget.

"Huh, untung aku tidak salah orang." Ujar Mr. Joe—dia atasanku. Aku tersenyum ramah padanya.

"Selamat malam, sir. Saya mencari anda dari tadi."

"Ya kau tau sendiri bagaimana istriku. Butuh waktu berabad-abad untuk berdandan keacara seperti ini baginya."  Gurau Mr. Joe. Tidak lama nampak seorang wanita paruh baya dibelakangnya yang nampak cantik memakai gaun merahnya.

"Selamat malam, Mrs. Keil." Sapaku saat Mrs. Keil bergabung bersama kami. Dia tersenyum dan langsung memelukku.

"Lama tidak bertemu, Bella." Sapa Mrs. Keil lembut.

"Aku ingin sekali berkunjung kerumahmu, ma'am. Tapi adikku sangat rewel." Dia tersenyum ramah dan memaklumi.

"Aku tau itu. Lagi pula tidak mudah bukan jadi sekertris suamiku yang keras kepala ini." Ujar Mrs. Keil sambil melirik suaminya.

"Itu juga kan demi kesuksesan perusahan kita, sayang." Ujar Mr. Joe Keil tidak terima.

Selanjutnya, Mrs. Keil sempat memuji penampilanku yang menurutnya sangat berbeda—dalam hal positif hari ini. Dan kami duduk disalah satu temapat yang disediakan untuk tamu khusus. Tempatnya mengarah langsung kepanggung.

Orang-orang berdatangan dan mulai memenuhi tempat duduknya. Acaranya masih setengah jam lagi. Mr dan Mrs. Keil masih berbincang. Dan aku mulai izin sebentar saat mereka mulai membicarakan hal pribadi.

"Saya permisi ke toilet sebentar." Dan dibalas dengan anggukan Mr. Keil dan senyum ramah Mrs. Keil.

***

Aku sedang berjalan menuju toilet saat seseorang—entah sengaja atau tidak sengaja menumpahkan winenya dan mengenai bagian dadaku.

"YaTuhan maafkan aku, miss. Sungguh aku tidak sengaja menumpahkan winenya. Suamiku sedang menelfon jadi aku tidak melihat jalan." Jelasnya sambil mencoba membantuku.

Aku tersenyum ramah kepada wanita paruh baya ini dan mencoba membersihkannya walau percuma saja.

"Tidak apa. Aku permisi." Ujarku dan langsung melangkah ketoilet.

Bruk

YaTuhan entah cobaan apalagi. Kepalaku terbentur dada seseorang sepertinya. Aku hampir saja terjatuh kalau dia tidak menarik pinggangku dan membuatku menempel pada dadanya. Dan saat aku menenggakan kepala, aku seperti melihat seorang malaikat.

Seorang pria tampan dengan rahang yang gagah, mata yang tajam, dan rmbut yang tertata rapih. Dia wangi. Dan aku suka dia. Maksudku, aku suka dengan wanginya.

"Anda tidak baik-baik saja, miss?" Suara baritonnya membuatku tersadar dan mundur perlahan. Entah kenapa tapi pipiku bersemu merah.

"Aku baik. Maaf aku tidak sengaja." Sambil menutupi sisa wine didadaku aku pergi meninggalkannya—walaupun tidak mau. "Permisi, sir."

Little Black DressWhere stories live. Discover now