Chapter 4 : Ask Aldi

33 2 0
                                    

"Yahh Vicky! Aku sudah tidak ingin mengenal anak kedua itu lagi. Yang pertama saja seperti itu, apalagi yang kedua. Wajahnya kan juga cemberut. Aku berani taruhan aku tidak akan menyukainya, karena aku juga tidak suka pada yang pertama tadi," keluh Jonathan ketika aku mengajaknya mencari anak aneh kedua itu. "Ayolah Jo! Aku juga tidak suka pada Aldi, tapi aku ingin tau bagaimana yang kedua itu. Kepo nih, kepo!" kataku membantah. Akhirnya setelah berdebat sementara, Jonathan mau juga kuajak mencari anak aneh kedua itu. Masalahnya hanyalah... dimana kelas anak itu? Dimana kita bisa menemukannya?

Kriiiinnnngggggg.......

Istirahat kedua tiba. Saat yang baik untuk mencari anak aneh itu, karena istirahat kedua itu 30 menit, sedangkan yang pertama hanya 15 menit. Tapi sebelum aku dan Jonathan sempat keluar untuk mencarinya, kami dipanggil oleh Pak Rudi. Hadeh, apalagi?! Ternyata kita disuruh menanyakan apakah lab komputer bisa dipakai setelah istirahat. Tidak tau untuk apa, kami menurut saja.

Kita berdua berjalan bersama ke lab komputer. Sesampainya disana, aku membuka pintu dan berkata permisi. Di dalam situ ada seorang guru. Sepertinya seorang guru komputer. Dia menanyakan kenapa kami kemari. Lalu aku menjelaskan suruhan Pak Rudi untuk menanyakan apakah lab komputer itu bisa dipakai. Pak Rudi mengusap - usap dagu, lalu izin sebentar untuk menelepon bagian tata usaha. Mungkin dia bukan guru komputer, karena dia tidak tau.

Aku dan Jonathan melihat ke sekeliling. Lab komputer di sekolah ini bagus sekali. Kita berdua berjalan - jalan sebentar. Kita lihat ada komputer bernomor 25. Tidak ada nomor 26, berarti ada 25 komputer disediakan disitu untuk para murid. Sayangnya kita tidak melihat anak aneh itu disitu. Entahlah, dimana anak itu.

Akhirnya guru tadi kembali. "Lab ini bisa dipakai dengan segera kok. Sampaikan pada Pak Rudi ya! Oh iya, apakah kalian sudah mengenal saya?" tanyanya. Aku dan Jonathan hanya menggeleng. Lalu guru itu mengulurkan tangannya. "Pak Tio." Aku dan Jonathan menjabat tangannya secara bergantian. "Vicky." "Jonathan." Setelah mengobrol sedikit, akhirnya kita berpisah.

"Hei! Kau seharusnya bertanya apakah Pak Tio tau tentang anak aneh itu!" kata Jonathan padaku waktu kembali ke kelas. Suaranya dipelankan. Dia takut kalau orang lain ingin tau apa yang dibicarakannya bersama aku. "Aku sebenarnya juga mau bertanya seperti itu, tapi lalu aku bingung bagaimana mendeskripsikannya," bantahku lagi. Jonathan akhirnya mengalah, "Ya sudah deh, terserah kamu! Tapi gara - gara tadi, istirahatnya tinggal 10 menit, kita tidak mungkin menemukan anak itu sekarang juga." Aku melirik arlojiku. Benar juga. Aku pukul jidat. Benar - benar konyol. Hanya bertemu Pak Tio saja sampai habis 20 menit! "Ah ya sudahlah! Kita cari saja besok Jo. Malah siapa tau besok kita bertemu dengannya, tanpa sengaja," aku menanggapi dan itu disetujui Jonathan.

Lalu kita kembali ke kelas. Seperti biasa, kelas sepi. Hanya ada beberapa orang dan salah satunya adalah Aldi. Tiba - tiba terlintas suatu ide di benakku. Aku langsung berlari menuju Aldi tanpa memedulikan Jonathan yang berbeda arah denganku. "Hei! Vicky! Kau mau apa?" sahut Jonathan saat melihatku berlari ke arah Aldi. "Sebentar Jo!" Aku menyentakkan tangannya yang mencengkeramku, lalu melanjutkan lariku. Saat sampai di depan Aldi, aku bertanya padanya, "Aldi, kau punya seorang sahabat kan? Bisa kau ceritakan tentang sahabatmu itu? Maksudku, bagaimana rupanya, hobinya, dan kelasnya dimana. Cukup itu saja!"

Aku sempat melihat Jonathan mengedipkan mata ke arahku. Pasti dia setuju dengan ideku ini. Tapi, apa jawaban Aldi nanti?

Vicky's LifeWhere stories live. Discover now