Bintang 1

31 1 0
                                    

"Bintang Sirius Riftandy bin Armansyah Ardi
Wafat : 10 Desember 2011
Lahir : 10 Desember 1994"

Batu nisan itu masih terasa basah,meski waktu telah memakannya selama lima tahun.
Didalam sana tempat salah satu bintang kami beristirahat.
Ia kembali pada sang penciptanya,meninggalkan kami yg membutuhkan bantuan sinarnya.Terutama aku,bagaimana aku bisa menyinari hidup ayah dan ibu jika cahaya ku hanya setengah.Kami diciptakan bersama,membagi tugas menyinari orang-orang yg berarti bagi kami.Dalam sekejab kamu pergi menghilang tanpa terlihat lagi.Lalu,bagaimana aku dengan kepincanganku ? Bagaimana aku berjalan dengan hanya menggunakan satu kakiku ? Jika kucoba menopangnya dengan tongkat,semua akan tetap berbeda.Tetap terasa salah untuk dijalankan.

Ya,kami satu yg menjadi dua dan dua yg sebenarnya satu.Kami kembar identik meski berbeda jenis kelamin.Aku pernah berbagi tempat dengannya dalam rahim ibu.Dan kini aku harus merasakan kehampaan atas hilangnya eksistensi dia dalam hidupku.Dia yg selalu mengalah padahal dia juga ingin merasa menang.Dia yg menjadi tempatku bersandar walaupun dia juga sedang butuh sandaran.Dan dia yg senantiasa menghapus air mataku disaat air matanya juga memaksa ingin tumpah.
Bukan,bukan dia lelaki cengeng yg gampang menangis.Dia lelaki keduaku yg terkuat setelah ayah.

'Anak lelaki tampan itu terus berlari sambil sesekali meringis.Ia mengabaikan luka robek dilututnya yg terus mengeluarkan darah.Pikirannya hanya satu,menghampiri gadis kecil imut sepantaran dengannya yg sedang terduduk dibebatuan sambil menangis.

"Hikz..hikz.. Bintang ini sakit" tangis gadis kecil itu.

Anak lelaki itu semakin kalut,segera setelah sampai ditempat si gadis kecil,ia memeriksa keadaan gadisnya.Pergelangan kaki si gadis kecil membengkak dengan warna kebiruan.

"Tahan ya,Bintang gendong Pella sampai rumah.Ayo naik" ucap anak lelaki itu sambil menyodorkan punggungnya kearah si gadis kecil '.

Air mataku kembali menetes mengingat bagaimana bintangku menjagaku semenjak kami masih kecil.
Aku tau bahkan mengerti,air mataku hanya akan berakhir sia-sia.Berapa banyak air mataku yg keluar dan seberapa keras aku meraung memanggil namanya,bintangku tetap tidur dalam kedamaiannya.

Aku berjalan mendekat,menaburkan bunga dan air mawar diatas peristirahatannya.Tak lupa kupanjatkan doa kepada Tuhan untuk mengasihi lelakiku ini disana.
Setelah selesai,aku lanjutkan dengan sedikit bercerita padanya.Aku tau Bintang tidak akan menjawabnya tapi aku yakin dia mendengarkanku.

"Bin,sekarang aku mandiri loh.Pella baru aja diterima kerja disalah satu kantor.Emang sih cuma jadi admin pembantu tapi lumayan uangnya buat bekal kekampus" curhatku.

"Pella gak mau nyusahin ayah sama ibu lg,kaya yg dulu Bintang ajarin.Pella juga kemarin ikut tes beasiswa lanjutan dan alhamdulillah Pella keterima sampai s2.Sebisa mungkin Pella bakal lanjutin cita-cita Bintang" ucapku lg.

'Seorang anak lelaki dengan seragam SD nya berlari dilapangan sekolah menghampiri gadis imut yg sedang bermain karet bersama temannya.

"Pella" teriak anak lelaki itu memanggil gadis kecil yg bernama Capella.
Pella menoleh dan tersenyum lebar mendapati anak lelaki itu,Bintang yg memanggilnya.

"Bintang hah menang lombah matematika hah hah" ucap Bintang terengah karna berlari.

Cengiran Pella semakin lebar saat tau Bintang,kembarannya memenangkan sebuah lomba.

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Nov 12, 2015 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

Menggelapkan BINTANGTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon