Part 2

7.4K 526 18
                                    

Mulmednya itu Kenrich ya... Serius, dipasar ada gak sih yang jual cowok kayak gitu. Kalo ada mau dong. 

Heheheh

Happy Reading

==============================================================================

Apatra pov

"You'll be safe."

Aku masih menggeliat ketika seseorang mulai menganggu tidurku lalu aku merasakan tubuhku dihempas. Aku langsung membuka mataku ketika aku merasakan dingin disekujur tubuhku.

"Bangun!!" teriak seseorang disebelahku. Aku mengusap wajahku yang terkena air. Aku menggigil sambil menatap kedua kakakku. Mereka menatapku dengan dingin. Aku dijeburkan di bath tube dengan air dingin. Astaga.

"Kami lapar, cepat buatkan makan." ujar kak Mikail datar. Aku mengangguk pelan sebelum mereka keluar dari kamar mandi.

Cepat-cepat aku bersiap dan segera turun. Badanku masih mengigil kedinginan ketika menyiapkan makanan untuk mereka. Tanganku terus bergetar selama memotong-motong bawang dan bahan-bahan lainnya. Setelah makanan jadi aku segera menatanya di atas meja. Aku hanya membuat nasi goreng dan telur goreng. Lalu aku membuatkan teh untuk ibuku dan kopi untuk kedua kakakku.

Ketika aku meletakkan kopi di meja, Ibu dan kedua kakakku datang. Mereka langsung duduk dan memulai sarapan mereka. Aku hanya bisa berdiri di dekat pintu pembatas ruang makan dan dapur sambil menunduk. Kakiku masih tidak berhenti bergetar, aku meremas ujung kemejaku berusaha menyeimbangkan badanku yang terasa lemas.

"Apatra" Aku mendongak melihat kakakku, Mikail, memanggilku. "Kemarilah"

Aku melangkah mendekati Kak Mikail, aku berdiri di sebelah kak Mikail. "Berikan tanganmu." Aku menatap Kak Mikail bingung, dengan ragu aku memberikan kedua tanganku lalu kak Mikail memposisikan kedua tanganku seperti orang meminta.

Tanpa kuduga, Kak Mikail menyiramkan kopinya ketanganku. Saat aku akan menghindarinya. Kak Mikail berteriak. "Tahan !!" Aku menahan perih yang teramat ketika kopi panas itu dituang begitu saja ketanganku. Tangisku sudah tidak bisa ditahan lagi, ini benar-benar sangat panas.

Ketika kopi itu sudah habis, Kak Mikail berdiri dan mencengkeram kedua wajahku dengan kasar. "Kopinya tidak enak, ambilkan aku air" ucapnya sambil mendorong aku kebelakang dan melepaskan cengkramannya.

Dengan tangan bergetar menahan panas, aku mengambilkan Kak Mikail air. Sesudah memberikan air itu kepada Kak Mikail aku kembali kedapur dan mengaliri kedua tanganku yang memerah dengan air. Air mataku berjatuhan menahan panas yang kini tengah kurasakan di telapak tanganku.

"Apatra" Aku tersentak kaget ketika mendengar suara teriakan Ibu. Aku langsung mematikkan keran air dan berlari menuju meja makan.

"Ya ibu ?" Aku melihat ibu yang sudah menyelesaikan makannya. Kedua kakakku juga sudah tidak ada ditempatnya. "tidak ada sarapan untukmu." Aku tersentak kaget mendengarnya. Tidak ada sarapan ? batinku. " Kau membuat kecewa kedua kakakmu." Aku tertunduk mendengar ibuku. Selera kedua kakakku memang sering berubah-ubah tapi kenapa aku yang kena imbasnya.

Tanpa menunggu balasan dariku, ibuku melangkah pergi meninggalkanku sendiri di meja makan. Air mataku kembali menetes. Dengan hati-hati aku membersihkan meja makan dengan kedua tanganku yang masih terasa panas dan perih.

-

Saat-saat disekolah adalah yang terberat bagiku hari ini. Tubuhku masih terasa lemas dan sakit semua, ditambah lagi kedua telapak tanganku yang terasa panas dan perih. Aku rasa nanti aku tidak akan bisa tampil. Di pelajaran pertama dan kedua hari ini saja aku sudah tidak kuat rasanya. Tubuhku tidak ada tenaga sama sekali saat ini. Akhirnya aku putuskan untuk ke UKS setelah makan siang.

My Timid Mate (Hiatus)Where stories live. Discover now