“Jadi bagaimana, apa kamu sudah mendapatkan uang untuk membayar hutang-hutang ayahmu?” tanya Mark tanpa basa-basi. 

Ini bahkan masih terlalu pagi untuk menagih hutang. Lagi pula, baru dua hari yang lalu mereka datang menagih hutang pada Renjun dan hari ini mereka sudah datang lagi untuk menagih. Bagaimana bisa Renjun mendapatkan uang dalam waktu sesingkat itu?

“Kalian baru datang dua hari yang lalu, dan sekarang udah dateng lagi. Kalian pikir gue babi ngepet yang bisa dapetin duit secepat itu?” balas Renjun kesal.

Mark tertawa melihat ekspresi kesal Renjun. “Loh? Terserah saya, dong. Kan saya meminta hak saya. Aish, ternyata benar ya, orang yang punya hutang lebih galak daripada yang memberikan hutang. Ckckck, tidak tau malu,” balas Mark sinis.

“Bokap gue yang punya hutang, bukan gue,” Renjun pun tak mau kalah. 

Mark mendekati remaja yang berdiri di samping motornya itu.

“Ya, tapi ayahmu sudah mati dan meninggalkan banyak hutang. Kamu pikir semuanya itu dialihkan ke siapa kalau bukan ke kamu, anaknya?” ujarnya dengan nada rendah. Mark mengamati Renjun dari atas ke bawah seakan sedang memikirkan sesuatu, dan itu membuat Renjun yang dipandang seperti itu merasa risih dan tak enak. 

“Ah, saya punya ide,” kata Mark kemudian. “Bagaimana kalau kita buat perjanjian? Kamu tidak perlu susah cari uang untuk bayar hutang ke saya. Sebagai gantinya kamu bekerja dengan saya, dan hutang ayahmu akan saya anggap lunas,” ujar Mark menawarkan saran. 

Renjun mengernyit tampak memikirkan perkataan laki-laki dewasa itu. Ia
belum pernah bekerja sebelumnya, terlebih dia masih anak sekolah. Selama ini ia hanya fokus sekolah dan menikmati masa mudanya dengan harta orang tuanya, ditambah lagi kehidupannya yang mewah membuat Renjun menjadi anak manja yang hanya tahu menerima uang, fasilitas dari orang tuanya. Lalu sekarang ia terpojok, ditagih hutang sana sini disaat ia sendiri bingung harus membayar dengan apa. Harta ayahnya sudah lenyap diambil oleh orang-orang yang merasa memberikan pinjaman kepada ayahnya. Renjun tidak punya apa-apa lagi. Dengan terpaksa dan sedikit ragu ia pun bertanya pada Mark, pekerjaan apa yang ditawarkan untuk melunasi hutang ayahnya. 

“Kerja apa?” tanya Renjun.

Pria itu tersenyum manis, Mark mendekati Renjun kemudian membelai lembut pipi Renjun dengan kurang ajar. 

“Menjadi pemuas nafsuku.” 

“Brengsek!”  Bugh! 

Wajah Mark terhempas ke samping saat Renjun dengan refleks meninju wajahnya karena tidak terima direndahkan seperti itu. Memangnya dipikir Renjun cowok apaan?

“Berani beraninya kau …!” marah sang bodyguard. Pria berbadan besar itu hendak membalas Renjun, namun Mark menahan.

Mark menyeka sudut bibirnya yang sedikit lecet. 

“Oh, cukup berani rupanya. Memangnya seberapa berharganya tanganmu sampai berani menyentuh wajahku?” ujar Mark dengan nada rendah. Ia mendekati Renjun lagi. 

Namun, Renjun tidak lagi takut kali ini. Dengan berani ia membalas tatapan Mark tak kalah bengis karena tidak terima harga dirinya hampir saja dilecehkan oleh laki-laki kurang ajar itu.

“Tangan gue jauh lebih berharga daripada kelakuan lo yang brengsek! Denger, gue gak sudi jadi pelacur lo, om-om sialan!” bentak Renjun kasar. 

Sontak Mark menggertakan giginya, lalu dengan marah ia mencengkeram kedua pipi Renjun sambil menatap Renjun lantaran tidak terima ditolak secara tidak hormat.

“Kalau begitu saya kasih waktu satu minggu lagi. Kalau kamu tidak bisa bayar, akan saya sita semuanya yang kamu punya. Dan pilihanmu cuma satu … ikut saya atau mati jadi gelandangan di jalanan,” ancam Mark penuh penekanan. 

Tanpa menunggu tanggapan Renjun, Mark membersihkan bercak darah di sudut bibirnya dengan jari, kemudian berbalik meninggalkan rumah Renjun.

“Kita akan kembali lagi dalam satu minggu. Ayo pergi,” ajak Mark pada dua bodyguard-nya dan mereka pun pergi meninggalkan Renjun yang masih dilanda marah namun juga bingung dan rasa terpojok. 

Bagaimana caranya Renjun melunasi hutang sebanyak itu dalam seminggu? 

Renjun rasanya frustrasi.

“Bangsat! Dasar orang tua sialan. Bisa-bisanya mati ninggalin hutang! Nyusahin aja.”

    

Mark Lee (33th)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mark Lee (33th)

Huang Renjun (17th)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Huang Renjun (17th)

Mr Posesif & Badboy [markren. ver]Where stories live. Discover now