Bab I || Sebuah Kebohongan

327 13 0
                                    

Ὦὣ⓿ὣὮ

Dengan langkah tergesa-gesa, Cal memasuki ruang kelasnya dengan beberapa buku berada dalam pelukkannya dan tas yang tersampir dibahu kiri. Cewek yang dari tadi sempat menabrak beberapa teman seangkatannya itu hanya tersenyum lebar ketika memasuki kelasnya. Pasalnya, gadis itu sudah lelah dengan barang-barang bawaanya. Belum lagi tali sepatunya yang terlepas akibat terinjak seseorang tadi yang membuatnya menggerutu sendiri.

Cal meletakkan tumpukan buku-buku itu dimejanya dengan kasar. Membuat suara dentuman yang keras sehingga teman-temannya menoleh ke arahnya. Ia tak peduli dengan itu semua, yang penting sekarang adalah ia harus mempelajari tiga buku dalam waktu empat puluh lima menit dengan kecepatan super, tapi masih dapat ia pahami.

Menyebalkan memang jika ada konser band kesayanganmu, harus bersamaan dengan adanya ulangan harian tiga mata pelajaran sekaligus. Semalam, Cal menonton konser 'KCL' di dalam kamarnya. Band kesayangannya itu tampil di salah satu stasiun televisi hingga larut malam yang membuatnya lupa akan kewajibannya untuk belajar.

Tepat pukul sebelas malam, acara konser telah usai. Dengan langkah malas, Cal terduduk dimeja belajarnya, memandangi tumpukan buku dihadapannya sejenak. Setelah menghela napas dan menyemangati diri, cewek itu mulai membaca salah satu buku bersampul biru itu dengan teliti.
Hampir setengah jam cewek itu membaca buku dengan mata yang tinggal beberapa detik lagi akan menutup rapat seolah tak bisa disangga lagi. Benar saja, tak lama, Cal tertidur dimeja belajarnya.

"Lo niat sekolah gak sih? Rambut acak-acakkan, seragam juga berantakan. Dari mana sih?" tanya Nesya.

Nesya, cewek itu adalah teman sebangku Cal dari setahun yang lalu. Mereka tak sengaja bertemu saat upacara pembukaan MOS yang membuat mereka kian hari kian dekat. Cal hanya tersenyum tanpa dosa membuat Nesya jengah dengan tingkah cewek itu. Dua belas bulan bagi Nesya, cukup untuk mengetahui segala seluk beluk cewek cerewet di hadapannya ini.

"Nonton konser, pasti," duga Nesya. Cewek itu kini duduk di sebelah Cal yang sedang asik dengan bukunya. Cal mendongak, tersenyum 'itu' lagi, dan kembali fokus pada kegiatannya.

"Apa gunanya nyoba buat menyukai apa yang disukai seseorang yang lo suka, kalau akhirnya lo ga di notice juga?" gumam Nesya yang masih sangat jelas terdengar oleh Cal.

Cal yang tadinya hendak beranjak dari tempat untuk memesan makan, kini melotot tajam ke arah Nesya. Mau tak mau, Nesya harus mengalihkan pandangannya ke arah Cal dan tersenyum lebar. "Canda doang, elah." Cal mendengus lalu beranjak. Sementara Nesya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir.

Setelah membeli sepiring batagor pada Mang Dadang, Cal kembali duduk ditempatnya. Kantin memang cukup ramai seperti biasa.

"Kenapa lo gak capek-capek buat ngejar si Raka?" Calista yang sedang memakan batagor, menghentikan aktivitasnya. Memandang ke arah Nesya dengan tatapan bingung.

"Bukannya lo udah-,"

"Iya, iya, gue tau. Lo cuma penasaran. Gak lebih," putus Nesya cepat. Cewek itu semakin menatap Cal lekat-lekat. "Tapi lo gak tertarikkan, sama dia?"

Seperti tersambar petir, Cal mematung sejenak. Lalu menggeleng cepat. "Ya gaklah! Gue cuma terlalu penasaran. Gak lebih." Cal membuang pandangannya dari Nesya. Berusaha menyembunyikan sesuatu. Seketara itukah perasaannya pada Raka? Cowok kutub utara yang menyasar di negara tropis ini.

Sementara Nesya menghembuskan napas beratnya. Sejago apapun Cal berbohong kepadanya, ia akan tahu kalau cewek itu sedang berbohong kepadanya.

ὮὣὣὮ

08.11.2015

Bukan prioritas.


CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang