Chapter Five : Peka Sedikit Dong!

150 4 0
                                    

Cuaca sedikit mendung, para artis dan kru drama serial sedang istirahat sambil menunggu makan siang mereka datang. Verdy sedang membaca skenario yang akan dimainkannya sesudah break ini. Saat dia mengesap kopinya, tiba-tiba Zevanya datang dan duduk disampingnya.

            “Ada apa, Zev?” tanya Verdy.

            “Ah engga. Aku perhatiin akhir-akhir ini kamu deket sama salah satu siswi di sekolah ini.”

            “Oh ya? Hm.. Ga sih biasa aja.”

            “Jangan bohong. Aku itu tau kamu gimana. Apakah dia cantik? Kamu naksir dia yah?”

            Verdy segera menaruh cangkir kopinya lalu berbicara menatap Zevanya, “Zevanya, aku ga ada apa-apa sama dia, oke? Yang kamu bilang itu cuma prasangka kamu aja.”

            “Gitu yah? Abisnya aku liat setiap kamu take syuting, ada dia terus. Emang dia sengaja dateng atau gimana sih?”

            “Kebetulan aja dia ada disitu.”

            “Menurutmu dia cantik?”

            “Siapa?”

            “Anak itu. Yang selalu ada setiap kamu syuting.” ucap Zevanya sambil menunjuk cewek yang ada di lapangan basket sedang bermain bola basket.

            “Vena?”

            “Jadi namanya Vena? Kamu sampe tau namanya.”

            “Aku juga tau dari buku tulis kimianya pas syuting di kelasnya kemaren dan kebetulan aku dapet tempat duduk yang bareng sama dia. Dia biasa aja, ga terlalu cantik.”

            “Kamu sampe usaha gitu dapetin namanya? Kamu naksir kali sama dia.”

            “Kenapa? Kamu cemburu, Zev?”

            Seketika wajah Zevanya memerah dan dia menunduk malu, “Apaan sih, Verdy. Aku ga cemburu!”

            “Yaudah kalo kamu ga cemburu. Aku cuma seneng aja deket sama dia soalnya dia satu-satunya cewek di sekolah ini yang ga heboh pas aku dateng. Malah dia sebel banget setiap kali ketemu aku.”

            “Ko bisa gitu yah?”

            “Gatau deh. Aku ga ada waktu untuk tanya lebih jauh.”

            “Jadi kamu mau lebih deket sama dia?”

      “Kenapa engga? Dia orangnya juga asik ko, walaupun galak. Yuk siap-siap, Zev. Udah dipanggil tuh. Aku duluan yah.”

            Verdy pergi membawa teks skenario dan secangkir kopinya, meninggalkan Zevanya yang masih duduk terpaku melihat punggung Verdy yang beranjak menjauh, “Kapan sih, Ver, lo peka sama perasaan gue? Kurang nunjukin apa lagi gue kalo gue itu beneran suka sama lo? Kapan sih lo peka sama perasaan gue?” gumam Zevanya lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Vena, “Dan kenapa lo malah deket sama cewek asing itu? Yang bahkan dia juga ga menginginkan keberadaan lo?”

            Akhirnya Zevanya memaksakan kakinya untuk mengikuti Verdy. Di adegan ini, Zevanya adalah murid baru dan Verdy jatuh cinta pada Zevanya. Latarnya adalah taman belakang sekolah.

            “Zev, ada yang pengen aku omongin sama kamu.” ucap Verdy.

            “Mau ngomong apa, Ver?”

            Verdy menahan nafas lalu menggenggam tangan Zevanya, “Zevanya, aku... aku jatuh cinta sama kamu. Mau kan kamu nerima aku menjadi pacar kamu?”

            Jantung Zevanya berdegup dengan kencang. Sudah lama Zevanya menantikan Verdy mengatakan ini tapi Zevanya tau, kalimat itu hanya diucapkan Verdy saat kamera menyoroti mereka. Zevanya kembali menelan kepahitan dan dia harus menjawab, “Aku mau, Ver jadi pacar kamu. Mau banget!”

            Verdy tersenyum dan memeluk Vena lalu terdengar suara dentingan piano yang menambah kesan romantis. Seandainya ini jadi kenyataan, ucap Zevanya dalam hati.

            “Cut! Zevanya kamu bagus sekali. Verdy acting kamu top!! Udah kalian kenapa ga pacaran beneran aja sih?” seru sutradara sambil tersenyum jahil.

            “Ah bisa aja nih sutradara! Kita cuma sahabatan ko. Aku duluan yah semuanya.” ucap Verdy sambil melambaikan tangan dan pergi dari lokasi.

            Zevanya hanya tersenyum miris mendengar jawaban Verdy. Hatinya seakan menangis merasakan cinta yang tak terbalas.  

An ArtistTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon