Romeo Lucius Valentine

100K 4.1K 188
                                    

Chapter 1

Di suatu ruangan berukuran luas dengan nuansa hitam yang mendominasi, nampak seorang pria sedang dipakaikan sarung tinju yang juga berwarna hitam oleh seorang pria lainnya. Kesan kelam semakin membayangi saat sinar rembulan menerangi ruangan yang disinyalir sebagai arena olahraga itu, melalui jendela-jendela besar yang menaungi salah satu sisi ruangan tersebut.

Kini, pria bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek hitam berbahan satin itu telah siap dengan sarung tinju yang menutupi kedua tangannya.

Ia pun segera melangkahkan kakinya menuju sudut kiri ruangan setelah pria dengan pakaian serba hitamnya yang necis, menyingkir di sudut ruangan lainnya yang tanpa cahaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia pun segera melangkahkan kakinya menuju sudut kiri ruangan setelah pria dengan pakaian serba hitamnya yang necis, menyingkir di sudut ruangan lainnya yang tanpa cahaya.

Keheningan di ruangan serba hitam itu pun terusik saat terdengar suara berisik perpaduan antara pukulan dan samsak yang menggantung di sudut kiri ruangan.

"Kau sangat penting untukku, Nak. Sebagai penerus klan Valentine, kau harus terus hidup untuk membalaskan dendam kami!"

Suara berat nan tegas mulai mengusiknya saat pria berbadan tinggi dan kekar itu melayangkan tinjunya ke samsak.

"Saat kau sudah menyerah dengan segalanya, ingatlah akan pengantinmu!"

Kembali terdengar suara berat itu tatkala ia melayangkan kaki kirinya ke arah samsak.

"Ti-tidak... tidak, Ayah. Jangan tinggalkan Romeo, Ayah!"

"AYAH!"

Pria itu semakin cepat melayangkan pukulan dan tendangan ke arah samsak. Peluh pun mulai membanjiri wajah lalu menurun menuju dada dan berakhir pada perutnya yang dihiasi oleh enam lekukan berukuran sama. Punggungnya pun tak luput dibanjiri oleh cairan yang bernama keringat.

Pukulan itu baru terhenti saat samsak itu terlepas dari gantungannya.

Dada pria bersarung tinju Everlast itu bergerak naik turun beriringan dengan tarikan napasnya yang cepat dan kasar. Mata birunya pun masih terlihat nyalang ke arah samsak yang tergeletak tak berdaya di lantai.

"Tuan."

Sebuah panggilan dari seorang pria yang membaur dengan kegelapan di sudut ruangan, mengembalikan kesadarannya yang berkelana ke masa lalu.

Pria dengan mata biru itu berbalik ke arahnya lalu mengulurkan kedua tangannya begitu saja.

Mengerti dengan maksud sosok di hadapannya, pria berperawakan Kaukasoid itu segera membebaskan kedua tangan sang majikan dari kekangan sarung tinju.

Lord of The Darkness [ The Dark Series #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang