Subuh baru berlabuh di ufuk timur.
Cahaya jingga menembusi langsir putih kamar luas di tingkat tiga King’s Mansion. Suara azan dari masjid berhampiran bergema lembut, mengisi ruang yang sunyi dan damai.
Di sejadah, seorang gadis bertudung pastel sedang menadah tangan. Air mata jernih menitis perlahan ke pipinya yang lembut.
Hatinya tenang, tapi berat.
Dia tahu — setiap doa pagi itu mungkin jadi penguat untuk hari-hari terakhirnya di tanah air.
> “Ya Allah, jaga mummy dan daddy bila Mia jauh nanti…”
bisiknya perlahan, suaranya bergetar dalam syukur dan debar.
Selesai memberi salam, Mia menoleh ke luar jendela — langit Subuh memancar warna keemasan, seolah langit pun sedang berbisik sesuatu.
> “I’ll be leaving soon…”
Katanya dalam hati.
“Seminggu lagi… and my whole life will change.”
Burung camar terbang rendah di atas tasik mini di taman.
Bau haruman bunga ros putih — kegemaran Puan Liyana — menyusup masuk ke bilik, membawa ketenangan yang aneh.
Namun, dalam tenang itu, ada sesuatu yang meresap perlahan… rasa takut yang tak terucap.
---
Di tingkat bawah, seorang lelaki berdiri tegak di balkoni — Tengku Adrean Haidar Louse.
Tangan kirinya memegang cawan kopi hitam, tangan kanan menggenggam bingkai gambar kecil — gambar Mia waktu kecil, tersenyum tanpa gigi depan, duduk di atas bahunya.
> “Principessa mia…”
bisiknya perlahan.
“She’s growing up too fast.”
Pandangannya jatuh ke arah taman, di mana anak gadisnya sedang berdiri menatap langit pagi, seolah sedang berbual dengan takdir.
Sebagai seorang ayah, dia bangga. Tapi di sisi lain hatinya, ada ruang kosong yang mula terasa.
> “La mia preziosa… my precious girl. Dunia luar tu kejam, tapi aku tahu… dia lahir bukan untuk takut.”
Dia menghirup nafas panjang.
Senyumnya tipis, tapi matanya menceritakan segalanya — kebimbangan, kasih, dan doa yang tak pernah berhenti.
---
Mia masih berdiri di hadapan jendela. Angin pagi menyapa lembut, meniup anak rambut halus dari bawah tudungnya.
Dia senyum sendiri — bukan kerana yakin, tapi kerana ingin belajar percaya.
> “Every goodbye… is just another way of saying I’ll come back stronger,”
katanya perlahan.
Dia mengusap gelang di pergelangan tangan — gelang pemberian ayahnya, terukir kata:
Be brave. Always come home.
---
Di ruang itu, dua hati — seorang ayah dan seorang anak — saling berdoa di tempat berbeza, tapi pada langit yang sama.
Langit yang kelak akan memisahkan mereka beribu batu… namun tetap jadi saksi kepada kasih yang tak pernah hilang.
> “One day, daddy…”
bisik Mia, menutup mata.
“I’ll make you proud… even from across the sky.”
Dan di luar sana, cahaya pagi makin terang, seolah memberi isyarat —
bahawa setiap perjalanan yang benar, selalunya bermula dengan perpisahan yang indah.
---
✨ "She wasn’t just learning to fly a thousand miles away — she was learning to fly within herself."
---
#Don't forget to vote n like..
Sorry my 1st novel
If salah tlg tegur...
Saya akan cuba perbaiki...
TERIMA KASIH...LETS GO NEXT PART!
ESTÁS LEYENDO
BOUND BY LOVE
RomanceShe was never meant to be part of his world - a world built on power, blood, and silence. But when fate throws Tengku Nurin Mia Adreanna, a multilingual student from Malaysia, into the dangerous orbit of Luca Nickolai Moretti, the ruthless young Don...
