Chapter 1

5.9K 449 9
                                    


=========================
~The Reason~
=========================

"Kau siapa?" katanya, jantungku rasanya berhenti berdetak sulit sekali untuk bernafas. Aku tak percaya dengan apa yang aku dengar.

"Apa maksudmu hyung? Apa kau tak mengenalku?" Tanyaku, rasanya ada yang menusukku dengan katana.

"Apa kau mengenalnya, Luhan-san?" kata salah seorang yang bersama Luhan tadi dengan bahasa Jepang. Ya, aku bisa bahasa Jepang, karena ibuku adalah keturunan Jepang.

"Tidak, aku tidak mengenalnya." Aku mendengar Luhan berkata juga dengan bahasa Jepang. Dia bisa bahasa Jepang juga? Hebatnya..

"Kau siapa? Apa kau mengenalku?" tanyanya.

"Apa kau benar-benar tidak ingat padaku hyung?" Aku bertanya lagi, kali ini aku benar-banar takut. Dia adalah Luhan, tapi dia tidak mengenaliku.

Dia menggelengkan kepalanya. Aku merasa tersambar petir. "Maafkan aku, aku benar-benar tidak mengenalmu." Katanya, ku rasa dia serius. Aku hanya pura-pura mengangguk paham.

"Baiklah, aku rasa aku salah orang. Maafkan aku, aku permisi." Kataku. Rasanya sakit luar biasa. Bagaimana dia tidak mengenaliku? Aku berjalan pergi menjauh.

"Ah!! Tunggu, apa kau mau mampir ke apartemenku dan kita berbicara sebentar? Aku benar benar tidak ingat padamu." Katanya menghentikan langkahku dengan menarik tanganku. Jantungku berdebar, padahal dia hanya menyentuh tanganku. "Baiklah." Kataku dan menoleh ke arah manager Nam, ku rasa dia juga setuju.

"Yamada-san, Miraa-san, kurasa aku tidak jadi pergi hari ini. Dia mungkin adalah temanku dulu." Kata Luhan.

"Oke, lain kali kau harus ikut ya Luhan-san." Kata salah satu dari mereka dan Luhan mengangguk. Kemudian mereka pergi.

"Jadi, kita pergi sekarang?" tanyanya. Aku mengangguk, entah mengapa aku merasa lebih baik. Walaupun dia tidak mengenaliku.

"Jadi, kau mau pergi bersamanya Sehun?" tanya manager Nam. "Iya, aku akan bersamanya hari ini." Kataku.

"Kalau begitu aku kembali ke hotel duluan, apa kau bisa pulang sendiri?" katanya lagi. Kurasa dia tidak ingin mengganggu kami.

"Ya, tinggal naik subway kan. Aku tahu jalurnya." Kataku. "Baiklah, sampai jumpa." Dia berkata dan pergi mendahului kami.

Melihat manager Nam pergi, Luhan bertanya "Mau kemana dia?"
"Dia kembali duluan hyung."

Kami berdua berjalan menuju sebuah apartemen, tingginya kira-kira 10 lantai. Kami masuk ke dalam lift. Dia terlihat berbeda. Saat terakhir kami bersama di dalam lift dia gemetar dan ketakutan. Tapi sekarang tidak. Kami melewati lantai 8, 9 dan berhenti di lantai 10. Rooftop??? Dia tinggal di rooftop? Bukankah dia takut ketinggian?

"Hyung, kau yakin tinggal di sini?" Tanyaku saat kami keluar dari lift. Dia mengangguk dan membuka pintu apartemennya. Melepas sepatu dan mengenakan sandal dalam. Aku mengikutinya.

"Duduklah disini, aku akan membuatkanmu sesuatu." Katanya.

Tak lama dia kembali dan membawa dua gelas jus jeruk kurasa. Dia menaruh gelas itu di depanku dan duduk. "Jadi, siapa namamu?" tanyanya. Dengan berat hati aku menjawab "Oh Sehun."

"Kau berasal dari Korea kan? Bagaimana kau dulu bisa kenal aku?" katanya lagi.

"Iya, aku adalah sau...." belum sempat aku mengatakan ada yang membunyikan bel. "Ah, tunggu sebentar ya Sehun." Dia berkata dan pergi ke pintu.

"APA KAU KEDATANGAN TAMU SAYANG?" aku mendengar suara wanita, ku rasa aku mengenali suaranya.

"IYA IBU, TADI KAMI BERTEMU DI JALAN. DIA BILANG DIA MENGENALKU. JADI AKU MENGAJAKNYA KEMARI." Luhan berbicara dengan wanita itu dengan bahasa China.

Aku melihat wanita itu, ibu?? Ya dia memang mantan ibu tiriku. "Ah.....Sehun, lama tak bertemu denganmu." Katanya sambil duduk di sampingku. Aku melihat Luhan pergi ke dapur lagi. "Bagaimana ayahmu?" tanyanya.

"Dia baik-baik saja bu." Kataku singkat. "Ku dengar kau jadi artis ya? Kau memang hebat Sehun." Katanya, aku hanya mengangguk dan tersenyum. "Apa kau bingung kenapa Luhan tidak mengenalimu?" dia menanyakan sesuatu yang menarik perhatianku.

"Iya ibu, apa yang terjadi padanya?" tanyaku. Dia menarik nafas panjang. Ku rasa ini berat untuk diceritakan.

"Ini adalah kejadian 8 bulan yang lalu. Aku sudah memperingatkannya untuk tidak berkendara sendiri setelah seharian bekerja. Ku rasa dia kelelahan dan menabrak pembatas jalan. Kondisinya sangat parah. Dia harus dirawat selama satu bulan di RS. Karena kepalanya terbentur cukup keras, dia mengalami Traumatic Brain Injury. Dokter mendiagnosa dia mengalami amnesia sebagian. Dia hanya bisa mengingat waktu 5 tahun sebelum kejadian...Kemungkinan dia masih bisa mengingat lagi jika ada yang memicunya..kemudian aku putuskan untuk tinggal di Jepang." Katanya sambil terisak.

"Aku tak tahu Sehun, apa yang terjadi padaku jika Luhan tidak dapat selamat." Dia mengusap air matanya. Aku juga tak tahu apa yang akan terjadi padaku jika Luhan tidak selamat. Kenapa kejadian ini bisa menimpamu hyung? Aku mendekati ibu dan memeluknya. "Tenanglah ibu, sekarang Luhan hyung sudah baik-baik saja bukan?" kataku sambil menepuk pelan mantan ibu tiriku itu.

"Tidak Sehun, 2 bulan belakangan ini dia mengalami MDD dikarenakan cedera kepala yang dialaminya waktu itu. Dia menjalani pengobatan dan treatment untuk tetap menstabilkan emosinya. Dokter masih belum tahu berapa lama gangguan ini akan terjadi. Aku takut sekali, dia pernah mencoba untuk bunuh diri, terkadang sangat pendiam..." katanya lagi. MDD??

"Ibu, aku akan membantu menjaga Luhan. Kau jangan bersedih lagi, aku bersamamu, ibu tidak sendiri...aku juga masih anak ibu kan?" kataku menenangkannya lagi. Dia mengangguk, "Lalu bagaimana dengan kerjaanmu Sehun?"

"Aku akan meminta ayah untuk cuti, atau memulai debut di Jepang. Dan masalah kuliahku, tinggal menyelesaikan design akhirku." Kataku.

"Baiklah Sehun, terimakasih banyak." Katanya. Aku menghapus air matanya.

"Apakah ibu mengenal Sehun?" tanya Luhan saat dia kembali ke ruang tamu. "Iya, Sehun selalu bersamamu saat kau berada di Korea, kalian berdua sangat akrab." Kata ibu yang kemudian melihat jam.

"Luhan, Sehun, ibu pergi dulu ya. Masih ada meeting dengan klien, besok ibu kesini lagi." Dia berkata dan pergi ke pintu. Aku dan Luhan mengantarnya.

"Jadi, bagaimana kita bisa bertemu dulu?" tanyanya. Kemudian aku menceritakan semuanya. Tentu saja aku belum menceritakan tentang hubungan kami. Aku tidak ingin dia menjadi depresi atau semacamnya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Aku harus segera pulang ke hotel sebelum kereta terakhir dan manager Nam khawatir. "Ah, hyung..aku pulang dulu ya. Aku tidak ingin manager khawatir." Kataku.

Dia terlihat sedih. "Apa besok kau datang lagi Sehunie?" katanya, dia terlihat manis sekali saat mengatakan itu. "Tentu saja hyung, jangan lupa minum obatmu ya." Kataku sambil memegang pundaknya dan menatap wajahnya. Dia mengangangguk.

~To be continue~
============================

Recall [HunHan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang