Si Mesum

149K 1.5K 61
                                    

Aku menghentak-hentakkan kakiku kesal. Bagaimana tidak, kami berangat ke Bali dengan penerbangan pertama dan kalian tahu sendiri, penerbangan pertama itu pukul 05.30 pagi. Itu berarti kami berangkat dari rumah pukul 03.00 dini hari demi menghindari kemacetan. Pukul 03.00 Dini Hari!!! Perlu aku tekankan sekali lagi PUKUL 03.00 DINI HARI. PAGI-PAGI BUTA saudara-saudara sekalian. Rasanya aku ingin menjambak rambut Tania. Huaaaa aku masih sangat...sangat..SANGAT mengantuk, Mamahhhhhhh

Dan disinilah kami, dibandara internasional Soekarno Hatta. Menunggu antrian untuk masuk kedalam pesawat. Mataku benar-benar berat sekali. Aku butuh ranjang, butuh bantal, guling, selimut dan belaian seorang duda tampan. Oke, silahkan tampar aku sekarang juga, otakku pasti sudah benar-benar redup sehingga berani mengatakan hal gila itu.

"Nanti, kau bisa melanjutkan tidurmu sayang."Oma mengusap punggungku dari belakang, aku menguap untuk yang kesekian kalinya.

"Iya momm, main kuda-kudaan dengan Daddy juga bisa mom."Sahut Tania.

"Oh, shut up Tania. Kau saja yang main kuda-kudaan sama berondong pemalumu itu. Aku benar-benar sangat mengantuk. Dasar sakit jiwa."Ujarku serak, sumpah, aku ngantuk dan tidak mood untuk membalas perkataan Tania. Senyum jahilnya berubah menjadi seringaian.

"Main kuda-kudaan ya? Dengan berondongku? Boleh, akan aku pertimbangkan."Dan sedetik kemudian kepala Tania mendapatkan hadiah. Oma memukul kepalanya.

"Coba saja Tania, Oma akan mengirimkanmu kesekolah khusus wanita dan akan memasukkanmu ke universitas teologia di Yerusalem. Dasar gadis mesum."Decak Oma.

"Aku akan menggantungmu ditiang bendera Tania. Dasar Bocah mesum."Tambahku, menoyor kepalanya. Dasar tidak waras.

"Omaaa, Vidyaaa...sakitttt. Ish kalian ini, kirim, kirim aja kesana, itu bahkan lebih baik, aku bisa main kuda-kudaan dari berbagai ras." Tuhannnnn, anak siapa sih dia ini.

^^^^^

Aku baru saja memejamkan mataku saat dengan tiba-tiba sebuah suara mengusik ketenanganku.

"Bayi besar."

Aku membuka mataku malas,"Bayi besar dengkulmu. Diam, dan jangan menggangguku. Reno sialan."umpatku, duduk menyamping kearah jendela. Tania sialan,,,ini pasti kerjaan gadis gila itu, mengganti posisinya eh? Awas dia nanti.

"Bodoh, apa kau tidak membenarkan pakaian dalammu hah?!"Desisnya tajam, tepat ditelingaku.

Mataku refleks terbuka lebar. Sial. Sial. Sial. Aku lupa. Aku lupa masih mengenakan baju tidurku -kaus oblong dan celana training milik Tania-aku lupa dengan pakaian dalamku, aku lupa dengan kebiasaanku melepas Bra sebelum tidur, lebih tepatnya aku lupa memperbaikinya, lupa mengaitkannya. Hoaaaahh Aku lupa! Dasar Vidya tolol, idi..ot. Aku menahan nafasku saat deru nafasnya berhembus ditengkukku. Ya Tuhannnn.

Aku menjulurkan tanganku kebelakang, menyentuhkan telapak tanganku tepat diwajahnya, mendorongnya menjauh dari tengkukku.

"Jangan bernafas ditengkukku. Pria tua mesum."Umpatku, astaga itu bagian yang sangat sensitif. Mataku benar-benar sudah terbuka lebar sekarang. Sial, sial, hembusan nafasnya benar-benar sangat mengganggu.

"Kau ini benar-benar tidak ada sopannya."Decaknya, menarik telapak tanganku yang menempel diwajahnya. Apa? Jangan tatap aku seperti itu, khusus untuk pria yang disebelahku ini, sopan santun dan segala etika yang aku pelajari disekolah tidak berlaku.

Dia menatapku datar,"Perbaiki pakaian dalammu itu. Atau aku sendiri yang akan memperbaikinya. Disini. Sekarang juga."Tekannya.

Aku mengkeret takut. Sial. Sial. Sial. Takut? Iya, tentu saja aku takut. Kalian tidak tahu, bagaimana jika dia sedang marah. Errr mengerikan. (=3=)

Jadi yang bisa aku lakukan hanyalah mengangguk patuh, berdiri, bermaksud untuk ke toilet membenahi pakaian dalamku. Sebelum dengan tiba-tiba sepasang tangan itu menarikku sehingga aku terjatuh dipangkuannya. Tuhann, aku kaget.

"Aku berubah pikiran. Aku akan membantumu memperbaikinya."

"Eehhhh."Cicitku tertahan, astagaa, ini di pesawat. Demi Tuhan. "Tung-tunggu."Panikku, mencegah kedua tangannya yang mencoba menyelusup dibalik bajuku. Aku tahu yang ada di otaknya itu, ini tidak akan berakhir hanya dengan membantu mengaitkan BRA-KU. Tidak akan pernah ada hal sesederhana itu jika sudah menyangkut isi otak si duda satu ini. Membantu memperbaiki eh? Omong kosong.

Dia menatapku tajam, aku menelan ludahku. Aku sangat, sangat tidak suka jika keadaannya seperti ini, matanya yang kecoklatan terlihat mengerikan. Terdengar berlebihan memang, tapi sungguh aku tidak bisa melawannya jika seperti ini. Matanya seakan ingin memakanku bulat-bulat. Tanganku melemas, dia tersenyum miring, merasa senang memperdayaku. Brengsek.

Tangan kirinya terulur merapatkan gorden, menutupi bagian kursi kami dari pandangan orang lain -jangan tanyakan aku, kenapa ada gorden ditempat duduk kami dan sekat yang membatasi kami dengan penumpang yang lain, karena aku sediri baru tahu ada fasilitas seperti itu didalam pesawat, ah sudahlah, lupakan-lalu merubah posisiku, yang tadinya menyamping menjadi berhadapan dengannya, kedua kakiku ditekuk dikedua sisi tubuhnya, menghimpit dia.

"A-aku lagi datang bulan Ren."Gugupku. Dia merapatkan tubuhku dengannya, mempersempit jarak seminimal mungkin. Menyeruakkan wajahnya dilekukan leherku, dan menghirup nafas disana membuatku menggelinjing geli, sementara kedua tangannya mulai menyelusup kedalam bajuku.

"Kau lupa, aku tahu jadwal tamu bulananmu Dee."Kekehnya, aku tercekat. Merutuki kebodohanku. Seharusnya aku tidak lupa bahwa dia tahu segalanya tentangku. Dasar Vidya bodoh. arghhhh

Tangannya mengusap perutku dan bibirnya mulai menggigiti leherku,"Eenghh.."Aku menutup mulutku, kaget. Suaraku...suaraku...hoahhh ini memalukan.

Dia terkekeh. Kurang aja memang si Reno ini, sialan. Dasar setan mesum, om-om gila, pervert..

"Jangan mengumpatiku, Dee. Aku tahu isi kepalamu itu."Bisiknya ditengah-tengah kegiatannya yang sedang menjelajahi leherku.

Tangannya mulai menggoda bagian atas tubuhku, membuatku mengerang. Sial. Sial. Sial. Aku menyembunyikan wajahku dilekukan lehernya, meredam eranganku dengan menempelkan kuat-kuat bibirku dilehernya. Tuhan, aku bisa gila jika seperti ini terus, sentuhannya benar-benar memabukkan.

"Vidya, Reno, kali...an.."refleks aku menjauhkan tubuhku darinya. Nafasku terengah-engah. Itu Oma. Wanita paruh baya itu menatap kami shock. Sumpah,aku tidak tahu harus bagaimana, otakku benar-benar tidak berfungsi hanya untuk sekedar mencicit.

"Maaf, Oma mengganggu kesenangan kalian. Lanjutkan saja, anggap saja Oma tidak melihat. Oma mau cucu laki-laki."kekeh Oma sembari melirik arlojinya sebentar,"Ahh..25 menit lagi pesawat akan mendarat, cepat selesaikan. Haduh, Oma tidak sabar ingin menimang cucu lagi."ujar Oma sumringah ambil menutup rapat-rapat gorden.

Aku membeku, wajahku terlalu kaku untuk digerakkan. Tapi perlahan bergerak juga, menatap kembali Reno dan baru sadar, errrr telapak tanganku menempel erat di wajah Reno. Mati kau Vidyaaaa.

^^^^^^^

*****Hai hai hai semuanya... #lambai tangan. Makasih buat yang uda nyempatin baca, ngevote bahkan ngomen di cerita abal-abal saya ini. Aaaaaa senang ini mah. #kecup satu-satu readers. :* . maklum kalau masih banyak typo dan padanan kata-katanya yang amburadul. Saya masih pemula :D Saya lebih suka menjadi pembaca daripada menulis sebenarnya. Dan errr, jangan timpuk saya dengan adegan dipesawat itu, kyaaaaaaa, itu yang terpikirkan diotak saya. #pletak Okesipp. #sigh. Engga tau mau ngomong apa lagi. :* hihi~

*oia, harap maklum dengan ceritanya yang pendek-pendek, errrr karena otak saya belum mampu untuk membuat cerita yang banyak partnya. :D #plakkk.

*buat yang minta cerita, bagaimana awal pertemuan ayahnya tania dengan Vidya. Tunggu aja ya, tunggu saya dapat wangsit dulu dari eyang subur #dirujam. Asli, saya buat cerita ini awalnya cuman mau buat 1 part aja, dan ini cuman iseng-isengan aja, ada yang baca sukur, gada yang baca yowis oro opo-opo, eh engga tahunya.... ternyata responnya baik, sempet shock ini mah hahahaha sekali lagi makasih buat yang uda nyempatin baca. :)

Errr My Story (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang