Prolog (Revisi)

37 3 1
                                    

Lorong ini terasa begitu panjang, hingga gadis itu berpikir lorong ini tidak ada ujungnya gadis dengan rambut sebahu itu mempercepat langkah kakinya berharap informasi yang diberikan padanya salah atau salah sambung, atau bahkan gadis itu berharap sedang dikerjai oleh tim ups salah.

Langkah kaki gadis itu melambat, tujuan gadis itu sudah didepan mata tetapi entah mengapa gadis itu begitu ragu untuk terus melangkah. Hormone adrenaline gadis itu meningkat menimbulkan detak jantung yang tak terkendali, membuatnya berkali-kali menghembuskan nafas panjang. Gadis itu akhirnya melangkah lagi dengan pasti. selangkah lagi gadis itu mendekati pintu berwarna putih itu, pintu itu terbuka sosok yang sedari tadi gadis itu cemaskan kini berdiri dengan tegap di hadapannya.

Senyum gadis itu merekah, dan tanpa pikir panjang gadis itu langsung memeluk lelaki itu dengan sangat erat melingkarkan tangannya diperut lelaki tersebut.
"Aku tau kamu pasti baik-baik aja" gadis itu menyandarkan kepalanya tepat di dada bidang lelaki tersebut, beberapa saat gadis itu memeluk lelaki itu tidak ada yang bersuara, akhirnya lelaki itu memecah keheningan
"Sa..." Lelaki itu memangil gadis itu seraya melepaskan pelukan gadis itu tetapi gadis itu masih mencengkram kedua sisi baju nya erat. Gadis itu mengerutkan dahinya mendongkakkan kepalanya untuk menatap lelaki itu, tatapan mereka bertemu. Gadis itu langsung melepaskan cengkraman nya pada baju lelaki itu, matanya melebar sembari berjalan mundur
"Sa" panggil lelaki itu sekali lagi dengan sedikit tegas
"Mana Evan?!" Tanya gadis itu dengan lirih, lelaki itu diam
"Mana Evan?!" Tanya gadis itu sekali lagi sambil menatap lelaki dihadapannya, yang ditatapnya hanya melihatnya intes
"Mana evan, vin mana Evan?!" Suara nya kini meninggi.
"Jawab vin. Jawab mana Evan?! Kemana dia vin! Jaw.." Belum sempat gadis itu menyelesaikan perkataannya pintu putih itu terbuka oleh seorang wanita berpakaian putih yang diikuti oleh ranjang yang berisi seseorang yang seluruh tubuhnya tertutup Kain putih

Jantung gadis itu berdetak semakin cepat saat ranjang itu melewatinya.
"Tunggu sus, tunggu" gadis itu berbalik dan langsung memposisikan dirinya disamping ranjang itu
"Ya mba, mba mau liat mas nya?" Tanya suster itu sambil menatap gadis dihadapannya, gadis itu mengangguk tetapi matanya tetep melihat kearah ranjang yang tertutup kain putih itu.
Saat suster itu akan membukakan kain putih itu gadis itu berkata
"Biar saja aja sus yang buka" suaranya terdengar lirih, gadis itu mendekat tangannya bergetar saat mendekati kain putih tersebut, gadis itu memejamkan matanya sambil menghembuskan nafas panjang, jemarinya sudah menyentuh kain tersebut matanya terbuka dan entah keberanian dari mana gadis itu langsung menyibakkan kain tersebut. Matanya melebar sempurna, tangannya bergetar hebat, gadis itu mundur beberapa langkah. Tatapan nya masih tertuju kepada wajah itu, wajah itu kemudian tertutup kembali. Gadis itu memejamkan matanya saat suara roda bergerak terdengar di indera nya, kakinya sudah tak sanggum menopang tubuh gadis itu ambruk terduduk di lantai itu sambil menyentuh dadanya. Tak ada air mata gang mengalir gadis itu hanya menunduk hingga kesadarannya menghilang.

*Hallo, kenalkan ini cerita pertama aku yang sebenernya sudah menari-nari dikepalaku dari kapan tau. Akhirnya punya keberanian buat ditulis.. Karena masih newbie dalam hal tulis, menulis cerita baiknya saya hanya meminta kritik dan saran untuk membuat cerita ini lebih indah kedepannya aamiin
Mohon petunjuk nya *bow :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESTINY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang