Prologue

6.8K 531 8
                                    

Sorry for typo(s)

September, 12nd 2015

**

Ashleigh's pov--

"Yaya, aku mengerti,"

"Okay, aku akan sampai dalam waktu 15 menit,"

"Iya, aku sudah di jalan, Ach."

"Please, stop, Ach."

"Kau membuatku semakin lama."

"Okay okay, ya. Bye!"

Aku menutup panggilan tadi dan segera memasuki mobilku. Aku menatap jam pada pergelangan tangan kiriku. Pukul 1.24 P.M. Yang benar saja. Dalam rangka apa Achly menyuruhku cepat cepat kembali? Ada ada saja.

Aku meletakkan ponselku di dashbord mobil dan mulai menjalankan mobilku. Aku baru saja selesai membaca di perpustakaan kota. Yeah, aku memiliki hobi membaca. Bukan buku ilmiah. Aku menyukai novel nonfiksi atau romance.

Seperti yang telah ku katakan tadi, aku akan sampai dalam waktu 15 menit. Aku melirik jam tanganku, 1.41 P.M.

Okay, aku terlambat 2 menit dari waktu yang sudah ku janjikan.

"Ashleigh!!"

Aku turun dari mobilku sambil menyandang tas ranselku dengan sebelah tangan. Menatap seseorang yang tengah berlari menghampiriku.

Aku menatapnya dengan tatapan datar. "Now, what?"

"Kau terlambat 2 menit," balasnya.

"What? Hanya 2 menit, Ach," ujarku sembari menghela nafas.

"Tetapi kau tidak menepati waktu yang sudah kau tentukan, Ash," balasnya.

Dasar kakak yang menyebalkan.

"Okay, sekarang katakan padaku, apa yang akan kita lakukan atau bicarakan sehingga membuatmu memaksaku untuk pulang cepat," ujarku sembari menaikkan sandangan tasku yang mulai turun.

"Mom dan dad sudah menunggumu sejak 25 menit yang lalu."

"What? Mereka pulang? Dan, menungguku? Untuk apa?" tanyaku heran. Tentu saja. Mom dan Dad tinggal di Jerman. Sedangkan kami di New York sekarang.

"Kapan mereka sampai?" lanjutku.

"Hm, seperti biasanya. Mereka ingin membicarakan soal pertunanganmu," balasnya sembari merangkulku dan menuntunku memasuki rumah.

"W-what? Kenapa kau tak bilang, Ach?" balasku kaget.

"I'm sorry. Mom baru saja mengatakannya setelah kau memutuskan panggilan kita."

"Bisakah kita tidak membicarakan soal itu untuk belakangan ini? Aku sedang pusing dengan tugas tugas kuliahku."

"I dunno, Ash."

"As you know, Ach. Aku tak ingin bertunangan dengannya."

"Bukannya kau mencintainya?" tanya Achly menghentikan langkahnya.

"No-- I meant, yes. Tetapi itu dulu, Ach. Sekarang kami sudah memiliki kehidupan masing masing. Kami juga sudah lost contact 7 tahun lamanya," balasku.

"I know, Ash. Aku tak tahu harus berbuat apa. Lebih baik kita bicarakan di dalam."

Aku hanya bisa menghela nafas pasrah atas semua ini.

Hingga sampailah kami di ruang utama rumah kami. Aku dapat melihat kedua orang tuaku duduk di sebuah sofa dalam diam.

"Hi, Mom, Dad!" Sapa ku pada kedua orang tuaku.

Dengan cepat, mereka menoleh ke arahku. "Akhirnya kau pulang, Ash," ujar Mom.

Aku berjalan beriringan dengan Achly dan duduk tepat di depan Mom dan Dad.

"Emm, kapan kalian tiba? Kenapa kalian tidak memberitahu kami terlebih dahulu?" tanyaku mencoba mencairkan suasana. Jujur aku merasa tidak enak jika harus membicarakan soal hal ini.

"Tadi pagi, sayang," balas Mom.

"Soo--"

"Let's go to the point." Dad memotong ucapanku.

"Ini soal pertunanganmu, Ash. Kami sudah membicarakannya dengan kedua orang tua- nya dan kami juga sudah sepakat soal yang lain lainnya," lanjut Dad.

"T-tapi--"

"Kami sudah menemui kedua orang tua Zayn. Mereka sudah setuju soal pertunangan ini."

"Apa Zayn setuju--"

"Soal Zayn, biarkan orang tuanya yang mengurusnya," potong Dad.

"Tetapi kenapa harus dia? Dan kenapa harus secepat ini? Bahkan kami belum pernah bertemu atau sekedar bertegur sapa setelah 7 tahun lamanya,"

"Dia sekarang sudah berbeda, Dad. Dia seorang superstar. Dan dia berada di sebuah band yang mendunia. Dan aku yakin pasti Zayn sudah melupakanku. Aku tak ingin mengganggu hidup dan karirnya, Dad,"

"Ashleigh, bisakah kau berhenti membicarakan hal itu dan mencoba melakukannya?" ujar Dad dengan suara meninggi.

Aku menatap Mom dan Achly bergantian. Kemudian menghela nafasku.

"Bersiaplah, Ash. Kau akan berangkat ke London esok hari," ujar Mum. Setelahnya, ia segera beranjak di ikuti Dad di belakangnya. Meninggalkan aku dan Achly yang masih terduduk dalam diam.

Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.

Seketika sebuah tangan melingkar menyelimutiku. Ya, itu tangan Achly.

"Aku mengerti perasaanmu, Ash. Tetapi mau bagaimana lagi, ini semua sudah di putuskan," ujarnya.

"Aku harus apa, Ach?" balasku lemas.

"Kau hanya perlu menjalankannya saja, Ash. Jangan khawatir aku akan selalu membantumu,"

"I need your help, Ach."

"Berkemaslah, Ash. Aku akan menemanimu selama seminggu di London nanti,"

---------------------

A/N : Okaay, what about the prolog? Aku tau pasti aneh, gaje atau apalah. Maaf aku cuma menuangkan ide yang terlintas aja.

Jangan lupa leave vomment yaa!

Thankss!!

After Several Years ※ Z.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang