Part 6

25.2K 1.4K 24
                                    

HAPPY READING GUYS :* :*

JANGAN LUPA VOMMENT YAA :D

*******

Author POV

Ruang tamu ini masih ramai dengan suara perdebatan, ucapan yang saling menyahut dengan nada penuh emosi itu tiba-tiba terhenti saat terdengar suara tawa samar dari kamar Ares. Bian melebarkan matanya, ini benar suara tawa daddynya, dia tidak mungkin salah dengar. Suara tawa itu sudah lama sekali hilang, dia bahkan sudah luma kapan terakhir mendengarnya.

Bian langsung berlari ke lantai atas, dan semuanya mengikuti di belakangnya. Perlahan Bian membuka pintu kamar Ares, matanya menatap nanar pemandangan di depannya. The power of love, Ares sedang tertawa dengan Lily. Bian tersenyum bahagia, ini adalah sebuah keajaiban.

Nadin membekap mulutnya, dia ikut takjub. "Ares.." ucapnya sembari merangkul lengan suaminya itu.

Arsen tersenyum sinis pada Sandra. "Sandra, look with your eyes!" desisnya.

Bian menutup pintu itu lagi. "Pergilah nek, kami muak dengan semua tingkah nenek," ucapnya dengan tegas.

"Boleh aku lihat Ares sebentar?" tanya Sandra. Seandainya dia ibu yang baik maka sudah pasti semua mengizinkannya. Sayangnya Sandra bukan tipe ibu seperti itu, dia wanita ular yang sangat licik dan manipulatif.

Arsen menggeleng, mataya menatap tajam Sandra. "Pergi sekarang sebelum kuseret kau keluar!" dingin ucapannya membekukan Sandra.

Sandra memegang tangan Arsen, wajahnya memohon pada mantan suaminya itu. "Sebentar saja," pintanya.

Nadin mengusap lengan Arsen, matanya menatap dengan tenang. "Izinkan dia, dia ibunya."

Bian berdecak kesal, omanya terlalu baik. "Jangan izinkan dia, dia bisa membawa daddy nanti," tolaknya. Dia sudah tidak bisa mengasihani neneknya ini.

Arsen menghela nafasnya. "Tenang Bian, jika dia berani menyentuh daddy mu, akan ku bunuh dia saat itu juga. Masuklah sekarang," ucapnya.

Sandra mengangguk dan langsung membuka pintu kamar Ares. Semua masuk ke kamar itu, Ares menoleh, wajahnya ketakutan sampai Lily harus menenangkannya. "Tolong jangan bawa aku, aku tidak gila!" mohonnya. Bian mengepalkan tangannya, benar-benar kurang ajar neneknya itu. Jika kondisi daddy memburuk maka yang dia akan membuat perhitungan serius untuk wanita tua itu.

Ares menggeleng, dia meremas rambutnya sendiri. "Aku tidak gila!!" teriaknya. Bian langsung mengambil obat daddy di laci dekat tempat tidur.

Lily berdiri di depan daddy dengan wajah siap tempur. "KELUAR DARI KAMAR DADDY KU!" bentaknya dengan suara keras. Ini sudah melewati batas Lily, dan sudah pasti itu diluar kesadarannya. Dia memang tidak pernah sanggup melihat daddy kesakitan.

Lily memeluk dan mengusap bahu daddynya. "Dad lihat? Lil sudah mengusirnya.." bujuknya agar bisa membuat daddy tenang. Isak tangis Ares terdengar, Bian mendekat dan tangannya mengusap air mata daddy.

Arsen mengepalkan tangannya, dia langsung menarik Sandra keluar dari kamar itu. "Pergi kau!" bentaknya.

Nadin duduk di tepi ranjang, memperhatikan putranya yang saat ini sedang dipeluk oleh dua cucunya. Dia langsung pamit keluar untuk memberikan waktu bagi Ares.

"Dad nenek sudah pergi, sekarang daddy minum obat sebelum orang jahat itu kembali lagi."

"Terima kasih kau telah melindungiku," ucap Ares tulus.

Lily tersenyum manis. "Tidak perlu berterima kasih dad, Lil senang bisa melindungi daddy."

"Malam ini kalian mau menemaniku tidur? aku takut."

I Love You, Daddy (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang