Prolog

80 6 0
                                        

Fedetine terduduk diam di pojok kamarnya, sambil menangis menatap layar ponselnya yang kini menampilkan sepasang perempuan dan laki-laki yang tersenyum manis ke arah kamera. Mungkin sekotak tissue sudah hampir Fedetine habiskan hanya untuk menangisi foto tersebut.

"AAAAAAAA." Teriak Fedetine, sadar teriakannya terlalu keras, Fedetine pun menutup mulut dengan kedua tangannya.

"Bilangnya gasuka, gademen, benci, gak resepect apalah itu. Eh malah dijadiin dp. Pie toh. Maksudnya apa?!" Kicau Fedetine sambil memaki sosok lelaki di gambar itu. Fedetine kemudian kembali menangis, menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Sampai seseorang membuka kamarnya.

"Lah gelap amat nih kamar kaya persugihan." Ucap seseorang yang tadi masuk kedalam kamar Fedetine, kemudian menyalakan lampu kamar Fedetine yang sengaja ia matikan. "Nas? Lo masih hidup kan?"

"Bacot, lo dek." Ujar Fedetine sambil sesegukan.

"Lah lo ngapain mojok? Mau ngepet lo?" Tanya Devian yang merupakan adik pertama Fedetine.

Fedetine mengangkat kepalanya, "Gue lagi galau monyet!" Ujar Fedetine. Bukannya simpati Devian malah tertawa sangat bahagia. Kesal ditertawakan Fedetine pun meleparkan gunting ke arah Devian. Untungnya daya tangkap Devian cepat sehingga dia langsung menghindar dengan lincahnya.

"LO HAMPIR BUNUH GUE, NAS!" Pekik Devian . Langsung berhenti tertawa.

"Lo leb- bay, it-tu kan gunting mainan." Balas Fedetine masih sesegukan. "Gue tuh sakit hati,galau, lo malah ketawa. Ini tuh gak sebercanda itu, Dev."

"Dramatis. Gara-gara Evan lagi? Kenapa lagi sih tu orang." Mendengar nama Evan disebut, Fedetine pun terisak lagi. "Nas, itu ingus lo di lap kek. Jijik." Lanjut Devian. Fedetine menarik tissue dengan kasar lalu mengelap wajahnya.

"Gue capek nangis, capek patah hati sumpah capek Dekk!!"

"Lah emang kenapa lagi sih." Fedetine langsung menunjukan ponselnya kepada Devian. Devian mengangkat alisnya. "Bukannya Evan bilang dia udah gasuka sama si cabe ini?" Fedetine mengangguk.

"Man and their shit banget. Gue tau ya si cabe cantik, gue jelek tapi kan yang tulus sayang sama dia tuh gue!"

Devian mencoba menahan tawanya. "Ya iklas aja sih yang jelek dan setia bakal kalah sama yang cantik, Nas. Lo suka sama cowo yang wow banget sih."

"Dia kan pernah suka sama gue!" Bantah Fedetine.

"Buktinya apaan? Emang pernah bilang lagi setelah waktu itu? Kali aja dia cuma kasian." Mendengar perkataan Devian barusan, Fedetine kembali menangis. Ucapan Devian tadi ada benarnya juga. "Udah sih woi. Kan lo masuk SMA nih, ketemu cowo baru. Buang aja si Evan ke rawa-rawa."

"Susah goblok. Ini tuh ibartnya gue menderita sembelit, susah keluarnya."

"Nas, lo gak jelas. Udah malem lo berisik nanti Mama,Papa sama saudara perempuan gue yang kecil bangun lagi."

Fedetine tidak perduli lagi, mau satu kampung bangun karena tangisannya kek. "Emang gue sejelek itu ya sampe dia gamau foto dia pas berdua sama gue?" Tanya Fedetine lagi.

"Ya gak jelek sih. Cuma kalo orang kaya lo suka sama orang macam Evan Alden itu namanya gak tau diri."

Fedetine mengangkat kedua alisnya, pertanda tidak mengerti dengan ucapan adiknya. "Maksud lo apa?"

"Lo gak jelek, tapi lo jelek buat seukuran cewenya Evan. Jadi intinya lo jelek." Ujar Devian, kemudian menutup wajah dengan kedua tangannya. Kali aja Fedetine berniat melempar sesuatu yang lebih berbahaya dari gunting. Namun nihil, Devian tidak merasakan lemparan apapun mengenai badannya.

"Iya sih. Gue gaada daya jual ya?"

Devian menghela nafas, ngenes amat sih hidup ni orang. Lebih ngenes daripada kambing qurban. Batinnya.

"Ya gausah rendah diri juga sih. Mending lo mikirin di SMA lo ketemu cowo ganteng, jadian, dia sayang sama lo dan mengobati patah hati lo."

Fedetine memutar kedua bola matanya. Tangisnya sudah lebih baik daripada sebelumnya. "Lo kira ini kisah cinta digo sisi di GGS?!"

"Lah gue kan berusaha menghibur lo. Cumi dasar loe."

Fedetine terdiam sejenak. "Gue kayanya gamau jatuh cinta lagi."

"Mana kuat, kalo lo liat yang ganteng juga langsung berubah lagi."

"Engga, Dek. Ini tekad gue. Gue gamau jatuh cinta lagi! Gue mendingan nunggu jodoh dari Tuhan. Gue gamau patah hati lagi. Gue gamau---- Dek? Lah lo kok pergi sih?!! Gue belom selesai ngomong!" Ujar Fedetine saat melihat Devian bangkit berdiri dan berjalan untuk keluar dari kamarnya.

"Suka-suka lo aja, Nas. Gue capek punya Kakak gajelas kayak lo." Kata Devian, dia kemudian menutup pintu kamar Fedetine tanpa menunggu balasan dari kakaknya.

"Dasar adek durhaka!"

Dengan kesal Fedetine bangkit berdiri dan duduk di meja belajar nya yang masih penuh dengan buku Sukses UN SMP! LULUS 100%! Coretan matematika dan masih banyak sampah lainnya. Fedetine kemudian mengambil selembar kertas dan menuliskan niatnya dengan ukuran jumbo.

Saya Annasca Fedetine Jules bertekad untuk tidak jatuh cinta! Bukan phobia juga sih, saya masih normal kok, saya cuma pengen nunggu jodoh dari Tuhan. Meskipun begitu moto saya tetap sama, yaitu bahwa cowo ganteng merupakan pemandangan yang tidak boleh di sia-siakan oleh mata. Demikian tekad bulat saya ini. Selamat malam.

Kamar tercinta, 17 Juni 2017.

Annasca Fedetine Jules

======

Hello! Cerita baruku jangan lupa vote&comments.

Sekian.

I Won't FallWhere stories live. Discover now