Part 20

13.4K 901 9
                                    

Hay semuaa

Author mau cerita kalau author lagi keseeellllll banget soalnya tadi udah capek2 ngedit cerita eh gak ke save di wattpadnya rasanya mau makan orang sakung keselnya..

Mood nulis langsung ilang semua :( ngeditpun jadi males. Tapi author tetep edit ko biar ngurangin typo. Diputer yaaa mulmednyaa itu pas Lili sama Al nyanyi berdua.

Langsung aja deh happy reading yaa guys jangan lupa vommentnya untuk ngilangin kebetean author :D

*******

Lili POV

Hari ini aku sudah bisa berangkat sekolah. Sejak pagi kak Bian sibuk mengingatkanku untuk tidak jajan sembarangan dan terlalu banyak aktivitas. Akupun hanya mengiyakan semua ucapannya. Aku heran kenapa kak Bian bersikap berlebihan begitu, hemm kalau dipikir-pikir ia bersikap over protectiv padaku sejak kak Bian bertanya tentang pesan yang diberikan mommy padaku. Tapi yasudahlah toh aku juga senang diperhatikan oleh kakak.

Aku sedikit berlari menuju kelasku "Ana..." teriakku saat sampai di kelas. "Ana nanti temani aku ke guru seni budaya yaa aku ingin tes ulang" ucapku sambil mengatur nafas. Aku pasti kurang olahraga, masa hanya lari sedikit saja sudah merasa lelah.

"Aduh ni anak gak usah teriak-teriak juga. Iya ntar gue temenin" Ana mengulurkan air putih padaku "Lo lari-lari cuma buat bilang itu?" aku menganggukkan kepala dan meminum air putih itu.

"Ehh sepertinya ada yang kurang" aku mengitari kelas "Alex mana, biasanya dia bersamamu"

Ana cekikikan mendengar ucapanku "Dia tadi kelaperan makanya langsung kekantin. Gue gak ikut soalnya mau nungguin lo"

Mulutku langsung membentuk huruf o "Yasudah ayo kita menyusul" aku langsung menarik tangan Ana menuju kantin sekolah.

Dikantin aku melihat Abil, Monica dan Al yang sedang menyuapi perempuan berwajah pucat. Aduh kenapa Alex harus satu meja dengan Al sih. Apakah aku harus melihat adegan ini sekarang juga. Aku meneguk salivaku menelan segala rasa sakit.

Ana sepertinya sadar karena aku tiba-tiba berhenti "Kekelas aja yuu Lil, jangan maksain diri lo"

Aku menghela nafas dan memaksakan diri untuk tersenyum "Maksain diri apa? aku tidak papa ayo kita kesana" kutarik tangan Ana lagi. "Hay semua" sapaku sebelum duduk disamping Alex.

Alex menyambut kami dengan senyuman, ia mengelus rambutku "Kau sudah sarapan belum?" tanya Alex.

"Sudah dong kau tau kak Bian dari pagi sudah bawel sekali, ia mengingatkanku seperti mengingatkan anak tk" celotehku Alex Monica dan Abil tertawa mendengarnya. Bisa kulihat Al sedang memperhatikanku entah kenapa. Aku menoleh pada Al "Hai Al, ini pasti Tamara yaa? hai aku Lili sahabat Al" aku mengulurkan tanganku padanya. Sulit juga jika harus berakting baik-baik saja padahal didalamnya benar-benar hancur.

"Hai.. iya panggil aku Ara aja" aku menganggukan kepala dan tersenyum. Kami mengobrol tentang banyak hal. Ara memang pribadi yang seru, ia sepertinya orang yang tidak bisa diam. Beberapa kali aku melihat sikap perhatian Al pada Ara. Yang bisa kulakukan adalah pura-pura tersenyum. Kakiku sudah ingin berlari dari sini, tapi itu akan membuatku terlihat lemah nantinya.

Rion, Vano dan Sean datang lalu bergabung dengan kami. Rion langsung duduk disampingku "Gimana keadaan lo?"tanya Rion.

"Alhamdulillah baik, Rion terimakasih banyak yaa maaf merepotkan" Aku ingat Rion lah yang menolongku malam itu. Aku tersenyum padanya. Seandainya yang ku suka itu Rion semuanya akan lebih mudah pikirku.

"Al aku udah kenyang" suara Ara membuatku menoleh padanya.

"Jangan gitu dong ra, kamu harus makan. Aku gak mau liat kamu sakit lagi" balas Al. Mataku sudah berkaca-kaca jadi aku langsung membuang pandanganku kearah lain. Ayolah Lil jangan menangis disini. Saat melihat kearah teman-temanku mereka memandangku dengan tatapan kasian dan itu benar-benar membuatku kesal, aku tidak suka dikasihani.

I Love You, Daddy (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang