Bagian Tengah

3.5K 286 29
                                    

Pagi ini suasana jalanan terasa lebih sejuk dari pada hari-hari sebelumnya. Langit yang mendung seolah memberikan pertanda akan datangnya hujan. Kinal yang berjalan di trotoar menuju sekolahnya itu sedikit menggigil dan meremas jaketnya berkali-kali. Meski sudah memakai jaket serta memasang hoodie, hawa dingin masih begitu terasa menusuk dalam pori-pori kulitnya.

Sepanjang jalan hingga sampai di sekolah, pikirannya melambung tinggi tentang pesan yang Veranda sampaikan padanya semalam. Ia menerka-nerka bagaimana cara Veranda bisa mengatahui bahwa ia yang meletakkan coklat itu pada sepeda Veranda.

Kinal tidak percaya Veranda mengenalinya semudah itu. Hanya sebuah coklat yang tidak berarti, bahkan semua orang bisa membeli coklat semacam itu. Gadis cantik seperti Veranda, tidak mungkin kalau tak punya penggemar rahasia yang rela untuk nekat memberikan coklat secara diam-diam seperti apa yang telah ia lakukan.

Tapi tak apa, setidaknya sekarang Kinal dikenali oleh Veranda, yang berarti Kinal sudah tidak terkesan seperti penguntit yang meresahkan. Mungkin selanjutnya Kinal bisa mengenal Veranda secara langsung, mungkin juga bisa berteman. Atau bahkan...

"Sinting!" omel Kinal atas dirinya sendiri yang mulai berpikiran tidak-tidak.

Tidak seperti biasanya, kali ini Kinal tidak terang-terangan menunggu Veranda datang ke sekolah. Dia memilih untuk memperhatikan Veranda dari kejauhan ketika gadis itu akan mulai memasuki kelasnya.

Selalu cantik, rapih, dan anggun. Begitu penampakan Veranda setiap harinya. Dia terlihat sangat jarang berbicara meskipun jika diajak bicara selalu murah senyum sarat kelembutan. Tak jarang Kinal akan ikut tersenyum jika memperhatikan senyum Veranda. Gadis itu sangat jarang menunjukkan ekspresi yang berarti. Manis, namun dingin, pikir Kinal.


***


Penampilannya saja yang terlihat seperti siswa pasif, namun sebenarnya Veranda aktif dalam banyak sekali kegiatan disekolahnya. Saat materi olahraga dia akan biasa menjadi andalan teman-temannya. Seperti saat ini, dalam pertandingan permainan dodge ball, Veranda menjadi ketua tim.

Veranda bergerak lincah menghindari bola yang dilemparkan lawan kepadanya. Sedari tadi ia menjadi incaran dari lawan-lawannya. Gerak gesit dari tubuhnya yang kurus itu menguntungkan dirinya. Membuat ia kewalahan karena harus membuang tenaga ekstra.

Dari kejauhan, Kinal yang diam-diam mengamati Veranda itu membawa sebotol air mineral ditangannya. Terlihat ragu-ragu, ia bingung harus bagaimana untuk memberikan air itu pada Veranda yang tampak kehausan usai bertanding dodge ball bersama teman-temannya.

"Ah bodo amat ah!"

Buru-buru Kinal mendekati lapangan, ia berjalan mendekati bangku sisi pinggir lapangan. Lagi-lagi berdiam diri cukup lama disana. Memandangi Veranda dan air mineralnya secara bergantian. Sampai sebuah suara membuatnya terkejut bukan kepalang.

"Hai!"

Kinal mendongakkan kepalanya, kedua matanya membulat ketika melihat Veranda sudah ada dihadapannya sambil tersenyum lembut. Gadis itu tampak lelah dan sesekali mengelap keringat yang membasahi pelipisnya.

"Bentar lagi jam olah raga kelas kamu yah?" tanya Veranda, membuyarkan pikiran Kinal yang berhenti berfungsi mendadak.

"Kemarin, suka coklatnya?"

Veranda tertawa mendengar satu pertanyaan yang keluar begitu saja dari mulut Kinal. Dia berhenti tertawa saat Kinal menyodorkan sebotol air mineral untuknya. Ia tersenyum lagi sebelum menerima air mineral pemberian Kinal.

"Aku suka. Tapi sayang, meski suka, nggak dibales..."

Jantung Kinal berdebar tak karuan mendengar penuturan Veranda yang sekarang memanyunkan bibirnya lucu. Tak mengerti dengan ungkapan Veranda yang disertai bersama nada merajuk itu kepadanya. Kinal rasa ia mulai kembali tak waras, ia terkekeh hambar atas pemikiran otaknya yang mengira Veranda menyatakan perasaan padanya.

No Strings AttachedWhere stories live. Discover now