Aku Belum Ingin Pulang

Mulai dari awal
                                    

"Walaikumsalam. Eh eh Yun!" teriaknya, seakaan kelupaan sesuatu sembari melambaikan tangannya memintaku untuk tidak menutup skype dengan cepat.

"Apa mama?"

"Umur kamu sebentar lagi dua puluh lima tahun," ingatnya.

"Terus?" tanyaku tak mengerti arah pembicaraanya.

"Bukannya kamu mau nikah di umur segitu?"

Aku menelan ludahku, perutku tiba-tiba sakit padahal selepas sholat subuh tadi aku sudah menyetor ke toilet, sembari mengusap muka ku kasar aku hanya bisa menjerit dalam hatii, Ya allah cobaan apa lagi ini? Tadi disuruh pulang sekarang nanya jodoh.

"Iya sih tapi siapa jodohnya? Lagian ya Ma di sini banyak bule mana beda agama sama kita. Aduh ma pusing kepala Yuna mikirinnya." Keluhku meberikan alasan.

"Eh jangan deh sama bule Yun. Gak cocok kamu. Muka kamu tu ndeso!" ejeknya tega. Ndeso, deso gini ya keturunan siapa toh?

Pengen banget aku saat ini nyanyi lagu rosa yang judulnya Tegaaaaaa!

"Mama nih mana tau memperbaiki keturunan gitu ma," rutukku.

"Makanya pulang aja deh kamu ke Indonesia. Cari di Indonesia nih banyak Yun, di perempatan juga banyak tuh Mama liat."

Ya Allah tega bener, itu nyari jodoh atau mungut sampah sih?

"Ma, ngomong jangan sembarangan gitu dong," tegur Papa yang ternyata sedari tadi tanpa aku tahu berada di dekat Mama.

"Tau nih Yuna, abisnya susah di suruh pulang!"

Pulang lagi pulang lagi. Sudahnya aku pesan detik ini juga tiket pulang ke Indonesia dan kalau bisa langsung sampai ke hadapan mama saat ini.

"Ma untuk sekarangkan Yuna gak bisa Ma. Yuna usahain setelah kontrak kerja Yuna abis."

Maafin Yuna Ma, bohongin Mama mulu.

"Terus gimana dong kamu. Masa nanti kamu jadi gadis tua? Ih amit amit deh. Capek capek aja kamu kuliah jauh jauh. Kuliah tinggi tinggi taunya? Apa? Aduh gak kebayang mama amit amit ih," ucapnya ketakutan sendiri memikirkannya padahal aku tidak berbicara apapun.

"Mama mulutnya bandel deh. Omongan doa loh ma. Tega mama ngomong gitu sama Yuna?" tanyaku berpura kesal lalu menghapus sudut mata seakan ada air mata yang mengepul di sana.

"Habisnya kamuu tuh! Adik kamu aja tuh berdua ada pacar Yun masa kamu enggak?" Adunya.

Aduh bandel ya tu anak dua udah pacar-pacaran awas aja kalo ke sini aku omelin deh habis habisan.

"Maaaa dalam islam gak boleh pacaran. Aku gak mau pacaran. Mau langsung nikah aja," alasanku agar Mama bisa berhenti sebentar saja, aku sudah lelah menghadapinya, tolong Tuhan, tolong!

Tanpa sadar mulut Mama terbuka, sedangkan matanya membesar tak percaya. Lebay banget ekspresinya, ngalahin pemain sinetron!

"Sumveh lu? Gimana caranya lo nikahhhhh Yuna pasangannya mana?" ejeknya.

"Masa mama mau ngejodohin kamu sih. Emang kamu mau?" tanyanya memastikan.

Aku berpikir sejenak boleh juga tuh dijodohin, dari pada aku harus pusing menghadapi Mama.

"Yaudah aku mau," ucapku langsung tanpa berpikir panjang dampak yang akan aku sesali sebentar lagi.

Mama melambai lambaikan tangannya kearah kamera laptop, sembari berkata, "Halo ... halo ... halo ... jaringannya baguskan? Kamu ngomong apa barusan? Mama gak salah denger kan? Kamu mau dijodohin?" ulangnya tak percaya.

Aku mengangguk mantap. "Ya Mama, aku mau. Tapi nyari yang bener dong ma. Yang cakep, kaya, yang bisa kasih aku mahar jet pribadi kalo bisa." Sengaja aku beri syarat biar kesusahan dan nyerah tuh emak-emak.

Mama mendengus kesal. Dia menunjuk kepalanya sendiri. "Pikiran kamu itu yang ada di otak kamu tu cuma jet jet jet pribadi mulu. Pusing mama denger khayalanmu!" protesnya.

Aku terkekeh senang. "Alah ma kalau aku punya jet juga palingan mama yang sering makai."

"Yadong percuma aja punya kalo gak dipake!"

Alasan, dasar nih emak-emak!

"Ma udah dulu deh aku mau tidur besok udah kerja," pamitku karena perutku kembali lapar dan aku harus menyelesaikan beberapa kerjaanku.

"Bye assalamualaikum," lanjutku dan langsung memutuskan skype dengan tidak sopan.

•••

Aku memang tak percaya cinta

Tapi aku percaya setiap orang ditakdirkan berpasang pasangan

Aku memang tak ingin berpacaran

Tapi bukan berarti aku tak mau menikah

Jodohku kamu dimana?

Aku menunggumu disini

Haruskah aku mencarimu?

Siapun kamu yang ditakdirkan untukku

Aku harap kamu bisa membuatku percaya dengan cinta (lagi).

-Yuna Resya Tirka

•••

[Separuh cerita ini sudah dipindahkan ke Webnovel, jika ingin melanjutkan membaca silahkan download aplikasi Webnovel dan silahkan cari di pencarian dengan judul cerita I Don't Care About Love pada volume 02 part 47 Where Is My Soulmate? dan jangan lupa baca I Don't Care About Love terlebih dahulu!!!]

Terakhir Publish: 29 Oktober 2015

Publish Ulang: 15 Desember 2019

Where Is My Soulmate? [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang