2nd test. Introduce.

21.4K 537 12
                                    

Mobil hitam sudah menunggu wanita yang berjalan beriringan bersama dua pria berjas hitam. Pucat wajahnya tampak ketika seseorang mulai mendekat. Dengan tangan bergetar ia membuka pintu mobil dan segera masuk ke dalamnya. "Bugh, bugh..." orang yang mendatanginya terlihat memukul jendela kaca di sisinya membuat salah seorang pria berjas hitam turun dari mobil dan menghentikan orang tersebut.

"Lepaskan!" orang berwajah suram, bertubuh kecil dan tak bertenaga itu meronta di tangan si pria berjas hitam.

"Anda sangat mengganggu. Lebih baik segera pergi dari sini sebelum saya bertindak kasar," kata si pria berjas hitam.

"Hanya sebentar biarkan saya bertemu dengannya," ucap orang itu dengan raut wajah memohon. "Aku tahu kamu mendengarkanku. Mama...mama sakit keras dan dia ingin bertemu denganmu," lanjutnya dengan air mata menitih di wajah muramnya. "Kumohon, kumohon padamu sudah setahun mama tidak bertemu denganmu. Dan sekali ini saja temuilah mama."

"Deg..." Sesuatu menghantam jantungnya, membuat wanita dalam mobil itu menggiggil ketakutan dengan kedua tangan ia memeluk tubuhnya sendiri. "Aku...aku tidak punya mama. Aku tidak mengenalmu. A..aku tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan," suaranya bergetar. "Kita...kita pergi dari sini," pintanya pada pria berjas di balik kemudi.

Tinggallah orang itu dengan tubuh mematung di bawah langit hitam bergemuruh yang mengalirkan derasnya hujan. "Di sisa hidupnya, mama hanya ingin meminta maaf padamu." Guyuran hujan yang semakin deras, ia terdiam dengan rasa bersalah, penyesalan dan mungkin kekecewaan. Dengan kedua tangan menangkup wajah pucatnya dalam hati ia membatin, "Aku gagal membawanya kembali. Dia benar-benar sudah pergi meninggalkan kita. Mama, papa maafkan aku."

Ia tak bisa menghentikan kertakkan giginya karena basah kuyup dan kedinginan. Memeluk tubuhnya sendiri, ia melangkah menyusuri jalanan dengan jarak yang tak bisa di bilang pendek hingga sampai pada sebuah apartemen sempit dan usang. Ia mengambil napas panjang begitu tiba di depan pintu penuh coretan, membukanya dan masuk ke dalam apartemen. "Ma, aku pulang," teriaknya mencari di mana keberadaan sang ibu. Matanya membelalak, darahnya seakan membeku menatap sosok sang ibu tergeletak tak berdaya di lantai kamar tidur yang dingin. "Ma...mama," ucapnya tergagap, memeluk tubuh sang ibu dengan berlinang air mata. Seharusnya ia sudah siap dengan kepergian sang ibu, tapi mengapa tetap menyakitkan sekarang.

Sungguh sesak rasanya tak memiliki siapa pun. Tapi ia sudah berjanji pada sang ibu untuk tidak terpuruk dan tetap melanjutkan hidupnya. Ia merenung, "Setidaknya mama tak akan menderita lagi sekarang. Benar, aku harus tetap berjuang."

***

Bangunan tua sebuah gedung berukuran besar yang terlihat tak terpakai. Tampak sebuah unit agen elit negara yang bertugas menjalankan misi penyelidikan, penyamaran, penangkapan kriminal berbahaya bagi negara. Zoei junior agen khusus, Hidra senior agen khusus, Alden senior agen khusus dan Triton junior agen khusus, serta selusin orang dengan rompi anti peluru dan senjata di tangan bersiap untuk melakukan penyergapan salah satu anak buah seorang bandar narkoba besar.

Mereka melakukan pergerakan dengan arahan yang diberikan Hidra lewat tangan, mata dan anggukan kepala. Perlahan-lahan satu persatu musuh dilumpuhkan tanpa menimbulkan kegaduhan agar sasaran utama mereka tidak lari. Setidaknya sampai pada situasi yang mengharuskan mereka melakukan aksi tembak menembak.

Zoei, Hidra, Alden dan Triton hampir mencapai ruangan di mana target utama mereka berada. Tampak beberapa penjaga berlalu lalang di sana. Mengendap-endap beberapa penjaga tersebut berhasil dijatuhkan mereka. Di lorong sempit itu, tersisa satu orang penjaga. Keluar dari persembunyian, Zoei muncul di hadapan si penjaga, secepat kilat ia mengunci pergerakan lengan dan kaki lawan, mendorong wajah lawan dengan tangan kosongnya, menyerang mata sebagai bagian vital lawan dan "Brukkk" penjaga terakhir itu ambruk tak sadarkan diri. Bela diri yang mahir bagi Zoei sebagai anggota terlemah di tim mereka.

BADMANWhere stories live. Discover now