Dua.

3.9K 274 6
                                    

Author's POV

Hari demi hari berlalu lebih cepat sejak kedatangan Arthur dirumah Luna. Sejak kedatangan Arthur pula, kehidupan Luna semakin membaik dan ia mulai mengerti bagaimana kehidupan manusia diluar sana. Tak jarang Arthur membawanya ke perkotaan untuk membantu perkembangan Luna yang dapat dibilang sangat jauh dari peradaban.

Dan sejak kedatangan Arthur pula Luna mengerti apa yang ia butuhkan sebagai seorang perempuan. Yah, walaupun wajah Luna akan berubah menjadi merah padam setiap ia menanyakan sesuatu kepada Arthur, Arthur hanya akan tersenyum dan menjelaskan segala hal yang ia ketahui. Walaupun sebagai seorang pria terkesan sangat aneh mengetahui pengetahuan semacam itu, tidak ada salahnya kan? Lagipula ia juga akan membutuhkannya jika kelak anaknya bertanya.

Sampai pada suatu saat ketika Arthur sedang bersantai di taman belakang rumah Luna sembari memperhatikan gadis yang sedang merawat tanaman warisan Ibunya, Arthur merasakan jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Setiap kali pria itu melihat atau memikirkan Luna, maka jantungnya akan semakin menggebu-gebu dan sebuah senyuman akan terlukis diwajahnya.

Perasaan yang selalu mendorongnya untuk mendekati Luna setiap saat membuatnya semakin gugup ketika berpapasan dengan gadis itu. Tak jarang pula Arthur tersedak ketika ia mendengar suara Luna secara tiba-tiba. Seperti yang dikatakan Ayahnya, mungkin saja ia matemu.

Untuk kesekian kalinya Arthur tersenyum mengingat kalimat Ayahnya. Membuat perasaannya pada Luna semakin membesar dan jiwa yang berada didalam tubuhnya selalu berteriak "mate" disaat mereka saling bertatapan ataupun mengobrol. Dan setelah sekian lama bertanya-tanya pada dirinya apa yang tengah terjadi, ia sadar bahwa perasaannya pada Luna disebut cinta. Dimana kau sangat ingin melindungi, menyayangi dan bersama seseorang itu untuk setiap saat.

Sama halnya dengan Luna, kedua kakinya akan bergetar lemas ketika ia melihat Arthur ataupun berbicara dengan pria itu. Kedua sudut bibirnya akan selalu berkedut jika ia memaksa untuk tidak tersenyum disetiap obrolan mereka berlangsung. Bahkan Luna tak segan-segan untuk berteriak dikamarnya bahwa ia sangat senang setelah pergi bersama Arthur ke kota.

Namun hal itu cepat atau lambat akan segera berakhir. Dan pada saat itu datang, Arthur selalu menghilang disaat yang tidak tepat. Membuat sebuah lukisan menyedihkan diwajah cantik Luna, membuat kedua sorot bahagia itu menjadi sorot kecewa.

Hari-hari pun kembali berlangsung sepi dan tidak menyenangkan bagi Luna. Dengan ketidak hadiran Arthur membuatnya tak berniat untuk melakukan segala macam hal kegiatan yang selalu ia lakukan. Ia hanya ingin berbaring diranjangnya sembari menunggu kedatangan Arthur yang tak pasti.

Langit mulai menggelap ketika perut Luna merengek diberi asupan makanan. Membuat gadis itu menghela napas jengkel dan menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya, menuruni tangga rumahnya lalu mengambil senter, panah busur serta pisau yang biasa ia gunakan untuk berburu.

Luna langsung berlari menuju hutan tempat biasa ia berburu dengan malas. Merasa tidak berminat untuk melanjutkan hobi yang sangat ia gila-gilai beberapa tahun silam. Ketika ia mulai memasuki pusat hutan, dua ekor beruang menghadang jalannya dan menggeram kearah Luna. Luna pun hanya menghela napasnya lalu meraih panah busur yang berada dipunggungnya lalu melancarkan sebuah serangan lima kali berturut-turut.

Salah satu diantara beruang itu pun langsung mati sebelum sempat melarikan diri, sementara beruang yang berwarna berbeda dari yang biasa ia buru pun menggeram lebih keras dan berlari kearah Luna. Kali ini Luna meraih dua pisau yang berada disakunya lalu mendesis kearah beruang yang berada dihadapannya.

AveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang