Chapter Ending (Halo, There is Love)

15.1K 685 90
                                    

The 'it' of previous chapter

Ramon menghela nafas.

"Kamu mencintai Juno. Juno mencintaimu. Kalian yang menjalani hubungan itu. Jadi masalahnya apa?" Jelas Ramon seperti sudah kehabisan kesabaran. Walaupun di hatinya masih terselip perasaan lain kala mengatakan 'Kamu mencintai Juno'.

"Juno anak tunggal, Mon. Dan pasti ia akan menjadi tumpuan buat keluarganya. Aku gak mau aja ngerusak dia"

"Jadi apakah kamu tetap akan melakukannya?" Ramon bertanya, membuyarkan lamunan Alex.

Alex memandang Ramon dengan mantap. Seakan dalam dirinya, sesuatu akan keluar dan dengan penuh percaya, ia berkata, "Iya. Aku akan tetap melakukannya. Minggu depan aku akan tetap pindah ke San Francisco dan menetap disana"

Tertulis di sampul depannya 'Makalah Psikologi: Remaja dalam Zaman Globalisasi.

Sebuah makalah penelitian yang dibuat oleh Alex. Penelitian yang membuat mereka bertemu. Penelitian yang mendekatkan mereka. Dan membuat mereka perlahan jatuh cinta.

Juno membuka halaman pertama lalu ke halaman-halaman selanjutnya yang berisi kata pengantar, daftar isi, pendahuluan dan isi. Jari-jarinya berhenti pada beberapa halaman sebelum halaman terakhir.

Sebuah kesimpulan.

Sang pria yang telah memantapkan hati, melabuhkan hatinya dan menjadikan Alyssa sosok wanita terakhir dihidupnya.

Ramon.

Pria itu menunggu Alyssa di ujung altar. Rona bahagia tak bisa ia sembunyikan dari paras putihnya. Senyum yang Alex tak pernah lihat.

Saat di depan altar, lamunan Alex buyar, digantikan oleh sosok Ramon di depan pandangannya. Pria itu tersenyum. Senyum yang dulu membuatnya meleleh kala melihatnya. Namun kini, senyum itu bukan ditujukan padanya. Tapi, kepada Alyssa.

Karena gerakan yang tak terduga saat Juno balik memandangnya, mau tak mau Alex kembali memandang Juno. Lagi-lagi ia tak kuat. Hatinya pun tak kuat. Ia hanya bisa berbalik dan menunduk.

Sebuah suara disertai tarikan pelan di lengan Alex mengejutkannya.

"Hei, Lex. Juno ada sudut sana. Ia menyendiri. Bicara padanya dan selesaikan masalah kalian"

Keira.

"Tapi, Kei.." Belum sempat Alex menyelesaikan kalimatnya, Keira meninggalkannya.

Perlahan menjauh dengan senyum penuh dukungan.

"Aku minta maaf" ucap Alex lebih terdengar desahan.

"Buat apa?" Juno masih belum memandang Alex.

"Meninggalkanmu." Ada jeda. "Tanpa kabar" Alex menghela nafas. Dia merasa sedikit lega mengakui hal itu.

"Santai aja. Gue gak bener-bener kehilangan lo ini kok"

"Kita? Memangnya diantara kita masih ada 'kita'?" Juno menepis pegangan di tangannya.

"Aku tahu kamu pasti marah banget sama aku. Tapi, dengarkan aku kali ini"

"Bisakah kita bicara tanpa pake kata gue dan elo. Sebegitu renggang kah hubungan kita saat ini, Jun"

"Bukan renggang lagi. Semua memang sudah berakhir, Lex"

Telunjuk Juno mengarah ke paras Alex, saat berkata,

"Lo yang mulai semuanya, Lex. Jadi jangan heran gue jadi kayak gini" Dada Juno naik turun. Rahangnya mengeras. Tangannya dikepalnya kuat.

"Bolehkan aku meminta satu pelukan terakhir?" Pinta Alex lirih.

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang