Prolog - Private Number

108 1 0
                                        

Aku berhenti sejenak dan menoleh ke belakang. Tidak ada siapapun. Aku mengalihkan pandang ke depan dan memejamkan mata sejenak, menghela napas. Tidak ada yang mengikutimu, Serena. Tidak ada. Aku berusaha meyakinkan diriku sendiri, sementara langkahku kembali berlanjut. Namun, entah mengapa aku tidak bisa tenang. Jauh di dalam hatiku ada perasaan bahwa seseorang sedang mengikutiku, sangat dekat, tetapi aku tidak mengetahuinya.

Tiba-tiba ponselku bergetar. Aku segera merogoh kantong celanaku dan mengusap layarnya. Ada panggilan masuk dari private number, membuatku diam sejenak. Apakah aku harus mengangkatnya? Aku menggeleng, kemudian memasukkan kembali ponselku ke saku dan berusaha mempercepat langkahku. Diam-diam aku melirik arlojiku, dan meringis. Jam sebelas malam. Tinggal beberapa menit lagi sebelum tepat jam dua belas.

Ponselku masih terus berdering walau nada panggilnya sempat berhenti beberapa kali. Aku mendengus dan berhenti. Kuputuskan untuk meraih ponselku dan menatap layarnya. Masih private number. Dengan jemari yang entah mengapa mendadak gemetar, aku mengusap warna hijau di layar dan mendekatkannya ke telinga dengan hati-hati. Aku menelan ludah.

“Ha, halo?”

Tidak ada jawaban, namun aku mendengar suara deru napas yang agak cepat.

“Maaf, ini siapa?” tanyaku setenang mungkin, namun masih belum ada jawaban. Aku memutuskan untuk mematikan panggilan aneh tersebut ketika mendadak sebuah tangan berada di bahu kananku. Tubuhku menegang, dan saat aku menoleh ke belakang semuanya mendadak gelap.

The Cold OneWhere stories live. Discover now