"Silahkan kopinya, Hyung." Papa Park meletakkan secangkir kopi di hadapan Paman Lee dan kemudian dia menduduk dirinya di samping Paman Lee dan meletakkan kopinya di depannya.

"Gomawo nee," Ucap Paman Lee, "Apa kamu lelah?"

Papa Park mengeleng, "Aniyo, Hyung."

"Kamu suka disini?" Tanya Paman Lee sembari menyesap kopinya.

Papa Park mengangguk, "Suka sekali Hyung. Paris benar-benar indah ya."

Paman Lee mengangguk, menyetujui ucapan Papa Park, "Paris memang sangat indah, Minho."

Keduanya kemudian terdiam, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Minho?" Panggil Paman Lee.

"Nee, Hyung." Jawab Papa Park.

Paman Lee menatap Papa Park sejenak sebelum berucap, "Apa kamu pernah berpikir untuk mempunyai pasangan lagi?"

Papa Park menatap Paman Lee, "Maksud, Hyung?"

"Maksud Hyung, setelah apa yg telah kamu dan Jimin alami dulu, apa kamu masih punya keinginan untuk bisa memiliki pasangan lagi? Atau menikah lagi?" Tanya Paman Lee.

Papa Park menatap Menara Eifel di depannya sembari menghela nafasnya sejenak sebelum berkata, "Aku tidak tau, apakah akan ada orang yg mau menjadi pasanganku, Hyung, mengingat apa yg pernah aku alami dulu."

Mereka kembali terdiam. Paman Lee sibuk dengan rokoknya. Papa Park mencuri pandang ke arah Paman Lee sejenak. Bohong kalau Papa Park tidak menginginkan pasangan hidup. Dia tentu saja ingin ada orang yg tulus menyayanginya dan juga Jimin. Tapi Papa Park tentu sadar diri bahwa mungkin tidak semua orang bisa menerima masa lalunya.

"Kalau ada orang yg mau menerima dirimu apa adanya dengan segala masa lalumu dan tidak mempermasalahkannya, apa kamu mau menerima orang tersebut?" Tanya Paman Lee pelan.

Papa Park tersenyum mendengar pertanyaan Paman Lee, "Apa iya bakal ada orang seperti itu, Hyung?"

"Ada." Jawab Paman Lee cepat.

"Rasanya kok agak ga mungkin ya, Hyung," ucap Papa Park, "Apa bakal ada orang yg akan menerimaku dan juga Jimin dengan segala cerita masa lalu kami?"

Paman Lee tertegun mendengar nada suara Papa Park yg bergetar ketika mengatakan hal itu.

"Kenapa ga mungkin?" Tanya Paman Lee lagi.

"Aku.... Kami....." Suara Papa Park semakin bergetar.

Paman Lee bergerak memindahkan kursinya, mendekati Papa Park. Tangannya merengkuh pundak Papa Park lembut, "Kenapa berpikir seperti itu, Minho? Tidak ada yg tidak mungkin di dunia ini, nee."

Papa Park mulai terisak pelan. Paman Lee langsung membawa Papa Park ke dalam pelukannya, dan berkata, "Kalian berdua, kamu dan Jimin adalah manusia-manusia hebat. Hyung yakin Yoongi akan menjaga Jimin dengan baik dan tidak akan pernah melepaskan Jimin. Hyung kenal banget bagaimana sifat Yoongi dan tentu saja Hyung yakin Jimin akan selamanya dijaga oleh Yoongi."

Masih terisak, Papa Park berkata, "Aku percaya Yoongi akan menjaga Jimin dengan amat sangat baik. Dan aku sangat bersyukur Jimin punya Yoongi yg mencintai Jimin dengan sepenuh hatinya."

"Kau pun berhak mendapatkan cinta seperti itu, Minho." Lembut Paman Lee berkata sembari mengusap lembut punggung Papa Park.

"Siapa yg mau dengan diriku ini, Hyung." Papa Park mendesah pelan.

"Aku." Ujar Paman Lee cepat.

Papa Park melepas pelukannya dan menatap Paman Lee, "Hyung....."

Paman Lee balas menatap Papa Park, "Kenapa? Apa aku tidak boleh menjadi orang yg mencintaimu dengan sepenuh hati? Atau kau tidak menyukaiku?"

Papa Park tertegun sejenak. Dia tidak percaya mendengar perkataan Paman Lee. Bukan, bukan Papa Park tidak menyukai Paman Lee. Sesungguhnya Papa Park amat menyukai Paman Lee sejak pertama kali mereka bertemu. Dibalik ketegasannya dalam bersikap, terdapat kelembutan yg menyertai setiap perkataan dan perbuatan Paman Lee, yg membuat Papa Park jatuh cinta pada Paman Lee. Tapi lagi-lagi dia selalu mencoba menepis perasaannya, mengingat apa yg sudah terjadi dengan dirinya di masa lalu.

"Hyung......" Suara Papa Park tercekat.

"Aku menyukaimu, Minho," sambung Paman Lee, "Aku mencintaimu bahkan sudah sejak pertama kali kita bertemu. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku denganmu, menjagamu dan juga Jimin seumur hidupku."

"Hyung......" Mata Papa Park mulai menghangat.

"Minho, maukah kau menjadi kekasihku?" Tanya Paman Lee lembut sembari mengusap pipi Papa Park.

"Apa Hyung sudah memikirkannya?" Papa Park malah balik bertanya sembari menahan air matanya agar tidak tumpah, "Hyung yakin denganku?"

"Sangat yakin, Minho," Balas Paman Lee, "aku tidak pernah seyakin ini terhadap perasaanku sendiri kepadamu."

Mata Papa Park menatap mata Paman Lee, seolah mencari kebohongan disana. Tapi dia tidak menemukannya, malah Papa Park menemukan ketulusan dan kejujuran yg terpancar dari wajah Paman Lee.

"Minho," panggil Paman Lee lembut, "Izinkan aku mencintaimu dan membahagiakanmu. Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu, dan juga Jimin. Aku akan menjaga kalian berdua seumur hidupku."

"Hyung....." Airmata sukses turun di pipi Papa Park.

"Jangan menangis, Minho," Paman Lee mengusap bulir air mata di wajah Papa Park, "Sudahi tangismu ini, berjanjilah bahwa kamu akan mulai hidup berbahagia denganku saat ini nee."

Papa Park mengangguk pelan, "Terima kasih banyak sudah mau mencintai diriku, Hyung."

"Jadi?" Tanya Paman Lee, "Apa kamu mau menjadi kekasihku, Minho?"

Semburat merah mulai menjalari wajah Papa Park. Dengan tertunduk, Papa Park menjawab, "Nee, Hyung."

Paman Lee tersenyum bahagia, "Aigooo, sayangku...... I love you, baby."

Papa Park tersipu malu ketika Paman Lee mengangkat dagunya. Wajah Paman Lee semakin mendekat ke wajah Papa Park, sehingga Papa Park dapat merasakah deru nafas Paman Lee menyapu wajahnya. Perlahan tapi pasti, bibir Paman Lee mulai menyentuh bibir Papa Park. Dia mencium lembut bibir Papa Park. Tanpa ragu, Papa Park membalas ciuman Paman Lee. Mereka saling memagut dan bertukar saliva tanpa ada yg ingin mengakhirnya. Hingga kebutuhan akan oksigen memaksa mereka melepaskan tautan bibir mereka.

"Gomawo sayang," ucap Paman Lee sembari mengusap bibir Papa Park, "Saranghaeyo, chagiya."

"Nado saranghaeyo, Hyung." Papa Park menenggelamkan kepalanya di dada Paman Lee yg disambut dengan pelukan erat dari Paman Lee.

Sementara itu dari balkon sebelah, nampak Harabeoji yg tersenyum sembari menitikkan airmatanya.

"Akhirnya semua orang menemukan cinta mereka masing-masing dengan cara yg amat sangat luar biasa." Gumam Harabeoji Min yg kemudian masuk kembali ke dalam kamarnya.

Don't Ask Me Why (Yoonmin)Where stories live. Discover now