Sebuah Pengakuan

608 9 1
                                    

"Aku masih belum tertarik untuk menjalin sebuah hubungan, atau pacaran lebih singkatnya."

Kubaca lagi pesan balasan yang baru saja kuterima beberapa menit yang lalu, masih tercengang dengan jawabannya. Memangnya siapa yang mau mengajaknya pacaran? Aku kan hanya bilang kalau aku menyukainya, hanya itu. Aku tidak bermaksud untuk menjalin hubungan yang lebih dengannya.

"Baiklah. Lagipula aku tidak ingin hubungan pertemanan kita rusak hanya karena masalah sepele seperti ini."

Terkirim.

Aku menghela nafas, lalu tiba-tiba sebuah pertanyaan melintas di otakku. Apa setiap pernyataan suka memang selalu berarti mengajak pacaran?

Sebuah pesan balasan masuk.

"Iya. Aku masih ingin mengejar cita-citaku untuk bisa membanggakan keluargaku. Terimakasih untuk pengertianmu dan sikap baikmu selama ini. Kamu adalah teman terbaikku."

Aku mendengus geli. Teman terbaik katanya? Hahaha. Kalau bisa, aku ingin tertawa sekencang-kencangnya sekarang. Astaga.... kenapa semesta selalu suka bercanda dengan hidupku? Apakah hidupku ini terlalu membosankan hingga ia tidak ada henti-hentinya bercanda denganku?

Ah, sudahlah. Asal dia tahu perasaanku, itu sudah cukup untukku. Tidak ada yang perlu kusembunyikan lagi darinya. Toh, setelah hari ini kita sudah tidak akan berada di sekolah yang sama lagi.

Selamat tinggal, Ksatria Baja Hitam! :)


Sepenggal Kisah SMAWhere stories live. Discover now