Kaki jenjang Sunoo memasuki ruang kerja pribadinya. Ini hari minggu, tapi ia harus tetap datang ke tempat kerja karena beberapa masalah di kantornya. Sunoo duduk di kursi kerjanya, memikirkan cara agar moodnya bagus, karena jujur saja Sunoo ingin berlibur.
Sunoo membuka laci mejanya, senyumannya muncul mendapati benda yang tak seharusnya berada di tempat kerja. Mainan seks.
Sunoo mengambil dildo berbahan silikon dan lube di sebelahnya. Ia membuka celana bahannya, menurunkannya hingga sebatas lutut. Menuangkan lube ke atas dildo dan tangannya. Sunoo membuka lebar kakinya hingga lubangnya terpampang. Satu jarinya masuk, sensasi basah, perih, dingin menjadi satu, tangannya mulai bergerak untuk membiasakan lubangnya. Satu jari lagi masuk, napas Sunoo mulai memberat. Tangannya masih bekerja agar lubangnya mudah dimasuki dildo.
Setelah jari yang ketiga, baru Sunoo berhenti, ia memasukkan dildo silikon dengan fitur bergetar itu ke lubangnya. Sensasi berbeda langsung ia rasakan, lubangnya terasa penuh dibanding dengan ketiga jarinya tadi. Sunoo menarik napasnya dalam, dildo sudah terpasang sempurna di lubang belakangnya. Iapun mengelap tangannya dengan tisu, kemudian memasang celananya seperti semula.
Sunoo tersenyum senang, ia akan memakainya selama bekerja.
.
.
.
Waktu terus berjalan, Sunoo masih fokus dengan pekerjaannya. Ketukan pintu terdengar, Sunoo berdiri, mendesah kecil kala dildo nya masuk semakin dalam. Ia hendak membuka pintu karena sebelumnya ia mengunci pintunya.
"Ni-ki?" tanya Sunoo begitu melihat siapa yang menghampirinya ke ruang kerja. Ni-ki tersenyum menyapa. Sunoo pun membiarkan salah satu bawahan sekaligus temannya itu untuk masuk ke ruang kerjanya.
"Ada yang bisa ku bantu?" tanya Sunoo, kini ia kembali duduk dengan hati-hati di kursi kerjanya, takut Ni-ki memergokinya tengah memakai dildo di tempat kerja.
"Aku membutuhkan berkas dari perusahan X," jelas Ni-ki dengan maksud kedatangannya ke ruang kerja Sunoo. Sang atasan mengangguk, ia kemudian beranjak kembali, menghampiri rak di seberang meja kerjanya yang penuh dengan berkas-berkas perusahaan.
Ni-ki diam-diam memperhatikan Sunoo. Di perusahaan ini, tak ada satupun yang tidak tertarik dengan teman sekaligus sekretaris di perusahaan tempatnya bekerja itu. Sikap ramah, loyal, namun tetap tegas, membuat Sunoo banyak disukai karyawan di sini. Dan menjadi teman Sunoo merupakan satu level di atas karyawan lainnya di sini, mengingat Sunoo tetap sulit didekati meski ia ramah. Rasanya seperti ada tembok tak terlihat yang sengaja Sunoo bangun agar tak semua orang bisa mendekatinya.
Pundak Sunoo yang lebar dengan pinggang yang ramping menambah nilai sempurna dalam diri Sunoo. Tak jarang, Ni-ki pun kerap membayangkan hal kotor dengan atasannya itu. Ni-ki yang berdiri di dekat meja kerja Sunoo, menangkap hal asing dalam pandangannya. Sebuah remote kecil, yang Ni-ki tidak tahu untuk apa. Jika dikatakan remote AC, bentuknya terlalu aneh. Hanya seukuran kunci mobil, dengan tiga tombol. dikatakan remote televisi pun tak ada televisi di sini.
"Apa ada berkas lain yang kau butuhkan?" tanya Sunoo mengalihkan perhatian Ni-ki.
"Laporan kegiatan perusahaan bulan ini," mendengar jawaban Ni-ki, Sunoo kembali fokus mencari berkas yang dibutuhkan.
Tiba-tiba Ni-ki menangkap sebuah sinyal. Sepertinya ia tahu remote apa yang ada di meja kerja Sunoo. Diam-diam, tangan Ni-ki bergerak mengambil remote. Tombol 'on' kini menjadi perhatiannya, dan tanpa ragu Ni-ki menekan tombol tersebut.
Tubuh Sunoo menegang, pergerakannya sesaat terhenti merasakan getaran di lubang belakangnya, sedikit bertanya-tanya apakah benda di yang ia gunakan ini rusak. Sunoo menelan ludahnya kasar, mencoba kembali fokus mencari berkas. Namun getaran di lubangnya malah bertambah kuat. Sunoo mulai kesulitan untuk fokus, tangannya bergetar meraih berkas yang ia cari. Dengan sedikit tertatih, ia membawa dua berkas yang dibutuhkan Ni-ki.
YOU ARE READING
Rapture
FanfictionRapture, yang berarti Keterhanyutan. Keadaan dimana seseorang terbawa emosi yang luar biasa, seringkali bersamaan dengan hilangnya diri. Menggambar penyerahan diri yang sublim dan menakutkan pada hasrat. . . . > Berisi luapan imajinasi author yang k...
