Reizen XI : Part 1

Mulai dari awal
                                    

Aku tidak bertanya lebih lanjut. Aku tidak ingin melukai perasaannya untuk sekarang. Berbicara tentang orang kepercayaan atau orang terdekat seorang Elemetal fórea, aku bertanya - tanya apakah aku juga memilikinya. Tadi, Téchoun mengatakan kecuali Elemetal fórea tanah, yang lain memiliki seorang tangan kanan yang terikat dengan mereka.

Kalau begitu aku juga memiliki seseorang seperti Téchoun bagi Zurgré bukan? Bukan jawaban yang kudapat, malah yang ada tiba - tiba kepalaku berdenyut. Sial. Setiap memikirkan dan melihat sesuatu yang sepertinya berhubungan dengan masa laluku, kepalaku selalu berdenyut - denyut. Dan dengan tiba – tiba dan tanpa diundang, gambaran 3 orang bertudung yang duduk di atas pintu ruang tunggu berkelabat dikepalaku.

" Téchoun, apakah dari awal kau sudah duduk di bangku penonton?"

" Ya. Memangnya ada apa?"

" Kalau begitu, kau pasti melihat 3 orang bertudung yang duduk diatas pintu ruang tunggu. Tempat duduk mereka tidak jauh dari kau." Tanyaku. Aku penasaran siapa ketiga orang itu sebenarnya. Aku punya perasaan kalau aku mengenalnya. Sangat mengenalnya.

" Ya. Aku melihat mereka. Aku mempehatikan mereka, karena mereka terlihat aneh. Terutama orang yang duduk ditengah. Dia sangat tinggi - mungkin setinggi dirimu - dan saat pertandinganmu dimulai, dia menegang. Sepertinya dia mengenalmu."

" Aku juga merasa begitu. Terlebih karena kepalaku langsung sakit begitu menatapnya." Aku menggaruk - garuk kepalaku. Tidak tahu harus berbuat apa kalau dia memang seseorang dari masa laluku.

Téchoun baru mau menanggapi apa yang kuucapkan, ketika pintu tengah di sebelah kanan lorong terbuka. Carnosa keluar dari ruangan itu bersama dengan Pardaíle dan seorang tabib wanita. Wajah Carnosa pucat dan terlihat lemas. Jalannya juga terlihat limbung.

" Nona, anda seharusnya beristirahat kembali. Tuan muda akan baik - baik saja. Tuan besar langsung yang menangani tuan muda." Pardaíle terlihat membujuk Carnosa. Tapi, Carnosa tidak mengindahkan perkataan Pardaíle.

Disisi lain lorong, pintu dari arah luar terbuka. Kítrino masuk ke dalam lorong diikuti Lacie dan Néir. Téchoun yang sedari tadi hanya duduk diam memandang Carnosa dan kakaknya, tiba - tiba berdiri. Carnosa, Pardaíle dan tabib yang tadi sedang berjalan julangsung terhenti. Mereka membungkuk dan memberi ucapan selamat sore pada Kítrino. Hanya aku yang masih duduk terdiam dan Carnosa yang berdiri dengan susah payah. Dia terlihat seperti akan segera pingsan nampaknya.

" Carnosa, seharusnya kamu menuruti saran Pardaíle." Guman Kítrino sambil menganggukkan kepalanya. Tanda kalau dia menerima salam yang diberikan ketiga orang itu. Ketiga orang itu kembali menegakkan tubuh mereka.

Carnosa hanya terpaku ditempatnya berdiri. Sementara Kítrino terus berjalan kearahnya. Seperti yang sudak kuperkirakan, Carnosa limbung dan terjatuh. Untung saja Kítrino sudah siap berada disampingnya, dan dia langsung menangkap Carnosa saat dia terjatuh.

 " Kamu baik - baik saja, Carnosa? Mukamu pucat sekali.” Ujar Kítrino sedikit cemas. “Ayo kembali keruangan dan beristirahat. Memaksakan kedalam malah akan membuatmu pingsan kembali. Lagipula kakakmu akan baik - baik saja. "

" Benar Nona. Tuan muda baik - baik saja. Kondisinya tidak membahayakan. Tenang saja." Téchoun menghampiri Carnosa dan Kítrino.

Carnosa menatap Téchoun. Ada sedikit rasa ketidak percayaan terpancar dari matanya. Walaupun begitu, Carnosa tidak membantah. Entah karena dia sudah mempercayai perkataan Téchoun atau karena sudah tidak punya tenaga lagi untuk menjawab. Apalagi untuk berbantah - bantahan. Carnosa membiarkan dirinya digendong oleh Kítrino kembali ke ruangan tengah di antara 3 ruangan di sebelah kanan. Diikuti Pardaíle dan sang tabib perempuan. Pintu tertutup disamping Lacie.

Elemetal ForéaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang